Man'yōganaManyōgana (万葉仮名 , Man'yōgana) adalah salah satu jenis aksara kana yang menggunakan aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang, sementara sebagian besar arti yang dikandung aksara tersebut diabaikan. Manyōgana dipakai menulis di Jepang dari zaman Asuka hingga zaman Nara (akhir abad ke-6 hingga awal abad ke-8). Sistem penulisan seperti ini antara lain dipakai untuk menulis Manyōshū, sehingga disebut manyōgana (kana untuk Manyōshū). Nama lain untuk manyōgana adalah magana (真仮名 ) atau shakuji (借字 ). Hiragana dan katakana yang berkembang pada zaman Heian merupakan penyederhanaan dari manyōgana. Selain dipakai untuk menulis Manyōshū, manyōgana juga dipakai untuk menulis bagian waka dan penjelasan cara membaca dalam Kojiki dan Nihon Shoki. Dalam Kojiki, manyōgana dibaca menurut pelafalan Dinasti Wu (go-on). Sementara itu, dalam Nihon Shiki, manyōgana dibaca menurut pelafalan Dinasti Han (kan-on).[1] Dalam buku Manyō Yōjikaku terbitan tahun 1818, ahli kokugaku dari zaman Edo yang bernama Shuntō Shōnin menggolongkan manyōgana berdasarkan bunyi karakter dalam susunan gojūon. Berdasarkan asal usul bentuk karakter, Shuntō Shōnin menemukan 973 jenis aksara Tionghoa yang dipakai dalam Kojiki, Nihon Shoki, dan Manyōshū. Sewaktu menulis manyōgana, aksara Tionghoa dapat ditulis dengan gaya standar atau setengah kursif. Ciri khas manyōgana adalah penggunaan satu karakter untuk satu suku kata, dan arti yang dikandung masing-masing karakter umumnya diabaikan. SejarahPemakaian manyōgana di Manyōshū dan Nihon Shoki sudah begitu sistematis dan teratur, dan hingga kini tidak diketahui sejak kapan manyōgana mulai digunakan di Jepang. Berdasarkan naskah yang disimpan Shōsōin dan artefak papan kayu bertulis (mokkan), manyōgana diperkirakan sudah digunakan di Jepang pada sekitar abad ke-7. Dari situs arkeologi Istana Naniwa di distrik Chūō, Osaka ditemukan papan kayu bertulis yang berasal dari sebelum tahun 652. Papan kayu bertulis tersebut berisi 11 aksara Tionghoa pertama dari sebuah waka yang ditulis secara manyōgana: 皮留久佐乃皮斯米之刀斯 (Haru kusa no hajime no toshi, arti: Tahun pertama tanaman musim semi). Berdasarkan bukti yang lebih tua berupa Pedang Inariyama yang ditemukan di Makam Kuno Inariyama, aksara Tionghoa diperkirakan sudah dipakai untuk menulis bunyi bahasa Jepang sejak abad ke-5. Pedang tersebut bertuliskan aksara Tionghoa yang juga hanya dipakai untuk melambangkan bunyi. Inskripsi pada Pedang Inariyama antara lain bertuliskan nama Kaisar Wakatakeru (獲加多支鹵大王) yang diperkirakan sebagai nama lain dari Kaisar Yūryaku. Jenis
Referensi
Daftar pustaka
|