Yakuwarigo (Jepang: 役割語, "bahasa peran") adalah gaya bahasa, biasa digunakan dalam karya fiksi, yang membawa sifat-sifat tertentu dari penuturnya seperti usia, jenis kelamin, dan kelas sosial.[1] Yakuwarigo biasa digunakan untuk merujuk pada gaya tutur yang ditemukan dalam media berbahasa Jepang seperti manga, anime, dan novel. Meskipun mudah untuk dikenali, biasanya terdapat perbedaan secara sebagian maupun keseluruhan dari ciri bahasa yang digunakan oleh orang yang diwakilinya dalam kehidupan nyata.[2] Ruang lingkup dan ragam dari yakuwarigo dapat menyebabkan masalah dalam penerjemahan, terutama dalam hal kebergantungan pada ragam dalam ciri khas seperti kata ganti orang pertama atau partikel akhir kalimat yang statis atau tidak terdapat dalam bahasa seperti bahasa Inggris.[3]
Konsep tersebut pertama kali diusulkan oleh ahli linguistik Jepang bernama Satoshi Kinsui pada tahun 2003.
Contoh
Berikut ini adalah beberapa kalimat[4] yang diucapkan oleh peran berbeda tetapi memiliki arti yang sama; yaitu "Ya, saya tahu"
- sō da yo, boku ga shitteru no sa: seorang pria (atau dapat juga diucapkan oleh wanita tomboi)
- sō yo, atashi ga shitteru wa: seorang gadis
- sō desu wa yo, watakushi ga zonjite orimasu wa: seorang wanita bangsawan
- sō ja, sessha ga zonjite oru: seorang samurai
- sō ja, washi ga shitte oru: seorang dokter tua
- so ya, wate ga shittoru dee: penutur dialek Kansai (biasa dikaitkan dengan seorang komedian, pedagang, brandal, atau orang barat yang tidak berbahasa Inggris)
- nda, ora shitteru da: orang desa
- sō aru yo, watashi ga shitteru aru yo: orang Tionghoa (lihat Kyowa-go)
Referensi
Pranala luar