Aksara Nagari atau Aksara Pra-Nagari adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sanskerta dan Bahasa Prakerta di daerah India bagian utara dan tengah pada sekira abad VIII – XIII M. Sebagian ahli paleografi menyebut Aksara Nagari dengan nama Aksara Siddham. Aksara Siddham merupakan saudara varian Aksara Nagari yang berkembang di luar India; yaitu di Cina, Korea, dan Jepang.
Nama
Ada yang berpendapat bahwa kata Nagari berasal dari kata Nagara, sebutan untuk kota Pataliputra (Putna) ibu kota Bihar di India. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Nagari berasal dari kata Nagarakas (komunitas pedagang) karena aksara ini cukup populer di antara para pedagang. Namun pendapat yang umum dianut adalah bahwa kata Nagari merupakan bentuk feminim dari kata Nagara yang dalam Bahasa Sanskerta berarti kota. Istilah Aksara Nagari berarti aksara kota, istilah ini juga bisa bermakna aksara orang-orang yang sudah berbudaya.
Asal usul dan Perkembangan
Aksara Nagari merupakan turunan Aksara Gupta yang berkembang di India utara bagian timur, sedangkan Aksara Gupta yang berkembang di India utara bagian barat berevolusi menjadi Aksara Sarada. Sementara Aksara Gupta yang berkembang di India selatan berevolusi menjadi Aksara Pallawa. Aksara Gupta itu sendiri merupakan turunan Aksara Brahmi, induk semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di kemudian hari Aksara Nagari menurunkan Aksara Dewanagari, Aksara Nandinagari, Aksara Jainanagari, Aksara Mahajani, Aksara Gujarati, Aksara Kaithi, dan Aksara Modi.
Aksara Nagari di Indonesia
Aksara Nagari digunakan untuk menuliskan prasasti di Sumatra, Jawa, Bali, dan Karimun Besar. Prasasti-prasasti di Indonesia yang menggunakan Aksara Nagari yaitu: Prasasti Kalasan (prasasti batu), Prasasti Kelurak (prasasti batu), Prasasti Sanur / Prasasti Belanjong (prasasti batu), Prasasti Aek Sangkilon (lempeng emas), Prasasti Tandihat I (lempeng emas), dan Prasasti Pasir Panjang (prasasti batu). Aksara ini juga sering digunakan untuk menuliskan mantra Agama Buddha pada lapik arca (e.g. Prasasti Amoghapasa dari Candi Jago di Malang), tablet tanah liat (e.g. tablet tanah liat di dalam stupika-stupika dari Pejeng di Gianyar), dan dinding candi (e.g. Candi Bungsu dari Kompleks Muara Takus di Kampar). Pada masa klasik, aksara ini identik dengan Agama Buddha Mahayana. Satu-satunya contoh penggunaan Aksara Nagari tanpa kaitan dengan Agama Buddha hanya dijumpai pada Prasasti Sanur.
Tabel Aksara Nagari
Tabel tidak lengkap Aksara Nagari juga terdapat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882) pada kolom 171 – 178.
Referensi
De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden / Koln.
Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten, W. Bruining / M. Nijhoff, Batavia / Den Haag.
Mirashi, V. V., 1977, Corpus Inscriptionum Indicarum, Vol. VI, Archaeological Survey of India, New Delhi.