Andi Nadjamuddin Aminullah
Drs. H. Andi Nadjamuddin Aminullah, S.Sos., B.A. atau lebih dikenal dengan nama Puang Nuntung (lahir 3 Desember 1943) adalah seorang Bangsawan Bugis, politikus asal Maros. Dia adalah mantan Bupati Maros yang kesebelas dan menjabat selama dua periode, yakni periode 1999–2004 dan periode 2005–2010. Pada awal kariernya, dia merupakan seorang PNS yang menjabat sebagai birokrat dan kemudian menjadi Politisi dari Partai Golkar Kabupaten Maros dan pernah menjabat sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Maros. Puang Nuntung merupakan sosok pemimpin yang diteladani dan disegani di Kabupaten Maros. Puang Nuntung juga dikenal luas karena nama besar kakeknya yang merupakan salah satu ulama tersohor di Sulawesi Selatan, yaitu Gurutta Haji Puang Tobo. Puang Nuntung menjadi bupati pertama Maros pada era pasca kekuatan orde baru berakhir dan dalam suasana revolusi ke era reformasi. Puang Nuntung terpilih sebagai bupati Maros dari kalangan sipil dengan naungan Partai Golkar. Selama orde baru, Maros selalu di bawah kepemimpinan dari kalangan militer dengan naungan Partai Golkar. Puang Nuntung masuk birokrasi pada tahun 1968 dan menjadi kepala wilayah Kecamatan Maros Baru pada tahun 1969. Kemudian dia terjun ke birokrasi kabupaten (Maros) sampai administrasi provinsi (Sulawesi Selatan) pada tahun 1994. Dia bekerja di sana sampai terpilih menjadi bupati Maros pada pemilu tahun 1999 untuk periode masa jabatan 1999–2004. Puang Nuntung telah banyak bekerja pada berbagai posisi di Partai Golkar selama 3 dekade dan juga aktif sebagai anggota ormas Pemuda Muhammadiyah. Pada Pilkada 2005 tanggal 27 juni 2005, Puang Nuntung terpilih kembali untuk kedua kalinya sebagai bupati Maros dengan mengalahkan 3 kompetitornya, yang mana semuanya merupakan kalangan birokrat dengan karier sejarah panjang sebagai aparatur sipil negara era orde baru. Kehidupan awalMasa kanak-kanak Puang Nuntung dihabiskan di Desa Maccini Baji (sekarang defenitif kelurahan), sekitar 33 km dari arah utara Kota Makassar. Desa Maccini Baji penuh dengan persawahan yang menjadi tempat bermain Puang Nuntung. Masa kecilnya cukup mengesankan, karena selain sekolah, ia juga menghabiskan waktu dengan belajar mengaji di surau. Selain bermain di sawah dengan kawan-kawannya, Puang Nuntung juga mempunyai kebiasaan berenang di saluran irigasi induk yang jernih airnya. Mata pencaharian penduduk desanya saat itu mayoritas petani, sebagian pedagang dan pegawai. Kesungguhan belajar mengaji ini membuat senang kedua orang tuanya. Umur tujuh tahun ia sudah bisa menghafal beberapa surah dalam Al-Qur'an dan Barzanji. Ketika kecil Puang Nuntung sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi orang yang berguna dan berbakti di Masyarakat. Kakeknya yang merupakan alumni dari pesantren di Kota Mekkah (Saudi Arabia) menjadi idolanya, selain juga tokoh-tokoh nasional seperti: Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Tomo. Lingkungan keluarganya sangat mempengaruhi pendidikan dan karakter Puang Nuntung pada masa depan. Ayahnya adalah penghulu agama sedangkan kakeknya adalah seorang kyai yang mendirikan pengajian dengan sistem pondokan. Dalam hidup, ia mempunyai prinsip: beribadah, berdoa serta banyak berserah diri kepada Allah SWT. Puang Nuntung juga berpendapat bahwa dalam hidup dimanapun tempat kita, maka orang lain harus merasakan manfaatnya. Apalagi kedudukannya pada saat itu sebagai bupati, maka ia harus lebih banyak berbuat lagi untuk masyarakatnya. Ia mensyukuri nikmat dari Allah SWT yang pernah memberikan amanah kepadanya untuk memimpin masyarakat Maros. Dukungan seluruh keluarga, tokoh-tokoh masyarakat dan para stafnya disadarinya telah banyak membantu dalam menunjang kariernya. Dalam menghadapi masalah di masyarakatnya, Puang Nuntung pertama-tama menyerahkan semua kegiatan dengan tulus kepada Allah SWT. Kemudian ia tidak lupa selalu meminta masukan dari masyarakatnya dan yang lebih penting adalah dirinya sendiri harus menjadi teladan. Pernah dalam hidupnya, Puang Nuntung mengalami musibah yang besar. Yaitu ketika mau ujian akhir SMA terjadi kebakaran besar di kampungnya, sehingga rumahnya ikut terbakar pula (1962). Tapi ia dan keluarganya tetap tabah dan sabar menghadapi musibah itu. KharismatikPuang Nuntung memiliki wawasan yang luas di bidang pemerintahan dan merupakan salah satu bupati terbaik di Indonesia pada masanya pasca penyerahan desentralisasi atau otonomi daerah. Mantan bupati Maros yang memiliki hobi membaca dan berzikir ini kerap diliput media karena kebijakannya yang unik memimpin Kabupaten Maros. Salah satu kebijakan Puang Nuntung kala itu adalah penegakan syariah agama dengan percepatan kompetensi baca tulis Al-Qur'an. Pada waktu itu, selain sebagai Bupati dan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Maros, dan sebagai hamba yang beragama, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermunajab kepada Allah SWT, membaca Al-Qur'an, berzikir serta membaca buku-buku agama dan mendiskusikannya dengan masyarakat, baik di masjid maupun di pesantren. Begitu pula sebagai seorang petani juga menyisihkan waktu sedikit untuk melihat pertanian dan pertambakannya. Selebihnya waktu disisihkan untuk keluarganya. Puang Nuntung dikenal sebagai kepala daerah yang sangat peduli terhadap warga kurang mampu, khususnya masyarakat pesisir dan pegunungan. Dia dikenal punya komitmen untuk kuat untuk memajukan program pembangunan keagamaan. Dia juga dikenal sebagai pamong pejuang karena dalam kepemimpinannya selalu mengutamakan kepentingan masyarakat sekaligus menegakkan kebenaran dan keadilan. Pada periode kedua pemerintahannya sebagai Bupati Maros tahun 2005-2010, kegiatannya difokuskan pada program pembangunan keagamaan. Semua pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Maros diikutkan pelatihan ESQ (Pendidikan Kecerdasan Akhlak) dan mengembangkan Kelurahan Syariat Islam, khususnya di Kelurahan Maccini Baji yang sekaligus menjadi proyek percontohan pengembangan Syariat Islam di Kabupaten Maros. Ide cemerlangnya tak lepas dari visi dan misi, yakni mewujudkan kehidupan yang mapan dan mandiri dalam nuansa iman dan taqwa yang berkelanjutan. Penegakan Syariat Islam mulai dirintis sejak tahun 2006 dengan memilih salah satu kelurahan sebagai proyek percontohan. Salah satu poin penting dalam penerapan Syariat Islam di Kabupaten Maros, yakni mendobrak budaya masyarakat agar tidak terlibat dalam kegiatan syirik. Mayoritas warga Maros adalah pemeluk agama Islam, namun suasana keakraban antaragama cukup kental. Kepedulian Puang Nuntung tidak hanya terfokus pada kegiatan kaum Muslim, tetapi juga untuk non-Muslim, antara lain dengan cara memberikan bantuan kepada pihak gereja. Dengan demikian Puang Nuntung telah menjadi contoh teladan bagi masyarakat Kabupaten Maros. Pendidikan agama, disiplin, dan etika di dalam keluarga dapat diartikan sebagai cara pandang seorang kepala rumah tangga untuk membimbing istri dan keluarganya. Tak terkecuali pada orang-orang yang berada di lingkungan keluarga. Hal itulah yang menjadi prinsip dasar bagi Puang Nuntung dalam menata kehidupan masyarakat dan rumah tangganya. Sebagai Bupati Maros saat itu, ia melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masyarakatnya dapat meningkat secepat mungkin. Tapi, ia menyadari bahwa kondisi perekonomian nasional yang terpuruk, menyebabkan kebijakan-kebijakan pemerintahan pusat sendiri tidak menentu kepada pemerintah daerah. Kabupaten Maros adalah penyangga Kota Makasar, karena itu selain bidang pertanian yang perlu dikembangkan, bidang perdagangan dan pariwisatanya juga perlu mendapat perhatian utama. Karena Maros menjadi tempat lintas perekonomian dan perdagangan pada lintas trans Sulawesi. Puang Nuntung mengharapkan agar pemerintah pusat sebaiknya mengacu pada pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Karena pembangunan masyarakat timur Indonesia tidak hanya memakmurkan masyarakat timur tapi juga akan mendukung terlaksananya pembangunan di wilayah barat Indonesia. "Perlu diingat bahwa Pulau Jawa sekarang penuh sesak manusia oleh pencari kerja dari belahan wilayah Indonesia yang belum maju," terangnya. Masalah yang pernah dihadapinya adalah masalah sungai besar yang ada di Maros. Di mana, bila terjadi hujan lebat maka sering ada banjir besar sehingga para petani mengalami kerugian besar dalam usaha ekonominya. Padahal untuk menanggulangi banjir itu perlu kerja keras dan dana yang besar. Pendidikan reguler/diklat/kursus
Karier pekerjaan
Pengalaman organisasi
Prestasi, Tanda Jasa, dan Penghargaan
Karya
Riwayat partisipasi pemilu
Referensi
|