Perusahaan Perdagangan Indonesia
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) atau dikenal di luar negeri sebagai Indonesia Trading Company (ITC), adalah bagian dari ID FOOD yang menjadi trading house dan bergerak di bidang ekspor, impor, dan distribusi. SejarahPerusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1959 saat pemerintah Indonesia menasionalisasi belasan perusahaan perdagangan. Nama dan badan hukum dari belasan perusahaan tersebut kemudian diubah, seperti NV Geo. Wehry, NV Mirandolle, Voûte & Co., NV Borsumij, NV Internatio, NV Lindeteves, dan NV Jacobson van den Berg yang masing-masing diubah menjadi PT Triangle, PT Mira Sari, PT Indonesian Development Industrial & Trading (Indevitra), PT Satya Negara, PT Indonesian Estates & Industrial Supply (Indestins), dan PT Yuda Bhakti.[5][6] Dua tahun kemudian, pemerintah mengubah Yayasan Bahan Penting menjadi sebuah perusahaan negara (PN) dengan nama PN Sejati Bhakti; PT Usindo, PT Jasanegara, PT Agung, dan PT Everard & Co. digabung untuk membentuk PN Jaya Bhakti; PT Central Trading Company dan PT Gaya Sari digabung untuk membentuk PN Tri Bhakti; PT Satya Negara, PT Sapta Putra, PT Mira Sari, dan PT Puspaka digabung untuk membentuk PN Aneka Bhakti;[7] PT Indevitra, PT Indexim, dan PT Molukse digabung untuk membentuk PN Budi Bhakti; PT Yuda Bhakti, PT Grafia Bhakti, PT Kartipanca, PT Permata, PT Tantular, dan NV Tsounas digabung untuk membentuk PN Fajar Bhakti;[8] PT Triangle, PT Telsari, PT Anditya, PT Obor Baru, dan PT Oger Freres digabung untuk membentuk PN Marga Bhakti; PT Indestins, PT W.J. Stokvis, dan PT Upigrafin, dan PT Yuda Electro digabung untuk membentuk PN Tulus Bhakti; serta PT Waja Jawa, PT Indonesian Steel & Engineering Corporation, PT Lettergieterij Amsterdam, PT All Technics, dan PT Gaya Remaja digabung untuk membentuk PN Sinar Bhakti.[9] Pada tahun 1964, pemerintah mereorganisasi sembilan perusahaan tersebut menjadi enam perusahaan dengan nama PN Aduma Niaga dan PN Aneka Niaga untuk berbisnis di bidang importasi dan distribusi bahan pokok; PN Panca Niaga dan PN Satya Niaga untuk berbisnis di bidang ekspor; serta PN Dharma Niaga dan PN Pembangunan Niaga untuk berbisnis di bidang importasi peralatan pabrik.[10] Pada praktiknya, PN Aduma Niaga, PN Pembangunan Niaga, dan PN Aneka Niaga beroperasi sebagai dua unit yang independen, sehingga pada tahun 1966, pemerintah memisahkan PN Aduma Niaga II, PN Aneka Niaga II, dan PN Pembangunan Niaga II masing-masing menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PN Dirga Niaga dan PN Kerta Niaga untuk berbisnis di bidang importasi dan distribusi bahan pokok, serta PN Cipta Niaga untuk berbisnis di bidang ekspor.[11] Pada tahun 1971, badan hukum dari sembilan perusahaan tersebut diubah menjadi persero. Pada tahun 1977, Satya Niaga digabung ke dalam Dharma Niaga. Pada tahun 1982, Dirga Niaga dan Pembangunan Niaga digabung ke dalam Panca Niaga. Pada tahun 1998, Kerta Niaga digabung ke dalam Dharma Niaga.[12] Pada tahun 2003, pemerintah menggabungkan Dharma Niaga dan Panca Niaga ke dalam Cipta Niaga, sehingga nama Cipta Niaga kemudian diubah menjadi seperti sekarang.[13][14] Pada bulan September 2021, pemerintah Indonesia menggabungkan Bhanda Ghara Reksa ke dalam perusahaan ini.[15] Pada bulan November 2021, perusahaan ini pun mengubah nama PT Tri Sari Veem menjadi PT BGR Logistik Indonesia untuk melanjutkan aktivitas bisnis dari Bhanda Ghara Reksa.[16] Pada bulan Januari 2022, pemerintah Indonesia resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Rajawali Nusantara Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang pangan.[17] Kegiatan usahaKegiatan utama PPI adalah perdagangan umum, yang terdiri dari ekspor, impor dan distribusi, termasuk:
PPI memiliki lebih kurang 869 pegawai di kantor pusat dan di hampir semua provinsi di Indonesia. PPI memiliki jaringan marketing/gerai pemasaran seperti kantor, pergudangan dan infrastruktur lainnya untuk kegiatan distribusi di seluruh wilayah Indonesia. Referensi
Pranala luar
|