Sugiri Sancoko
H. Sugiri Sancoko, S.E.,[1] M.M. (lahir 26 Februari 1971) adalah Bupati Ponorogo yang menjabat pada periode periode 2021–2024.[2] Pasangan Sugiri Sancoko – Lisdyarita yang diusung PDIP, PAN, PPP, dan Hanura memenangkan Pemilihan umum Bupati Ponorogo tahun 2020 dengan perolehan suara sebanyak 352.047 suara atau 61,7 persen.[3] Sugiri menginisiasi pembangunan mega proyek Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) yang bertempat di Gunung Gamping, Sampung, Ponorogo yang dimulai di tahun 2022 serta dicanangkan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Sugiri populer karena figurnya sebagai Bupati Merakyat. Hal ini dibuktikan dengan simbol Semut Ireng yang banyak digunakan partisipan ketika kampanye 2020 yang menggambarkan bahwa Sugiri diusung rakyat banyak.[4] Dalam bertugas, seringkali Sugiri turun langsung ke lapangan dan menemui warganya secara langsung. Ia juga memiliki panggilan unik kepada rakyatnya, yaitu "Frenn/prenn" (dalam bahasa Inggris: Friend) yang berarti teman. Kehidupan PribadiSugiri lahir di Dusun Darat, Desa Gelang Kulon, Kecamatan Sampung, Ponorogo. Sugiri berasal dari keluarga petani dan dibesarkan oleh pasangan (alm) Bapak Sinto dan (almh) Ibu Situn. Putra ke-6 dari ke-7 bersaudara tersebut lahir di Ponorogo, 26 Februari 1971. Di tahun 2000, Sugiri menikah dengan Susilowati dan dikaruniai tiga orang anak (Jian Ayune Sundul Langit, Lintang Panuntun Qolbu, dan Gibran Cahyaning Pangeran). Ketiga nama anak Sugiri terbilang cukup unik lantaran ia menggunakan pendekatan idiosinkratis dalam penamaannya. Putri sulungnya, Jian Ayune Sundul Langit, pernah menjadi sorotan warganet lantaran namanya yang tak biasa.[5] Tokoh Ponorogo ini memiliki panggilan akrab “Kang Giri”. Ia meniti karir sebagai wartawan dan pengusaha reklame. Di tahun 2009-2014 menjadi anggota DPRD Jatim dan diperpanjang lagi di tahun 2014-2015. Di periode keduanya, Sugiri tidak menuntaskan jabatan dewan karena didorong maju ke Pilkada Ponorogo 2015, namun tidak memenangkan pemilihan. Selama tidak menjabat, Sugiri pergi ke Aceh. Di sana, ia bertani jagung bersama beberapa rekan dari Jawa Timur. Berhenti dari bertani jagung, muncul tawaran untuk menetap di Sumatera. Sugiri sempat dipinang untuk menjadi calon Wakil Bupati Banyuasin di Sumatera Selatan yang banyak dihuni transmigran asal Ponorogo. Namun, berakhir dengan batal mendapatkan rekomendasi. Unik, Sugiri dilantik sebagai Bupati Ponorogo tepat di hari ulang tahunnya yang ke-50 di Gedung Grahadi: 26 Februari 2021.[6] Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
Karier PolitikSebelum menjabat sebagai Bupati Ponorogo, Sugiri pernah menjabat sebagai anggota legislatif. Sugiri menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Partai Demokrat untuk periode 2009-2014 dan 2014-2015. Pada Pemilihan Umum Bupati Ponorogo 2015, Sugiri mencalonkan diri, berpasangan dengan Sukirno sebagai wakilnya. Keduanya diusung oleh Partai Golkar, Demokrat, PKS, dan Hanura. Diikuti oleh empat paslon, pasangan Sugiri-Sukirno harus menelan kekalahan dan hanya memperoleh 205.587 suara atau 36,8 persen. Masih semangat bertarung, Sugiri kembali mencalonkan diri pada Pilkada 2020 sebagai calon Bupati, berpasangan dengan Lisdyarita sebagai calon wakil bupati. Saat ini, Sugiri-Lisdyarita tengah mengemban amanah sebagai Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo periode 2021-2024. Meskipun karirnya cukup gemilang di kancah dunia politik, Sugiri sempat tersandung kasus ijazah palsu yang digunakan dalam pencalonan Pemilihan Umum Bupati Ponorogo 2020. Kasus ini mencuat setelah adanya aduan terkait ijazah S1 Universitas Tritunggal Surabaya yang tidak terdaftar di situs Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan.[8] Kasus ijazah palsu yang menyandung Sugiri pada dasarnya telah melewati penyelidikan di tanggal 28 Juli 2022 serta telah lama dihentikan karena tidak ditemukan peristiwa pidana.[9] Kondisi ini diperkuat dengan penjelasan Rektor Universitas Tritunggal Surabaya, Yudhihari Hendrahardana yang menjelaskan bahwa Sugiri Sancoko lulus pada sidang yudisium pada Juli 2006 dan berijazah Sarjana Ekonomi tertanggal 24 Juli 2006.[10] Bernada serupa, Prof. Siti (pihak Universitas Dr. Soetomo) menegaskan bahwa Sugiri memang telah resmi terdaftar[11] mahasiswa S2 Administrasi Publik Universitas Dr. Soetomo Surabaya (2012) yang mana ijazah S1-nya telah terverifikasi dan telah terekap di Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT). Sebelum menjadi Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko adalah anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Partai Demokrat untuk 2009-2014 dan 2014-2019. Selama pendaftaran tiga kali menjadi anggota DPRD dan dua kali menjadi calon kepala daerah, Sugiri lolos persyaratan administrasi dengan menggunakan ijazah dari Universitas Tritunggal Surabaya. Karya SeniSelain terjun di dunia politik dan birokrasi, Sugiri aktif menyalurkan hobi yakni bernyanyi dan bermain gitar. Beberapa karyanya banyak beredar di sosial media YouTube. Akun Widhi Hartono, misalnya mengunggah Sugiri menyanyikan lagu ‘Banyu Langit’ yang dipopulerkan oldeh Didi Kempot. Selain itu, Sugiri juga mengkaver beberapa lagu lain, di antaranya: Ibu (Iwan Fals), Sewu Kutho (Didi Kempot), Kasih Tak Sampai (Padi), dan Damai Bersama-Mu (Chrisye) versi Jawa. Kasih sayangnya yang besar terhadap Ibu tertuang dalam lagu ciptaanya berjudul Ibu (bahasa Jawa). Monumen PeradabanPonorogo dikaruniai alam yang indah dan hasil alam melimpah. Citra sebagai kota Reog juga menjadi modal besar dalam pengembangan sektor pariwisata. Di sisi lain, Kabupaten Ponorogo secara geografis terisolasi. Tidak dilewati eksit Tol trans-Jawa maupun Jalur Lintas Selatan (JLS). Oleh karenanya, Ponorogo harus menciptakan magnet sendiri untuk Bumi Reog. Kondisi inilah yang mendorong berdirinya Monumen Peradaban Reog Ponorogo dengan ikon patung Reog (126 meter). Patung tertinggi di Indonesia yang akan mengalahkan patung Garuda Wisnu Kencana (121 meter). Patung tersebut berwujud dadak merak yang akan menjadi mega proyek destinasi wisata terbesar di Ponorogo.[6] Kawasan wisata terpadu ini dibangun di atas lahan milik pemerintah daerah Ponorogo seluas 4,9 Ha[6] dengan objek utama berupa monumen patung Reog yang terbuat dari tembaga dengan tinggi 126 meter dan didukung berbagai fasilitas wisata berupa waterpark, museum, kafe, plaza terbuka, jalur pendakian, penangkaran burung merak, dan lain-lain. Rencananya, wisata Reog Ponorogo ini menyediakan berbagai kegiatan mulai dari rekreasi, edukasi, olahraga, belanja, petualangan, dan konservasi sehingga dapat dinikmati oleh keluarga, pelajar, dan mahasiswa dari berbagai segmen. Sugiri memiliki istilah sendiri soal monumen peradaban tersebut. Bangunan ikonik tersebut dicanangkan akan menjadi “kipas angin” yang segarnya dirasakan kabupaten tetangga.[6] Tanpa “kipas anin”, ruang ekonomi di sekitar Ponorogo akan “pengap”, namun ketika baling-balingnya berputar, efeknya bisa menyejukkan sampai luar Ponorogo. Di sentra wisata ini rencananya akan didirikan pembangunan fasilitas utama plus delapan wahana pendukung (waterboom, ATV, Panjat Tebing, Motocross, Downhill, Paralayang, Area Camping, Konservasi Merak). Pemkab Ponorogo tengah membangun relasi dengan Pemprov Jatim serta Pemkab Madiun, Trenggalek, Magetan, Tulungagung, Wonogiri, hingga Pacitan. Kolaborasi tersebut diharapkan mampu mempermudah akses wisatawan dari arah Surabaya yang hendak wisata ke Pantai Selatan Trenggalek dan Pacitan bisa mampir ke Ponorogo. Begitu pula yang mau mampir ke Telaga Sarangan dan Gerogan Sewu di barat Ponorogo. Kalau ditarik lebih jauh, imbasnya bakal terasa hingga ke Malang Raya. Kalau sedang hari libur atau akhir pekan, paling tidak macet di Malang dapat berkurang, dipecah ke Ponorogo.[6] ProgramProgram Masa Kepemimpinan Bupati Sugiri Sancoko 2021-2024
PrestasiSugiri Sancoko menjadi aktor utama yang berhasil memperjuangkan budaya Reog Ponorogo agar diakui di UNESCO. Kesenian Reog pernah menjadi perdebatan antara Indonesia dan Malaysia terkait asal-usul dan kepemilikannya.[12] Beberapa pihak di Malaysia mengklaim bahwa Reog merupakan bagian dari warisan budayanya sehingga memicu ketegangan antara Malaysia dan Indonesia. Di tahun 2023, Sugiri memimpin upaya pendaftaran Reog Ponorogo ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Proses tersebut melibatkan pengumpulan berbagai bukti sejarah, dokumentasi, serta dukungan dari komunitas lokal dan nasional. Di tahun 2023, Reog Ponorogo masuk ke dalam list ke-39 sebagai Warisan Budaya Takbenda yang disidangkan di tahun 2024.[13] Selain mengakhiri sengketa kepemilikan dengan Malaysia, upaya tersebut meningkatkan kesadaran global dan dukungan internasional dalam upaya pelestarian Reog Ponorogo. Beberapa prestasi Kabupaten Ponorogo di bawah kepemimpinan Sugiri-Lisdyarita dalam kurun 2021-2024
Referensi
|