Gempa bumi dan tsunami Flores 1992 adalah gempa bumi besar berkekuatan 7,8 pada skala magnitudo yang terjadi di lepas pantai Flores, Indonesia, pada hari Sabtu, 12 Desember 1992, pukul 13:29 WITA. Gempa bumi ini menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimum 26 m (85 ft) yang menghancurkan rumah di pesisir pantai Flores, Setidaknya 2.500 orang tewas atau hilang di wilayah Flores, termasuk 1.490 tewas di Maumere dan 700 di Pulau Babi, lebih dari 500 orang terluka dan 90.000 orang kehilangan tempat tinggal.[3] Peristiwa ini merupakan salah satu gempa bumi paling mematikan di Indonesia.[4]
Kota yang paling parah ialah Maumere. Lebih dari 1.000 bangunan hancur dan rusak berat.
Gempa berkekuatan 7,8 ini terjadi pukul 13.29 WITA dengan pusat gempa di kedalaman 35 kilometer barat laut Kota Maumere. Tsunami hebat terjadi karena gempa tersebut memicu longsor di bawah laut. Peristiwa gempa disertai tsunami di Flores tidak terdekomentasi dengan baik di dalam negeri. Ini karena saat itu sangat minim perhatian dari ilmuwan Indonesia. Seperti ditulis nationalgeographic.co.id, hingga tahun 1992, Indonesia belum memiliki ahli tsunami sehingga riset soal tsunami Flores lebih banyak dilakukan ahli-ahli Jepang. Perhatian kalangan ilmuwan Indonesia terhadap tsunami baru terbangkitkan setelah tsunami Aceh tahun 2004.
Gempa bumi
Gempa terjadi pada pukul 13:29:26 WITA dan disusul beberapa kali gempa susulan serius. Setidaknya 2.500 orang tewas atau hilang di dekat Flores, termasuk 1.490 di Maumere dan 700 di Pulau Babi. Lebih dari 500 orang terluka dan 90.000 orang kehilangan tempat tinggal.[1] Sembilan belas orang tewas dan 130 rumah hancur di Kalaotoa. Kerusakan diperkirakan melebihi USD$100 juta.[5] Sekitar 90% bangunan di Maumere, kota yang terkena dampak paling parah hancur akibat gempa bumi dan tsunami yang terjadi kemudian, sementara 50% hingga 80% bangunan di Flores rusak atau hancur. Listrik di wilayah pelabuhan Maumere padam. Rumah sakit Maumere hancur total, dan pasien dirawat di tenda. Kerusakan juga terjadi di Pulau Sumba dan Alor.
Tsunami
Ketinggian tsunami mencapai 3–4 m (9.8–13.1 kaki) terjadi di sepanjang pantai timur Maumere. Ketinggian tsunami maksimum di desa Riangkroko adalah 26 m (85 kaki); tsunami menewaskan 137 penduduk di desa tersebut. Terletak di sepanjang Sungai Nipah, tsunami merambat sejauh 600 m (2.000 kaki) ke daratan. Tsunami menghanyutkan seluruh desa dan merobohkan banyak pohon kelapa.
Di desa lain yang berjarak tinggi gelombang tsunami adalah 12 m (39 kaki). Di sepanjang lokasi lain yang terkena dampak tsunami, sebagian besar pohon masih berdiri tegak. Di Wuhring, sebuah desa yang berjarak 5 km (3,1 mil) dari Maumere, gelombang setinggi 3 m (9,8 kaki) menyapu desa tersebut dan menewaskan 100 orang. Di Pulau Babi, tsunami meninggalkan sisa-sisa manusia yang tergantung di pohon; 263 kematian terjadi di pulau itu dan dua desa rusak parah. Ketinggian maksimum di pulau itu tercatat 7,3 m (24 kaki). Efek pantulan gelombang di Pulau Flores mungkin turut berkontribusi terhadap dampak destruktif tsunami di Pulau Babi.[6]