Wangsa Sailendra

Relief di Borobudur menampilkan raja dan ratu dengan segenap abdi pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini kemungkinan besar dibuat berdasarkan istana wangsa Sailendra sendiri.

Wangsa Sailendra atau Syailendra (Śailendravamśa) adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Medang era Jawa Tengah sejak tahun 752; dan menguasai Sriwijaya di Pulau Sumatra sejak kepemimpinan Balaputradewa dari Jawa Tengah.

Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Wangsa Sailendra diperkirakan berasal dari Kerajaan Kalingga pada abad ke-5 di Jawa Tengah dan memiliki banyak peninggalan candi-candi yang terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah. Di samping berasal dari Jawa Tengah, daerah lain seperti Sumatra atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini, tetapi tidak ada silsilah atau bukti prasasti yang mendukung.

Asal-usul

Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra.

Istilah Sailendra dalam bahasa Sanskerta artinya "Raja Gunung", merujuk ke gunung-gunung berapi tinggi seperti Gunung Merapi yang menghadap ke Borobudur, candi besar agama Buddha yang dibangun oleh wangsa ini.[1]

Di Indonesia, nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan.[butuh rujukan] Tulisan pada Prasasti Kalasan menggunakan aksara Nāgarī dalam bahasa Sanskerta dan mencantumkan rangka tahun 700 saka (778 Masehi). Dalam Prasasti Kalasan terdapat keterangan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Sailendra telah menyarankan pembuatan bangunan suci kepada Maharaja Tejahpurnapana Panamkarana. Bangunan ini dibuat sebagai tempat pemujaan bagi pendeta beragama Buddha untuk memuja Dewi Tara. Bangunan ini merujuk ke Candi Kalasan.[2] Dalam Prasasti Kalasan, Wangsa Sailendra disebut dengan nama Śailendragurubhis, Śailendrawańśatilakasya, dan Śailendrarajagurubhis.[butuh rujukan]

Candi Kalasan sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.

Nama raja dari Wangsa Sailendra juga ditemukan di dalam prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 Masehi. Pada prasasti ini, sang raja dikenali untuk pertama kalinya sebagai "pembunuh musuh".[3] Namanya dituliskan dalam prasasti ini sebagai Śailendrawańśatilakena. Lalu Wangsa Sailendra juga disebutkan dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia, nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda.[butuh rujukan]

Mengenai asal-usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Ada yang mengatakan bahawa keluarga Jawa Śailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan, tapi pendapat semua itu tidak memiliki bukti dan tidak valid. Dari penelitian terbaru, Sailendra lebih pasti berasal dari Jawa.[4]

Teori India

Majumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatra) maupun di Mdaŋ (Jawa) berasal dari Kalingga (Jepara) dan kerajaan kalingga sudah ada di abad ke-5 sebelum ada kerajaan sriwijaya yang muncul di abad ke-6, sekaligus membatalkan Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Śailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya, dan teori Nilakanta Sastri di nyatakan tidak tepat dan bukti, karena Dapunta Hyang datang ke sumatera pada abad ke-6, Sementara kerajaan Kalingga sudah berdiri di abad ke-5.

Teori Funan

George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan lainya menyatakan sisilah Sailendra telah bermukim turun-temurun di Jawa tengah, di abad ke-5

Teori Nusantara

Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatra atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin berasal dari Sumatra yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.

Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra berasal dari Sumatra yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada abad ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara di Jawa. Namun pendapat ini masih diragukan, karena ratu Shima merupakan keturunan Syailendra menjadi ratu dari kerajaan Kalingga sebelum ekspansi Sriwijaya menurut Prasasti Kota Kapur.[5] Serangan Sriwijaya atas Jawa berdasarkan atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bumi Jawa yang tidak mau berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuno. Namun keberhasilan Sriwijaya dalam ekspansi Bhumi Jawa yang tercatat di Prasasti Kota Kapur diragukan keberhasilannya. Karena sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang menyatakan pengusaan Sriwijaya atas Bhumi Jawa. Justru yang menjadi misteri adalah keberadaan Wangsa Sailendra yang tiba-tiba menjadi penguasa Suwarnadwipa pada era Balaputradewa. Bahkan di Prasasti Nalada disebutkan Balaputradewa Raja Suwarnadwipa merupakan cucu dari Raja Yawadwipa yang menikah dengan Tara Putri Dharmasetu.

Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Medang.

Nama Dapunta Selendra pernah diajukan sebagai ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuno. Jika demikian, kalau keluarga Śailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Menurut Boechari, prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi. Damais tidak berpendapat demikian, dan memperkirakan asal dari awal abad ke-9.[6][4]:25

Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām menjadi penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berpindah agama dari aliran Siwa menjadi Buddha Mahayana juga sesuai dengan isi Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang).

Kemudian Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya. Disebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.

Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun. Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.

Prasasti Sojomerto sering digunakan sebagai bukti bahwa wangsa Sailendra berasal dari Sumatra karena mengasumsikan kata Selendra sebagai penyebutan Melayu untuk Sailendra dan Dapunta Selendra adalah pendahulu dinasti ini, namun penelitian termutakhir tidak menunjukkan seperti itu: Menurut Damais, prasasti Sojomerto berasal dari awal abad ke-9,[6] menempatkannya setelah prasasti Kedukan Bukit (683 M). Selain itu nama Selendra dari prasasti Sojomerto sepertinya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Sailendra: Dalam prasasti itu disebut kata hakairu dan daiva yang mempunyai diftong ai, sehingga seharusnya diftong itu juga digunakan dalam nama Dapunta Selendra. Selain itu, teori ini sudah usang karena tidak ada data keberadaan dinasti Sailendra di Sumatra lebih awal dari abad kesembilan dan Sriwijaya tidak dapat menaklukkan Jawa, yang terjadi adalah kebalikannya — dinasti Sailendra menundukan Sriwijaya dan daerahnya di semenanjung Melayu.[4]:22-27

Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.

Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga Śailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Kalingga. Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuno pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vasal atau Perdikan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur.

Era Kerajaan Medang

Relief Borobudur yang menggambarkan seekor gajah kerajaan yang dikawal oleh tentara, pada zaman kerajaan Mataram (Medang) di Jawa.

Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[7] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga.[8] Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.

Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.

Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra.

Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.

Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812–833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

Runtuhnya Wangsa Sailendra

Berapa sejarawan berusaha menjelaskan berakhirnya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatra). Selama ini sejarawan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut paham adanya dua wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu aliran Siwa. Dimulai dengan adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang kebanyakan beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah.[butuh rujukan] Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya.[5] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[5] Hal ini berdasarkan temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan abad ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang.

Sementara itu, sejarawan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya ada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah disebutkan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap masih masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlangsung antara abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang menganggap Panangkaran sebagai Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir berdasarkan temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlangsung jauh lebih lama. Dari awal abad ke-9 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal abad ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya akibat serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa baik di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan antara Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhirnya berkuasa baik di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatra.

Daftar para raja

}} Beberapa sejarawan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra berdasarkan penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut berdasarkan hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena tampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Akibatnya nama beberapa raja tampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih masih sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap.

Kurun Waktu Nama Raja atau Penguasa Ibu Kota Prasasti atau Catatan Bersejarah Peristiwa
674—703 Shima (?) Kalingga, di antara Pekalongan dan Jepara Carita Parahyangan, Catatan Tiongkok mengenai kunjungan biksu Hwi-ning di Ho-ling (664) dan pemerintahan Ratu Hsi-mo (674) Menguasai kerajaan Kalingga
703—710 Mandimiñak (?) ? Carita Parahyangan
710—717 Sanna ? Prasasti Canggal (732), Carita Parahyangan Sanna berkuasa di Jawa, tetapi setelah kematiannya kerajaan runtuh dan terpecah-belah akibat pemberontakan atau serangan dari luar
717—760 Sanjaya Mataram, Jawa Tengah Prasasti Canggal (732), Carita Parahyangan Sanjaya, putra Sannaha, keponakan Sanna memulihkan keamanan, mempersatukan kerajaan dan naik takhta, sejarawan lama menafsirkannya sebagai berdirinya Wangsa Sanjaya, sementara pihak lain menganggap ia sebagai kelanjutan Sailendra
760—775 Rakai Panangkaran Mataram, Jawa Tengah Prasasti Raja Sankhara, Prasasti Kalasan (778), Carita Parahyangan Rakai Panangkaran beralih keyakinan dari memuja Siwa menjadi penganut Buddha Mahayana, pembangunan Candi Kalasan
775—800 Dharanindra Mataram, Jawa Tengah Prasasti Kelurak (782), Prasasti Ligor B (sekitar 787) Juga berkuasa di Sriwijaya (Sumatra), membangun Manjusrigrha, memulai membangun Borobudur (sekitar 770), Jawa menyerang dan menaklukan Ligor dan Kamboja Selatan (Chenla) (790)
800—812 Samaragrawira Mataram, Jawa Tengah Prasasti Ligor B (sekitar 787) Juga berkuasa di Sriwijaya, Kamboja memerdekakan diri (802)
812—833 Samaratungga Mataram, Jawa Tengah Prasasti Karangtengah (824) Juga berkuasa di Sriwijaya, merampungkan Borobudur (825)
833—856 Pramodhawardhani berkuasa mendampingi suaminya Rakai Pikatan Mamrati, Jawa Tengah Prasasti Siwagrha (856) Mengalahkan dan mengusir Balaputradewa yang menyingkir ke Sumatra (Sriwijaya). Membangun Candi Prambanan dan Candi Plaosan. Para raja Medang penerus Pikatan, mulai dari Dyah Lokapala (850—890) hingga Wawa (924—929) dapat dianggap sebagai penerus trah Sailendra, meskipun Dyah Balitung (898—910) dalam Prasasti Mantyasih (907) hanya merunut leluhurnya hingga Sanjaya, akibatnya menumbuhkan teori Wangsa Sanjaya.
833—850 Balaputradewa Sriwijaya, Sumatera Selatan Prasasti Siwagrha (856), Prasasti Nalanda (860) Dikalahkan Pikatan-Pramodhawardhani, terusir dari Jawa Tengah, menyingkir ke Sumatra dan berkuasa di Sriwijaya, mengaku dirinya sebagai pewaris sah wangsa Sailendra dari Jawa, membangun Candi di Nalanda (India)
sekitar 960 Çri Udayadityavarman Sriwijaya, Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok (960 dan 962) Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok
sekitar 980 Haji (Hia-Tche) Sriwijaya, Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok (980–983) Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok
sekitar 988 Sri Cudamanivarmadeva Sriwijaya, Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok (988-992-1003), Prasasti Tanjore atau prasasti Leiden (1044) Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok, Raja Jawa Dharmawangsa menyerang Sriwijaya, membangun Candi untuk Kaisar Tiongkok, pemberian desa perdikan oleh Raja-raja I
sekitar 1008 Sri Maravijayottungga Sriwijaya, Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok (1008) Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok (1008)
sekitar 1017 Sumatrabhumi Sriwijaya, Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok(1017) Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok (1017)
sekitar 1025 Sangramavijayottungga Sriwijaya, Sumatera Selatan Prasasti Chola di Candi Rajaraja, Tanjore Serbuan kerajaan Cholamandala atas Sriwijaya, ibu kota ditaklukan oleh Rajendra Chola

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Bowring 2022, hlm. 74.
  2. ^ Indriyani, A., dkk. (Juli 2022). Sektiadi dan Wiyamto, K. S., ed. Medang: Sejarah dan Budaya Mataram Kuno (PDF). Yogyakarta: Museum Pleret. hlm. 7. 
  3. ^ Coedès, G., dan Damais, L. C. (1989). Kedatuan Sriwijaya: Penelitian tentang Sriwijaya (PDF). Diterjemahkan oleh Pusat Penelitian EFEO di Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 135. ISBN 979-8041-12-7. 
  4. ^ a b c Zakharov, Anton A (August 2012). "The Śailendras Reconsidered" (PDF). nsc.iseas.edu.sg. Singapore: The Nalanda-Srivijaya Centre Institute of Southeast Asian Studies. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal November 1, 2013. Diakses tanggal 2013-10-30. 
  5. ^ a b c Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. hlm. pages 171. ISBN 981-4155-67-5. 
  6. ^ a b Degroot, Véronique M. Y. (2009). Candi, Space and Landscape. A study on the distribution, orientation and spatial organization of Central Javanese temple remains. Leiden, Netherlands: Sidestone Press. hlm. 84. ISBN 978-90-8890-039-6. Diakses tanggal 7 November 2014. 
  7. ^ Bosch, F.D.K. (1952). "Çriwijaya, de Çailendrawamsa- en de Sańjayawamça". B.K.I. 108: 113–123. 
  8. ^ (Poerbatjaraka, 1958: 254-264)

Daftar pustaka

  • Bowring, Philip (2022). Nusantaria: Sejarah Asia Tenggara Maritim. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-481-801-2. 
  • George Coedes. 1934. On the origins of the Sailendras of Indonesia. Journal of the Greater India Society I: 61–70.
  • K.A.N. Sastri. 1949. History of Sri Vijaya. University of Madras.
  • Marwati Djoened Poesponegoro. Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Kuno. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero). ISBN 979-407-408-X
  • Paul Michel Munoz. 2006. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapura: Editions Didier Millet, ISBN 981-4155-67-5.
  • R.C. Majumdar. Note on Šailendra kings mentioned in Leiden Plates. EL, XXII, pp. 281–4.
  • R. Ng. Poerbatjaraka. 1952. Riwajat Indonesia, djilid I, "Çrivijaya, de Śańjaya en de Çailendrawamça. B.K.I., 254-264.
  • Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya. PT LKIS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-8451-62-1.

Read other articles:

Pour les articles homonymes, voir Bournazel. Henri de Bournazel Carte dédicacée par Henri de Bournazel (n.d.) Surnom L'Homme Rouge Naissance 21 février 1898Limoges Décès 28 février 1933 (à 35 ans)Djebel Saghro, Protectorat du MarocMort au combat Années de service 1916 – 1933 Conflits Première Guerre mondialePacification du Maroc modifier  Henri de Bournazel[1] (Henri de Lespinasse de Bournazel, dit L'Homme Rouge) est un militaire français né à Limoges le 21 février 1898 …

The AKAI MPK MINI (Music Production Keyboard) is a hammer-action, 88-key MIDI controller keyboard released by Akai in November 2009.[1] It is the only MIDI controller in the MPK series to feature hammer-weighted keys. It can be connected to a computer via a bus-powered USB port, or with traditional MIDI cables (in which case an external power adapter is required). Controls and features The MPK88 features the following customizable controls: 8 short-travel faders: the minimum and maximum …

Mobile phone model Nokia E63ManufacturerNokiaSeriesE SeriesAvailability by regionDecember 2008PredecessorNokia E61SuccessorNokia E5-00RelatedNokia E51Nokia E66Nokia E71Nokia E72Form factorBarDimensions113 × 59 × 13 mmMass126 gOperating systemS60 v3.1 (3rd Edition, Feature Pack 1) UI on Symbian OS v9.2CPU369 MHz ARM11 Freescale processorMemory110 MB internal dynamic memoryStorage2 GB MicroSD includedRemovable storagemicroSDHC Hot-swappable max. 16 GB verified (32 GB uno…

بيلي وايلدر Billy Wilder   معلومات شخصية اسم الولادة صامويل وايلدر الميلاد 22 يونيو 1906(1906-06-22)غاليسيا، الإمبراطورية النمساوية المجرية الوفاة 27 مارس 2002 (95 سنة)بيفرلي هيلز، كاليفورنيا، الولايات المتحدة سبب الوفاة ذات الرئة  مكان الدفن مقبرة حديقة قرية ويستوود ميموريال  الجنس…

2024 Botswana general election ← 2019 By October 2024 ← outgoing members61 of the 69 seats in the National Assembly[a]31 seats needed for a majorityRegistered810,974[b] 12.4%   Leader Mokgweetsi Masisi Duma Boko Party BDP UDC Leader's seat None[c] Did not stand Last election 52.65%, 38 seats 35.88%, 15 seats Current seats 38 7[d] Seats needed 24   Leader Dumelang Saleshando Mephato Reatile Party BCP BPF Leader's&…

Australian Women's HardcourtSport Tennis CategoriaTier III (1997 - 2008) FederazioneWomen's Tennis Association Paese Australia LuogoGold Coast SuperficieCemento OrganizzatoreWomen's Tennis Association CadenzaAnnuale Partecipanti32S/32Q/16D StoriaFondazione1997 Soppressione2008 Numero edizioni12 Modifica dati su Wikidata · Manuale L'Australian Women's Hardcourt è un torneo di tennis femminile che si è disputato a Gold Coast, in Australia dal 1997 al 2008. Dal 2009 si è unito al Torn…

Technique for solving differential equations Differential equations Scope Fields Natural sciencesEngineering Astronomy Physics Chemistry Biology Geology Applied mathematics Continuum mechanics Chaos theory Dynamical systems Social sciences Economics Population dynamics List of named differential equations Classification Types Ordinary Partial Differential-algebraic Integro-differential Fractional Linear Non-linear By variable type Dependent and independent variables Autonomous Coupled / …

Earthquake in Virginia, U.S. 2011 Virginia earthquakeShow map of VirginiaShow map of the United StatesUTC time2011-08-23 17:51:04ISC event17331323USGS-ANSSComCatLocal dateAugust 23, 2011, Tuesday[1]Local time1:51:04 pm EDTMagnitude5.8 Mw[1]Depth6 km (4 mi)[1]Epicenter37°56′10″N 77°55′59″W / 37.936°N 77.933°W / 37.936; -77.933TypeDip-slip (reverse)Areas affectedCanada, United StatesMax. intensityMMI VIII (Se…

Tateyama Cable Car carriage Along the line This article does not cite any sources. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Tateyama Cable Car – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (April 2019) (Learn how and when to remove this message)The Tateyama Cable Car (立山ケーブルカー) is a Japanese funicular line of Tateyama Kurobe Kankō (立山黒部…

Questa voce sull'argomento centri abitati del Brandeburgo è solo un abbozzo. Contribuisci a migliorarla secondo le convenzioni di Wikipedia. Bernau bei Berlingrande città di circondario Bernau bei Berlin – Veduta LocalizzazioneStato Germania Land Brandeburgo DistrettoNon presente CircondarioBarnim TerritorioCoordinate52°40′00″N 13°34′59″E52°40′00″N, 13°34′59″E Altitudine68 m s.l.m. Superficie104,17 km² Abitanti43 685[1] (31-12-202…

Peculiar galaxy in the constellation Ursa Major NGC 3656NGC 3656 by the Hubble Space TelescopeObservation data (J2000 epoch)ConstellationUrsa MajorRight ascension11h 23m 38.7s[1]Declination+53° 50′ 32″[1]Redshift0.009640 ± 0.000037 [1]Heliocentric radial velocity2,890 ± 11 km/s[1]Distance139 Mly (42.6 Mpc)[1]Apparent magnitude (V)12.3 [2]CharacteristicsType(R')I0: pec [1]Apparent size (V)1.6′ × 1.6…

العلاقات الدنماركية الغينية الدنمارك غينيا   الدنمارك   غينيا تعديل مصدري - تعديل   العلاقات الدنماركية الغينية هي العلاقات الثنائية التي تجمع بين الدنمارك وغينيا.[1][2][3][4][5] مقارنة بين البلدين هذه مقارنة عامة ومرجعية للدولتين: وجه المقارنة …

Group of protists Ancyromonadida Ancyromonas Scientific classification Domain: Eukaryota Phylum: PlanomonadaTedersoo 2017 Class: PlanomonadeaTedersoo 2017 Order: AncyromonadidaCavalier-Smith 1997 em. Atkins 2000 Family Ancyromonadidae Planomonadidae Synonyms Planomonadida Cavalier-Smith 2008 Ancyromonadida or Planomonadida is a small group of biflagellated protists found in the soil and in aquatic habitats, where they feed on bacteria.[1][2] Includes freshwater or marine organism…

هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة إليها في مقالات متعلقة بها. (مايو 2020) نصب جو لويس التذكاري   تقديم البلد الولايات المتحدة  مدينة ديترويت  إحداثيات 42°19′43″N 83°02′40″W / 42.3287°N 83.0445°W / 42.3287; -83.0445   الموقع الجغرافي …

يفتقر محتوى هذه المقالة إلى الاستشهاد بمصادر. فضلاً، ساهم في تطوير هذه المقالة من خلال إضافة مصادر موثوق بها. أي معلومات غير موثقة يمكن التشكيك بها وإزالتها. (ديسمبر 2018) محافظة إربد. تتناول هذه القائمة المواقع الأثرية المسجَّلة رسمياً لدى دائرة الآثار العامة التابعة لوزارة ا…

U.S. Seregno Calcio 1913Calcio Azzurri, Spartani[1] Segni distintiviUniformi di gara Casa Trasferta Colori sociali Azzurro InnoGrande SeregnoMauro Colombo Dati societariCittàSeregno Nazione Italia ConfederazioneUEFA Federazione FIGC Fondazione1913 Rifondazione1995Scioglimento2023StadioFerruccio(3.700 posti) PalmarèsSi invita a seguire il modello di voce L'Unione Sportiva 1913 Seregno Calcio, meglio nota come Seregno, è stata una società calcistica di Seregno, in provincia di…

Indigenous people of northwestern Canada Not to be confused with Chippewa. For the language, see Chipewyan language. Ethnic group Dënesųłı̨neA Chipewyan woman and child set out to hunt muskrat in Garson Lake, SaskatchewanTotal population30,910 (2016 census)[1]Regions with significant populationsCanadaSaskatchewan12,875Northwest Territories7,820Alberta6,350Manitoba1,905British Columbia1,225LanguagesEnglish, DenesulineReligionChristianity, AnimismRelated ethnic groupsDene, Yellowknive…

Minor Greek goddess For other uses, see Eunomia (disambiguation). Eunomia top right with Dike, Eirene and Themis, on a ceiling painting in Den HaagGreek deitiesseries Primordial deities Titans and Olympians Water deities Chthonic deities Personifications List Achlys Adephagia Adikia Aergia Agon Aidos Alala Alastor Algos Alke Amechania Amphillogiai Anaideia Ananke Androktasiai Angelia Apate Arae Arete Atë Bia Caerus Charites Deimos Dike Dyssebeia Dysnomia Eirene Ekecheiria Eleos Elpis Epiales Ep…

Homann's map of the Scandinavian Peninsula and Fennoscandia with their surrounding territories: northern Germany, northern Poland, the Baltic region, Livonia, Belarus, and parts of Northwest Russia. Johann Baptist Homann (1664–1724) was a German geographer and cartographer; map dated around 1730. Part of a series on the History of Sweden Prehistoric Prehistory (12000 BC–800 AD) Viking Age (800–1050) Consolidation Middle Ages (1050–1397) Kalmar Union (1397–1521) Early Vasa era (1521–1…

Exhibitions and international convention centre in the London Borough of Newham Not to be confused with XL Center or Xcel Energy Center. This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: ExCeL Lon…