Sosromenduran (bahasa Jawa: ꦱꦱꦿꦩꦼꦤ꧀ꦝꦸꦫꦤ꧀, translit. Sasramendhuran) adalah sebuah kelurahan yang terletak di kemantren Gedongtengen, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Sosromenduran merupakan wilayah yang terletak di sekitar pusat kota Yogyakarta.
Batas-batas wilayah
Fasilitas umum
Stasiun Yogyakarta terletak di kelurahan ini.
Pariwisata
- Malioboro (sisi barat)
- Kampung Wisata Sosrowijayan
- Pusat Perlengkapan Kultur Tionghoa di Jalan Pajeksan
- Sentra Kacang Bawang (Kampung Pajeksan Kacangan)
- Kampung Wisata Dagen
Pembagian administratif
Kelurahan Sosromenduran terdiri dari 7 kampung yaitu:[1]
- Kampung Sitisewu
- Kampung Sosrowijayan Wetan
- Kampung Sosromenduran
- Kampung Sosrodipuran
- Kampung Jogonegaran
- Kampung Sosrowijayan Kulon
- Kampung Pajeksan
Secara administratif kelurahan Sosromenduran terbagi menjadi 14 RW dan 56 RT.
Masyarakat
Secara kultural kelurahan Sosromenduran merupakan percampuran multi etnis yang ada di Indonesia, yang beberapa kampung mencirikan hal tersebut.
Kampung Sosrowijayan Wetan merupakan kampung internasional dimana banyak terdapat penginapan yang diperuntukkan bagi wisatawan lokal maupun asing yang akan singgah ke Yogyakarta, dengan adanya penginapan (losmen, homestay dan hotel) tersebut menjadikan beberapa warga negara asing kemudian menetap di Sosrowijayan Wetan.
Kampung Pajeksan merupakan salah satu kampung di wilayah Kelurahan Sosromenduran yang penduduknya merupakan percampuran antara Jawa, Madura, Minang, Batak, dan sebagian besar etnis Cina. Ini menjadikan kampung Pajeksan sebagai kampung dengan kultur Cina yang kental dengan pembauran suku di Indonesia, hal ini menjadikan kampung Pajeksan sebagai kampung penghasil makanan yang bersumber dari kultur Cina seperti Bakpia, Ja kue, Kue ku, thong pia, dan makanan yang tersaji di rumah makan seperti Kamar Bola, Cwee mie, Mie angsio dan lain-lain.
Selain itu, dikarenakan wilayah Sosromenduran memiliki Malioboro (sisi sebelah Barat) tentunya akan sangat menguntungkan bagi penduduk Sosromenduran untuk memanfaatkan hal tersebut untuk berjualan ataupun melakukan kegiatan usaha di sepanjang Malioboro diantaranya adalah dengan berjualan sebagai pedagang kaki lima di sepanjang malioboro dan berjualan makanan lesehan di sepanjang Malioboro setelah toko tutup.
Referensi
- ^ Sulistyowati, N. A., dan Priyatmoko, H. (2019). Toponim Kota Yogyakarta (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 58. ISBN 978-623-7092-08-7.