Ia merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan kemudian masuk TNI AD, di mana ia ditugaskan ke beberapa daerah termasuk Lombok, Bali, dan Jakarta untuk mengemban tugas sebagai pelaksana medis/kesehatan militer.[7] Ia juga pernah menjabat sebagai Tim Dokter Kepresidenan pada tahun 2009 dan pernah menjabat sebagai Kepala RSPAD tahun 2015.
Pada tahun 2022, Terawan diangkat sebagai profesor kehormatan ilmu pertahanan bidang kedokteran militer dari Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan Republik Indonesia.[11]
Kontroversi
Terawan Theory
Ia pernah merumuskan Terawan Theory, yakni sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' pada penderita stroke. Meskipun demikian, ia dipecat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) karena melakukan metode tersebut kepada pasien sebelum melalui penelitian ilmiah.[12] Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memecat mantan Menteri Kesehatan Dr dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan.[13][14] Beberapa tokoh telah menjadi pasien dari metode ini seperti Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Aburizal Bakrie hingga Mahfud MD yang mengaku kondisinya sakit yang telah diderita seperti Vertigo ataupun Gejala Stroke cenderung membaik setelah dilakukan metode 'cuci otak' tersebut.[15][16]
Pandemi COVID-19
Ketika Pandemi COVID-19 mulai merebak, ia bekerja mengevakuasi 188 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kapal pesiar Dream World.[17] Ia juga mendapat kontroversi dari pemulangan dan karantina WNI dari Wuhan karena lokasi karantina terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, meskipun pemerintah Indonesia telah meyakinkan warga bahwa WNI yang dipulangkan tidak terinfeksi. Setelah masa karantina 14 hari, seluruh WNI dideklarasikan sehat dan tidak terinfeksi COVID-19.[18]
Terawan juga dikritik karena menyatakan bahwa flu biasa lebih berbahaya daripada COVID-19, dengan menyatakan bahwa flu biasa memiliki jumlah kematian lebih tinggi dari COVID-19.[19]
Terawan juga dikritik karena sikap "arogan" dan "anti-sains" dalam menangani krisis COVID-19 di Indonesia.[20] Pada April 2020, saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih merekomendasikan agar masker hanya digunakan oleh orang sakit [21][22] pernyataan Terawan yang menganggap percuma orang sehat pakai masker telah memancing kontroversi tersendiri,[23] begitupula dengan pernyataannya mengenai kenaikan harga masker akibat tingginya pembelian masker,[24] serta sarannya agar masyarakat enjoy aja terkait virus corona guna mempertahankan imun tubuh.[25] Selain itu, saat ia menyambut warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) World Dream yang tetap sehat meski bersama delapan penderita Corona dengan menyatakan mereka sebagai duta imunitas corona,[26] semakin memicu kontroversi dan sikap yang kurang simpatik dari masyarakat.
Penghargaan
Dada kanan
Dada kiri
Special Forces Distinctive Unit Insignia (US Army)