Uni Belanda-Indonesia

Uni Belanda-Indonesia

Nederlands-Indonesische Unie
1949–1956
Belanda dan Indonesia
Belanda dan Indonesia
StatusKonfederasi antara Belanda dan Indonesia
Ibu kotaAmsterdam
Jakarta
Bahasa yang umum digunakanIndonesia
Belanda
Bahasa Daerah
Agama
Islam
Kristen
Hindu
Buddha
PemerintahanMonarki konfederal
Hoofd der Unie
(Kepala Uni)
 
• 1949–1956
Juliana
Sekretaris Jenderal 
• 1950–1956
Peter Johannes Abram Idenburg
Sejarah 
• Didirikan
27 Desember 1949
• Uni dibubarkan
3 Mei 1956
Didahului oleh
Digantikan oleh
Belanda
Republik Indonesia Serikat
Belanda
Indonesia di masa Demokrasi Terpimpin
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Uni Belanda-Indonesia adalah hubungan konfederasi antara Belanda dan Indonesia yang ada dari tahun 1949 hingga tahun 1956.[1][2]

Sejarah

Perundingan Linggarjati dari kiri ke kanan: Wim Schermerhorn, Lord Killearn dan Sutan Sjahrir.

Pada tanggal 15 November 1946 Perjanjian Linggarjati ditandatangani antara Belanda dan Hindia Belanda yang segera menjadi independen,[3] yang menyatakan bahwa koloni-koloni Belanda akan menjadi negara merdeka yang disebut Republik Indonesia Serikat.[4][5][6]

Uni Indonesia-Belanda didirikan "untuk mempromosikan kepentingan bersama mereka." Karena perselisihan militer, eksekusi kesepakatan tersebut tidak dilakukan. Setelah Belanda menandatangani gencatan senjata dengan Republik Indonesia, pengalihan kedaulatan berlangsung pada tanggal 27 Desember 1949, dan Uni Indonesia-Belanda didirikan.[7]

Uni Indonesia-Belanda dibubarkan saat Indonesia meninggalkannya pada tahun 1956.

Struktur

Uni Indonesia-Belanda mungkin menjadi setara dengan Persemakmuran Britania Raya a la Belanda. Uni akan terdiri dari dua negara merdeka dan berdaulat, yakni:

  1. Belanda Kerajaan Belanda, terdiri dari empat negara konstituen:
    1. Belanda
    2. Suriname
    3. Antillen Belanda
    4. Nugini Belanda
  2. Indonesia Republik Indonesia Serikat, terdiri dari tujuh negara bagian:
    1. Indonesia Republik Indonesia
    2. Indonesia Timur
    3. Jawa Timur
    4. Sumatra Timur
    5. Madura
    6. Pasundan
    7. Sumatera Selatan
Ratu Juliana, Kepala Uni Indonesia-Belanda

Status Nugini Belanda (Nugini Barat) harus didiskusikan lebih lanjut.[8] Nugini Barat pada mulanya tetap di bawah pemerintahan Belanda. Dan, ketika Suriname dan Antillen akan menjadi mitra setara (negara federasi) di Kerajaan, Nugini akan tetap menjadi koloni. Kepala Uni (Hoofd der Unie) adalah Ratu Juliana. Kolaborasi ini akan mengurusi bidang berikut:

  • Pertahanan
  • Hubungan luar negeri
  • Keuangan
  • Hubungan ekonomi
  • Hubungan budaya

Untuk mencapai hal ini, berbagai hal harus dilakukan. Pertama, sebuah konferensi menteri harus diadakan setiap enam bulan sekali. Kedua, sebuah sekretariat permanen didirikan di Den Haag. Masing-masing dari kedua negara akan memilih Sekretaris Jenderal, yang setiap tahun akan mengambil kepemimpinan Sekretariat (dari tahun 1950 posisi ini diduduki oleh P.J.A. Idenburg dari Belanda, yang bertahan sampai tahun 1956). Terakhir, terdapat Pengadilan Arbitrase Serikat yang dibentuk untuk menilai perselisihan antara Belanda dan Indonesia.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ S. Pompe (26 Mei 1992). "3.5.3". Indonesian Law 1949-1989: A Bibliography of Foreign-Language Materials With Brief Commentaries on the Law (edisi ke-Van Vollenhoven Institute For Law and Administration in Non-Western Countries). Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 65–. ISBN 0-7923-1744-0. 
  2. ^ Frederik Mari Asbeck (Baron van.) (28 July 1976). SIJTHHOFF, ed. International Society in Search of a Transnational Legal Order: Selected Writings and Bibliography. BRILL. hlm. 286–. ISBN 90-286-0016-7. 
  3. ^ Wehl 1948, hlm. 145.
  4. ^ Ricklefs 2008, hlm. 361.
  5. ^ Wehl 1948, hlm. 146-148.
  6. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 60.
  7. ^ Kahin 1961, hlm. 439-444.
  8. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 69-70.

Bacaan lebih lanjut

  • Nijhoffs Geschiedenislexicon Nederland en België, dikompilasi oleh H.W.J. Volmuller dalam kolaborasi dengan editor De Grote Oosthoek, The Hague‑Antwerp 1981.
  • Ide Anak Agung Gde Agung (1973), Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965, Mouton & Co, ISBN 979-8139-06-2 
  • Kahin, George McTurnan (1961) [1952], Nationalism and Revolution in Indonesia, Ithaca, New York: Cornell University Press 
  • Ricklefs, M. C. (2008) [1981], A History of Modern Indonesia Since c. 1300 (edisi ke-4th), London: Palgrave Macmillan, ISBN 978-0-230-54685-1 
  • Wehl, David (1948), The Birth of Indonesia, London: George Allen & Unwin Ltd. 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41