Gempa bumi berkekuatan 7,6 atau 7,9 Mw melanda lepas pantai dekat Kepulauan Tanimbar, Maluku, Indonesia, dengan kedalaman 105 km (65 mi), pada 10 Januari 2023. Sedikitnya 11 orang luka-luka dan lebih dari 600 rumah rusak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.[3] Gempa ini merupakan gempa bumi terkuat di Indonesia pada tahun 2023.[4]
Latar belakang tektonik
Aktivitas tektonik di Maluku Utara dipenuhi oleh jalur patahan subduksi dan mendatar. Gempa bumi fokus menengah hingga dalam dengan kedalaman fokus 60 km atau lebih dianggap dalam untuk menghasilkan tsunami yang signifikan secara langsung. Gempa Laut Banda tahun 1938, dengan kedalaman menengah bermagnitudo 8,5–8,6, menyebabkan tsunami yang relatif kecil 1,5 meter (4,9 kaki).[5] Sebuah gempa berkekuatan 8,1 melanda sekitar 37 km (23 mil) ke arah barat pada bulan Oktober 1963.[6] Gempa bumi besar terakhir sebelum peristiwa 2023 terjadi pada Desember 2021, berkekuatan 7,3 SR.[7]
Menurut BMKG, gempa dirasakan dengan intensitas maksimum VII (Sangat Kuat) di sebagian Yamdena,[8] dengan intensitas VI (Sedang) dirasakan di kota Saumlaki[9]. Itu juga dirasakan dengan intensitas IV (Ringan) di kota Sorong, Kaimana, Waingapu, Waijelu dan Tiakur, serta pulau Alor dan Lembata.[10]
Peringatan tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah tersebut, yang kemudian dibatalkan.[11] Para pejabat Ekuador dan Chili mengatakan tidak ada ancaman tsunami di negara mereka.[12]
Efek tanah
Di lepas pantai utara Yamdena, sebuah "pulau" dilaporkan muncul dari laut tak lama setelah gempa. Hal ini memicu kepanikan di kalangan penduduk, yang menyebabkan desa terdekat dievakuasi sementara.[13] Para pejabat mengatakan bahwa fenomena tersebut kemungkinan merupakan letusan gunung lumpur,[13] dan fenomena serupa telah diamati pada tahun 1945, 1952, 1957, 2001, 2004, dan 2013.[14]
Akibat
Seorang penyelam tewas setelah tertimpa batu dan karang saat menyelam. Namun, BNPB menyatakan bahwa orang tersebut meninggal bukan karena gempa, dan tidak ada kaitannya dengan gempa.[15][16] 4 lainnya luka ringan, delapan rumah roboh, dan 84 lainnya mengalami kerusakan ringan hingga sedang di Kepulauan Tanimbar.[17] Di Kabupaten Maluku Barat Daya, sembilan rumah dan dua sekolah hancur, sementara 23 lainnya rusak.[18] Di Selaru, tiga rumah mengalami kerusakan yang dapat diperbaiki, sementara tembok sebuah SMA runtuh. Sebuah hotel yang pernah ditempati oleh Presiden Indonesia juga rusak parah.[17] Listrik juga terganggu.[19] Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, sekitar 300 m (980 kaki) retak parah dan tertekuk setelah gempa, mempengaruhi transportasi dan menutup akses ke lima desa.[20]
Gempa dirasakan hingga Timor Leste dan Australia bagian utara. Laporan gempa menggambarkannya sebagai getaran yang kuat dan bertahan lama, dengan beberapa orang mengatakan bahwa seluruh rumah mereka bergetar dan mereka dapat mendengar bumi bergemuruh.[21]