Soemantri Brodjonegoro
Soemantri Brodjonegoro (3 Juni 1926 – 18 Desember 1973) adalah guru besar teknik kimia Institut Teknologi Bandung yang kemudian menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia pada tahun 1967 hingga 1973 dan juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1973. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Indonesia. Ia meninggal dunia dalam masa jabatannya sebagai Mendikbud dan digantikan oleh Syarief Thayeb. Riwayat hidupSoemantri Brodjonegoro yang lahir di Semarang pada tanggal 3 Juni 1926 adalah anak dari Prof. Drs. R. Soetedjo Brodjonegoro, seorang guru HIS di Semarang yang kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah HIS di Solo[1] dan guru besar Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.[2] Pada 1933, di usia 7 tahun, memasuki SD, Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Semarang. Tahun 1945 berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat SMA Bagian B di Yogyakarta.[1] Sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimilikinya, melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoogeschool (THS) Bandung.[note 1] Tidak lama dapat mengikuti kuliah, karena Revolusi Fisik mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang memanggil dirinya guna ikut serta berjuang. Dalam masa Perang Kemerdekaan itu, ia pernah menjadi Ajudan Kolonel A.H. Nasution yang ketika itu menjadi Panglima Komando Jawa. Setelah perang kemerdekaan berakhir ia mendapat kesempatan melanjutkan pelajaran di Technische Hoogeschool Delft (sekarang Universitas Teknik Delft), Negeri Belanda, sebagai mahasiswa tugas belajar dari Angkatan Perang RI.[1] Dari sekolah ini ia memperoleh dua gelar kesarjanaan, yaitu Insinyur pada tahun 1956 dan Doktor pada 1958. Gelar Scheikunde Ingenieur (insinyur teknik kimia) dari TH Delft diperolehnya pada tanggal 28 April 1956.[3] Gelar Doctor in de Technische Wetenschap (Doktor Ilmu Teknik) dari TH Delft diperolehnya pada tanggal 23 April 1958 setelah mempertahankan disertasi yang berjudul "Aspects on gas chromatography and selective hydrotreating".[note 2] Mula-mula Dr. Ir. Soemantri Brodjonegoro bertugas sebagai dosen di Departemen Kimia dan Departemen Teknik Kimia di mana ia termasuk generasi pertama staf pengajar putera Indonesia di jurusan-jurusan tersebut. Soemantri Brodjonegoro termasuk dalam panitia persiapan pendirian "Institut Teknologi" di Kota Bandung dan diangkat sebagai panitera Presidium ITB untuk menjalankan tugas-tugas administrasi penyelenggaraan ITB sejak ITB diresmikan tanggal 2 Maret 1959 hingga tanggal 1 November 1959 ketika Prof. Ir. R. O. Kosasih diangkat sebagai Rektor ITB yang definitif. Presidium tersebut dipimpin Prof. Ir. R. Soemono yang beranggotakan Prof. Ir. Goenarso; Prof. dr. R. M. Djoehana Wiradikarta; Prof. Ir. Soetedjo; Panitera: Prof. Dr. Ir. R. M. Soemantri Brodjonegoro.[4] Tahun 1959–1960, ia menjabat sebagai Sekretaris Departemen Kimia ITB dengan Ketua Departemennya waktu itu adalah Prof. dr. R. M. Djoehana Wiradikarta.[5] Tahun 1959–1964, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia ITB.[5] Selain itu pada tahun 1958-1964 dia menjabat pembantu dekan, kemudian Pembantu Rektor[note 3] bidang Akademis ITB. Selanjutnya pada tahun 1964 di usianya yang ke-38 diangkat sebagai Rektor ke-6 Universitas Indonesia,[6] yang merupakan rektor termuda UI sepanjang sejarahnya hingga saat ini. Soemantri menjabat Rektor UI dalam dua kali masa jabatan, yaitu tahun 1964-1968 dan tahun 1968-1973.[6][7] Dengan masa jabatan hampir sembilan tahun, tidaklah salah jika ia disebut sebagai Rektor UI dengan masa jabatan terlama hingga saat ini.[8] Ayah tiga putra ini yang beristerikan dokter Nani Soeminarsari, pernah bertugas di Lembaga Atom, Riset Nasional dan sebagainya - sampai tahun 1964 ketika dia diangkat jadi penasihat dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi.[7] Ketiga putranya adalah Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro - dosen Teknik Mesin ITB, pernah menjabat Dirjen Dikti; Ir. Irsan Soemantri Brodjonegoro, Ph.D - dosen Teknik Kelautan ITB; dan yang paling bungsu Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, SE, MUP, Ph.D. - dosen dan Dekan Fakultas Ekonomi UI, terakhir Menteri Riset dan Teknologi Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju. Pengabdiannya dalam lembaga eksekutif diawali sebagai Menteri Pertambangan dalam Kabinet Ampera tahun 1967, kemudian Menteri Pertambangan dalam Kabinet Pembangunan I dan Kabinet Pembangunan II dan akhirnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.[7] Karangan-karangannya dimuat di pelbagai majalah luar negeri, dan kertas kerjanya selalu ada pada setiap seminar lembaga pengetahuan di Indonesia. WafatPada tanggal 18 Desember 1973 jam 00.15 dinihari di Ruang Perawatan Intensif (ICU) RS Ciptomangunkusumo Jakarta, beliau meninggal dunia dan dikuburkan di Kalibata dengan inspektur upacara Wakil Presiden Hamengkubuwono.[7] Setelah wafatnya, namanya diabadikan sebagai nama gunung di Pegunungan Sudirman, Provinsi Papua yakni Puncak Sumantri Brojonegoro. Selain itu, namanya diabadikan sebagai nama stadion olahraga remaja di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, yakni Stadion Soemantri Brodjonegoro serta nama jalan di Kampus UI Depok dan Universitas Lampung. Tanda KehormatanAtas jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara, ia dianugerahi tanda kehormatan dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[9] Dalam Negeri
Luar Negeri
Catatan
Referensi
Pranala luar
|