Bank Pembangunan Indonesia
PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) atau biasa disingkat menjadi Bapindo, adalah bekas badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perbankan. Pada bulan Juli 1999, bank ini digabungkan dengan tiga bank milik pemerintah Indonesia lainnya untuk membentuk Bank Mandiri.[1] SejarahBank ini didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960 untuk menyediakan pembiayaan yang berkelanjutan bagi pembangunan di Indonesia,[2] Pada tahun yang sama, Bank Industri Negara digabung ke dalam bank ini.[3] Pada tahun 1966, bank ini berperan sebagai Bank Umum sektor Negara yang menerima simpanan giro dan deposito, serta memberikan kredit jangka pendek, khususnya pada sektor pemerintahan. Proyek-proyek yang dibiayai oleh bank ini antara lain pembangunan pabrik pemintalan benang di Cilacap, pabrik gelas dan botol di Surabaya, pabrik kertas di Blabak, Magelang, dan Hotel Indonesia di Jakarta.[4] Pada tahun 1970, bank ini ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional dengan menyediakan pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.[5] Pada tahun 1992, pemerintah Indonesia menetapkan bank ini sebagai sebuah persero.[6] Pada tahun 1999, bank ini digabung dengan Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bank Dagang Negara untuk membentuk Bank Mandiri.[1] Bank ini juga terkenal akibat kredit macet Eddy Tansil yang diperkirakan merugikan negara hingga 1,3 triliun rupiah.[4] Referensi
|