Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini Tsunami untuk wilayah pesisir Sulawesi Utara bagian timur dan selatan yakni wilayah Kota Bitung, Minahasa Utara bagian selatan dan barat, Kota Ternate, dan Halmahera Barat. Menurut monitoring muka air laut milik BMKG menunjukan kemunculan sebuah gelombang air laut di Sulawesi Utara setinggi 30 m (98 ft) (23.19 WITA), Jailolo Dan Ternate setinggi 50 m (160 ft) (23.19 WIT) dan Bitung 45 m (148 ft)
(23.19 WIT)[3].Tsunami Menghantam Ke Pedalaman Di Darat Sejauh 2,1 km (1,3 mi) .Peringatan dini tsunami akibat gempa bumi ini diakhiri pada pukul 01.45 WIB, Tanggal 15 November 2019[4]
Penyebab gempa
Dilihat dari episentrum dan kedalamannya, gempa ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada lempeng laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dibangkitkan dengan mekanisme sesar naik atau thrust fault akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur. Sehingga lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe.