Idham, merupakan lulusan Akpol 1988 yang berpengalaman dalam bidang reserse. Sebelum menjadi Kapolri, dia menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Kehidupan pribadi
Idham dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 30 Januari 1963 sebagai putra dari pasangan Abdul Azis Halik dan Tuti Pertiwi. Ia menempuh pendidikan dasar di SD Kampung Salo pada tahun 1976, lalu melanjutkan ke pendidikan menengah di SMP 2 Kendari pada tahun 1979, dan menyelesaikannya di SMA 1 Kendari pada tahun 1982.[3] Idham kemudian mencoba mengikuti tes masuk AKABRI Kepolisian (sekarang AKPOL), tetapi dirinya tidak lolos. Sembari menunggu tes yang akan digelar tahun berikutnya, Idham masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Pada kesempatan berikutnya, dia kembali mencoba tetapi gagal lagi. Baru pada tahun 1988, Idham akhirnya diterima masuk dan menjadi bagian dari AKABRI Kepolisian A angkatan 1988 (AKPOL 1988 A).[4]
Idham kemudian bertemu dengan Fitri Handari yang merupakan alumni dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 1993. Mereka kemudian menikah dan memiliki empat orang anak, yaitu Ilham Urane Azis, Irfan Urane Azis, Firda Athira Azis, dan Pandu Urane Azis. Istilah "urane" merupakan kata dalam bahasa Bugis yang berarti anak.[5] Putranya, Irfan, tercatat telah meraih sejumlah prestasi dalam bidang pendidikan. Ia pernah meraih peringkat pertama dalam American Mathematics Competition 8 (Kompetisi Matematika Amerika) yang digelar pada tahun 2014, menyabet 3 medali emas dalam ajang Wizard at Mathematics International Competition yang digelar di India pada tahun 2014, medali emas dari Asia International Mathematics Olympiad Open Contest (Kontes Terbuka Olimpiade Matematika Internasional Asia) tahun 2015, medali emas dari Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Matematika tingkat SMP tahun 2015, serta 2 medali emas dari kompetisi International Teenagers Mathematics Olympiad (Olimpiade Matematika Remaja Internasional) yang digelar tahun 2015 di Malaysia.[6] Irfan kemudian dilantik menjadi taruna AKPOL pada tanggal 31 Oktober 2019, dan berhasil memasuki peringkat 10 besar taruna terbaik dengan nilai 826,5 untuk seluruh taruna dari empat matra.[7]
Pada malam tanggal 10 November 2005, Brigjen. Pol. Surya Dharma memanggil dan memerintahkan Idham untuk berangkat ke Poso. Keesokan harinya, Idham terbang dari Surabaya menuju Palu dan tiba di Poso pada sore harinya untuk langsung bergabung dengan Tito Karnavian yang sudah berada di sana. Tito memintanya untuk menjadi wakilnya dalam kasus investigasi mutilasi tiga gadis SMA Kristen yang terjadi di Poso. Per tanggal 12 November 2005, Idham resmi menjadi Wakil Ketua Satgas Bareskrim Poso, mendampingi Tito Karnavian.[9]
Pada tanggal 23 September 2016, Idham dilantik menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (Kadiv Propam), menggantikan Irjen. Pol. Mochamad Iriawan.[13] Idham dipilih karena pernah bertugas di daerah konflik, khususnya Poso.[14] Idham kembali menggantikan posisi Iriawan sebagai Kapolda Metro Jaya pada tanggal 26 Juli 2017.[15][16] Menurut Tito selaku Kapolri, Idham dipilih karena pernah lama bertugas di Polda Metro Jaya.[17]
Pada tanggal 23 Oktober, PresidenJoko Widodo mengusulkan nama Idham sebagai calon tunggal Kapolri untuk menggantikan Tito Karnavian yang diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri.[21] Pada tanggal 30 Oktober, Komisi III DPR-RI yang dipimpin oleh Herman Hery menggelar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap Idham. Rapat pleno Komisi III memutuskan bahwa mereka menyetujui pencalonan Idham secara aklamasi. Keputusan ini disahkan oleh Puan Maharani selaku Ketua DPR-RI dalam sidang paripurna yang digelar sehari setelahnya.[22] Presiden Jokowi resmi melantik Idham sebagai Kapolri pada tanggal 1 November 2019.[23][24]
Tantangan besar yang telah ditangani selama menjabat sebagai Kapolri adalah penanganan Covid 19