Kimia Farma
PT Kimia Farma Tbk adalah anak usaha dari Bio Farma yang berbisnis di bidang farmasi. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini memiliki 12 pabrik, 1.278 apotek, 451 klinik kesehatan, 75 laboratorium klinik, 10 optik, dan 3 klinik kecantikan yang tersebar di seantero Indonesia. Perusahaan ini juga memiliki 18 gerai ritel di Arab Saudi. Sediaan farmasi dan bahan baku obat buatan perusahaan ini pun telah diekspor ke India, Malaysia, Maladewa, Kenya, Yaman, Hong Kong, dan Filipina[3][4] SejarahPerusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1960 saat pemerintah Indonesia menasionalisasi belasan perusahaan farmasi.[5] Setahun kemudian, NV Indonesische Combinatie voor Chemische Industrie, N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek, dan NV Jodium Onderneming Watoedakon digabung untuk membentuk PN Bhinneka Kina Farma;[6] PT Nakula, NV Multipharma, PT Pharmaceutical Work "PANAK", Apotek "de Vijzel", Apotek "De VOS", dan CV Apotheek "MALANG" digabung untuk membentuk PN Nakula Farma;[7] NV Chemicalien Handel Rathkamp & Co., NV Pharmacautische Handelsvereniging "De Gedeh", NV Apotheek "De Gedeh", Chemicalienhandel en Mineraalwaterfabriek "Sukabumi", NV Nederland Apotheek, NV Buitensorgsche Apotheek, NV Apotheek en Chemicalien Handel E. Pluribus Umum, PT Rajawali Pharmaceutical, Pabrik Obat "Isamij", dan Apotek "Jakarta" digabung untuk membentuk PN Raja Farma,[8] sementara NV Saridele diubah namanya menjadi PN Sari Husada.[9] Pada tahun 1969, keempat perusahaan tersebut digabung untuk membentuk PN Bhinneka Kimia Farma.[10] Pada bulan Agustus 1971, status perusahaan ini diubah menjadi persero dengan nama “PT Kimia Farma”.[11] Pada tahun 1972, bersama Tigaraksa Satria, perusahaan ini mendirikan PT Sari Husada untuk mengelola bekas pabrik susu milik PN Sari Husada. Pada tahun 1992, Tigaraksa Satria resmi memegang mayoritas saham PT Sari Husada. Pada bulan Juli 2001, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tahun 2003, perusahaan ini menjadikan Unit Bisnis Perapotekan sebagai modal untuk mendirikan PT Kimia Farma Apotek. Pada tahun 2010, perusahaan ini mengalihkan Unit Bisnis Laboratorium Klinik ke PT Kimia Farma Diagnostika.[12] Pada tahun 2018, perusahaan ini berekspansi ke Arab Saudi dengan mendirikan Kimia Farma Dawaa.[3][4] Pada bulan Maret 2019, perusahaan ini mengakuisisi 56,77% saham Phapros dari Rajawali Nusantara Indonesia dengan harga Rp 1,361 triliun.[13] Pada tahun 2020, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Bio Farma sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang farmasi.[14] Perusahaan ini kemudian mengalihkan klinik kesehatan miliknya ke Kimia Farma Diagnostika. Penghargaan
Referensi
Pranala luar |