Sumatra terkenal dengan gempa bumi kuatnya: gempa bumi Enggano pada tahun 2000 menandai dimulainya periode aktivitas seismik yang sedang berlangsung di wilayah tersebut, yang ditandai dengan gempa bumi Samudera Hindia 2004. Gempa Enggano 2000 terjadi di ujung tenggara ruas sesar yang pecah pada gempa bumi Sumatra 1833. Kelompok gempa bumi ini, selain gempa bumi Sumatra 2005, semuanya pecah di sepanjang megathrust yang membentuk antarmuka antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda. Peristiwa gempa ini adalah satu-satunya yang tidak menimbulkan tsunami.
Dampak dan korban
Gempa ini dirasakan sangat kuat pada skala pada skala X MMI[4] di pulau Enggano. Sedangkan dirasakan VIII MMI di Bengkulu, V-VI MMI di Pagaralam, Lubuklinggau dan Palembang serta IV-V MMI di Lampung, Banten dan Jakarta.[5] Sebanyak 94 orang tewas, lebih dari 1.000 orang luka-luka dan sedikitnya 15.000 rumah rusak berat, dan 29.940 rusak ringan, gedung-gedung sekolah juga runtuh di mana 566 gedung TK, 418 SD, 81 SLTP, dan 31 SLTA di samping 13 gereja, 377 masjid, tiga pura, 35 puskesmas, 68 puskesmas pembantu dan lain-lain.
^Abercrombie, R. E.; Antolik, M.; Ekström, G. (2003). "The June 2000 Mw 7.9 earthquakes south of Sumatra: Deformation in the India–Australia Plate". Journal of Geophysical Research. 108 (B1): ESE 6–1. Bibcode:2003JGRB..108.2018A. doi:10.1029/2001JB000674.