Jalur kereta api Tegal–Brumbung adalah koridor jalur kereta api aktif yang menghubungkan Stasiun Tegal dengan Stasiun Brumbung sejauh kurang lebih 160 kilometer melalui stasiun ujung Kota Semarang, yaitu Semarang Poncol dan Tawang. Jalur ini merupakan bagian dari segmen jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa yang sekarang sudah menjadi jalur ganda dan keseluruhannya termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang. Koridor Tegal–Brumbung menghubungkan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Namun, rute utama Bandung–Surabaya adalah jalur selatan Pulau Jawa melalui Yogyakarta. Jalur tersebut termasuk jalur yang pemandangannya paling beragam, mulai dari persawahan, tengah kota, hutan jati, hingga pemandangan tepi laut di petak antara Pekalongan-Semarang.
Pada bulan Agustus 1861, diajukan konsesi pembangunan jalur kereta api pertama di Jawa, yaitu rute Samarang hingga Vorstenlanden (Solo dan Djokdjakarta) dan pada tanggal 28 Agustus 1862 disahkan oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa saat itu, Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele. Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) kemudian dibentuk untuk menyelenggarakan proyek lintas tersebut. Pada tanggal 27 Agustus 1863, perusahaan ini disahkan menurut akta notaris Amya Esser di Amsterdam, dan segera melaksanakan proyek pembangunan lin Samarang hingga Vorstenlanden.[1] Jalur ini mulai dibangun pada hari Jumat pada tanggal 17 Juni 1864 di Kemidjen (km 0). Di km ini Stasiun Samarang dibangun. Pembangunan dilanjut hingga ke Tangoeng hingga akhirnya dibuka untuk umum pada tanggal 10 Agustus 1867.[2]
Jalur Semarang Poncol–Cirebon
Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) didirikan pada tahun 1895 dan mendapat konsesi izin dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk membangun jalur kereta api dari Semarang menuju Cirebon. Perusahaan ini berkantor di Tegal, dan mulai membangun jalur kereta apinya pada tahun 1895 hingga akhirnya rampung pada tahun 1897. SCS memfokuskan pengangkutan penumpang dan barang (khususnya gula, minyak bumi, dan pupuk) di lintas Semarang–Pekalongan–Tegal–Cirebon, serta menghubungkannya dengan jalur milik Staatsspoorwegen di Cirebon dan NIS di Semarang Tawang (sejak 1914).[3][4]
Kepindahan ke Stasiun Tawang
Pada tahun 1911, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij mulai menyusun masterplan baru terhadap sistem perkeretaapian di jalur kereta api segmen Semarang–Solo–Yogyakarta yang sebelumnya diresmikan pada tahun 1873. Hal ini dikarenakan Stasiun Samarang NIS—stasiun pertama di Indonesia—yang pada enam tahun sebelumnya ditutup, sudah tak memungkinkan lagi dioperasikan sebagai stasiun sentral NIS apabila Semarang mengalami air rob.[5] Bangunan stasiun ini selesai dan diresmikan pada pertengahan tahun 1914 dan segera digunakan untuk menggantikan Stasiun Samarang NIS yang selalu terendam air jika Laut Jawa mengalami pasang.[6] Sebagai akhir masterplan tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di Tawang, yang mulai dibangun pada tanggal 29 April 1911.
Penggandaan
Pembangunan jalur ganda di tahap pertama dimulai pada tahun 2007, dengan dibangunnya jalur Petarukan menuju Pemalang. Proyek ini dianggarkan tahun 2007, diuji coba pada tanggal 30 Oktober 2008[7] serta dilanjut menuju Tegal pada tahun 2009.[8] Pada tanggal 9 September 2009, jalur kereta api Tegal menuju Pekalongan akhirnya diresmikan oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.[9]
Progres pembangunan jalur ganda dilanjut lagi pada tahun 2012-2013, dengan total pembebasan tanah seluas 1.165.395 meter persegi.[10] Pembangunan jalur ini termasuk di dalamnya mengganti rel, bantalan, hingga mengepras bukit di Plabuan. Total panjang lintas Pantura yang telah digandakan mencapai 727 km. Proyek ini akhirnya selesai pada tahun 2014 dengan menghabiskan biaya Rp9,8 triliun. Istimewanya lagi, kisah ini kemudian dibukukan dalam buku Jalur Ganda Lintas Utara: Percepatan dan Manfaatnya yang ditulis oleh Hermanto Dwiatmoko, Dirjen Perkeretaapian pada masa itu.[11]
Segmen baru ini dibuat oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk meningkatkan arus pengangkutan peti kemas di rute Semarang–Jakarta maupun Semarang–Surabaya pp. Wacana ini ternyata sudah muncul dari 2014, dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara DJKA, PT KAI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pelindo III selaku operator Pelabuhan Tanjung Emas pada tanggal 21 Maret 2014.[13] Dengan begitu, diharapkan volume angkut peti kemas dapat ditargetkan menjadi 1 juta TEUs dari sebelumnya 640 ribu TEUs.[19]
Jalur kereta apinya sendiri sedang dalam tahap pembangunan sejak Mei 2016,[20] namun sayangnya pembangunan jalur KA ini terhenti karena masalah sengketa lahan walaupun jalurnya sendiri kini sudah tersisa 200 meter.[21][22]
^Banck, J.E. (1869). Geschiedenis van het Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. M.J. Fisser.
^Schetskaart van de spoorweg Samarang-Vorstenlanden door de Raad van Beheer der Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij aan de Heeren leden van de Staten-Generaal aangeboden. 1869.
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.