Atiek Nur Wahyuni (Direktur Utama) Chairul Tanjung (Komisaris Utama) Ishadi S.K. (Komisaris) Edgar Widjaja (Pengisi Suara Voice-Over untuk Trailer Promo Program Acara)
Trans TV (singkatan dari Televisi Transformasi Indonesia, digayakan sebagai TRΛNSTV)[1] adalah sebuah jaringan televisiswastanasional di Indonesia yang dimiliki oleh Trans Media. Berkantor pusat di Gedung Trans TV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan dan memiliki moto Milik Kita Bersama, konsep tayangnya tidak banyak berbeda dengan televisi swasta lainnya. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Atiek Nur Wahyuni yang juga merupakan Direktur Utama Trans7.
Sejarah
Kemunculan
Inisiatif untuk mendirikan Trans TV sudah ada dalam pikiran Chairul Tanjung (CT) pada awal 1990-an, dengan saat itu mengajak Direktur utama TVRI, Ishadi S.K. untuk bekerjasama. Walaupun demikian, Ishadi menolaknya karena pemerintah pada saat itu tidak memberikan izin bagi keduanya untuk mewujudkan hal tersebut.[1] Konon, inisiatif tersebut muncul ketika CT mengambilalih sebuah studio yang terlilit kredit macet di Jakarta dari Bank Exim dan berusaha memanfaatkannya.[5] Rencana besar CT baru terwujud ketika bersama 4 televisi swasta lain (DVN TV, MTI TV, PRTV dan GIB), pada 12 Oktober 1999 Trans TV berhasil menjadi pemenang seleksi pendirian televisi baru dari Departemen Penerangan. Dengan proposal konsep dan manajemen yang tertata serta hubungan baik dengan pengambil kebijakan, Trans TV berhasil mendapatkan izin tersebut.[5]
Pada 25 Oktober 1999, izin prinsip pendirian untuk Trans TV diberikan, bernomor 798/MP/PM/1999,[6] dan kemudian pada 23 Desember 1999 PT Televisi Transformasi Indonesia resmi didirikan di Jakarta.[7] Nama "Transformasi" (disingkat dengan nama Trans) dipilih setelah melalui serangkaian diskusi,[8] sebagai harapan agar televisi baru ini bisa menjadi yang terdepan di Indonesia.[1] Selain itu, dengan nama yang melekat padanya, diharapkan Trans TV mampu "mentransformasi" Indonesia ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan.[8] Hingga 2001, Trans TV melakukan beberapa persiapan seperti membangun stasiun relai di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Medan, ditambah dengan menyiapkan dana lebih dari Rp 75 miliar dan menjalin kerja sama dengan perusahaan Prancis dan Inggris serta konsultan Australia.[9][10] Pelatihan juga dilakukan pada karyawannya yang masih belum memiliki pengalaman di TVRI, tempat Ishadi dahulu bekerja.[11] Hal ini karena hampir 250 karyawan awalnya memiliki latar belakang fresh graduate yang direkrut dari seleksi pada 70.000 orang.[8]
Awalnya, Trans TV direncanakan akan bersiaran perdana pada 1 Januari 2001[12] dan 18 Juni 2001, tetapi baru pada 22 Oktober2001 siaran percobaannya dapat dimulai yang saat itu hanya berupa test card dan dengan cakupan siar yang terbatas di wilayah Jabodetabek. Tiga hari kemudian, siaran percobaannya ditingkatkan dengan menayangkan beberapa acara, terutama program Trans Tune In, yang merupakan acara perkenalan televisi baru ini yang dikemas dengan gaya kuis diiringi penyangan video klip, ditambah perluasan siarannya ke Bandung. Selain acara Trans Tune In yang merupakan produksi pertama Trans TV, juga disiarkan acara lain seperti Jelajah yang merupakan acara features dan laga sepakbola La Liga. Memasuki 1 Desember 2001, acara Trans Tune In digantikan oleh acara Transvaganza, yang merupakan acara perkenalan program-program yang akan disiarkan Trans TV kedepannya. Acara dalam siaran percobaannya kemudian ditambah dengan menayangkan film-film Barat, dan kuis Tebak Harga.[13] Trans TV kemudian resmi mengudara secara nasional pada tanggal 15 Desember 2001,[14] lewat sebuah acara grand launching dan tayangan live perdananya "Takbir Akbar Nasional" pukul 18:30 WIB.[15]
Awalnya, Trans TV berencana berkantor di Kebon Jeruk, Jakarta, agar bisa berbagi lokasi dengan pemancar RCTI. Namun, setelah disurvei oleh Ishadi S.K. dan Alex Kumara, di sana tidak ada lahan yang cocok. Akhirnya, Trans TV menempati sebuah gedung yang lahannya dibeli dari PT Barata Indonesia, yang awalnya lahan itu untuk membangun hotel di bagian depan dan apartemen di bagian belakang.[16] Kini, tidak hanya menjadi pusat operasional Trans TV, lokasi di Jl. Tendean tersebut juga menjadi pusat operasional CT Corp.
Kesuksesan Trans TV
Target acara Trans TV saat awal bersiaran adalah hiburan umum, dengan titik berat di bidang kebudayaan, IPTEK dan olahraga, dengan fokus pasar pada masyarakat kelas menengah ke atas.[17] Pada saat didirikan, diperkirakan Trans TV memakan investasi awal yang mencapai Rp 400-500 miliar.[8][18][19][20] Komposisi programnya mulanya 50-50% lokal dan asing, yang kemudian berubah menjadi 70-30% di tahun berikutnya.[21] Siarannya awalnya hanya berlangsung selama beberapa jam perhari, yang kemudian ditingkatkan menjadi 18 jam pada 1 Maret 2002 yang menandakan Trans TV bersiaran penuh, dan menjadi 20 jam pada September 2002.[14] Saat ini, Trans TV telah mengudara selama 24 jam sehari.
Dalam perkembangannya, dibanding 4 televisi baru lain yang beroperasi pada saat yang sama (Lativi, Global TV, Metro TV dan TV7), Trans TV hingga 2003 merupakan yang paling bagus kinerjanya. Hal ini karena program-programnya, pada umumnya merupakan buatan sendiri (in-house), ditambah program film Barat box office,[22] sehingga dianggap berbeda dari televisi berbasis hiburan yang didominasi sinetron saat itu.[23] Sebenarnya, awalnya program-program Trans TV lebih mengandalkan out-house, namun karena strategi ini dianggap tidak menguntungkan, Trans TV mencoba memproduksi programnya sendiri yang rupanya sukses.[5] Diperkirakan, pada akhir 2005, sekitar 67% program Trans TV merupakan acara in-house.[21] Beberapa program in-house Trans TV yang cukup memikat pemirsa, seperti Dunia Lain, Extravaganza, Cantik Indonesia, Wisata Kuliner, dan berbagai program lainnya. Kesuksesan Trans TV juga dibantu oleh sejumlah program sitkom seperti Bajaj Bajuri yang pernah cukup populer. Dalam suatu wawancara di tahun 2003, Ishadi mengungkapkan bahwa selain pemograman, kesuksesan Trans TV juga dipengaruhi faktor lain seperti manajemen berbasis good corporate governance, investasi, dan sumber daya manusia yang berusia muda.[22]
Pada Juli 2003, pendapatan Trans TV sudah mencapai Rp 40 miliar, hampir cukup untuk menutup biaya operasionalnya per bulan, yang artinya adalah 1/2 dari pendapatan Indosiar dan 2 kali dari pendapatan TPI di bulan tersebut,[24][25] dan menempatkannya di posisi keempat dari 10 jaringan televisi swasta yang ada.[22] Dengan keberhasilan itu, maka di tahun kedua operasionalnya, Trans TV sudah memperoleh titik impas-nya.[26] Bahkan, pada 2006-2007, Trans TV berhasil menanjak menjadi televisi papan atas (peringkat 1-2), dan pendapatannya mencapai Rp 1 triliun menyaingi para pemain lama.[27] Trans TV pun menjadi "batu loncatan" CT demi mengembangkan sayapnya di industri penyiaran nasional dengan membeli mayoritas saham TV7 (ditambah rumor terdahulu akan mengakuisisi jaringan televisi lainnya),[28][29] dan merupakan satu dari sedikit jaringan televisi di Indonesia yang tidak pernah beralih kepemilikan sejak berdiri. Selain CT dan Ishadi, pihak lain yang dianggap berperan dalam kemajuan Trans TV seperti Riza Primadi,[30]Alex Kumara (yang sudah malang-melintang di industri penyiaran nasional),[10] dan kemudian terkhususnya Wishnutama (yang dikenal cukup baik dalam menjadikan Trans TV unggul dalam program-program in-house yang segar).[31]
Penurunan
Namun, tampaknya setelah Wishnutama pergi (bersama sejumlah karyawan Trans TV, untuk membentuk jaringan televisi baru bernama NET.),[32] Trans TV mulai mengalami penurunan. Awalnya, Trans TV cukup populer beberapa saat dengan program Yuk Keep Smile (dahulu Yuk Kita Sahur) dengan ikon utamanya Caisar dan berbagai goyangnya, seperti "goyang oplosan" dan selanjutnya "goyang Caesar"-nya (walaupun sering mendapat kritik),[33][34] namun pada akhirnya Trans TV harus "tersandung" acaranya tersebut karena pada akhir Juni 2014, acara ini dihentikan oleh KPI karena melecehkan seorang legenda seni, Benyamin Sueb.[35]
Sejak saat itu, rating Trans TV merosot dan tidak lagi berjaya, kalah pamor dari jaringan televisi lain yang mengandalkan sinetron (kecuali untuk saat-saat tertentu, seperti Piala Dunia FIFA 2018 yang membuatnya bisa meraih rating No. 1; dan saat pernah menyiarkan drama Korea The World of the Married).[36][37][38] Untuk mengembalikan posisinya, Trans TV sempat mencoba berbagai cara, seperti dengan kembali menggandeng MD Entertainment dalam penayangan programnya,[39] menghidupkan kembali Bioskop Trans TV, drama Korea dan animasi,[40] yang sayangnya belum menemui hasil yang memuaskan. Program Trans TV kemudian menjadi lebih banyak berisi gosip selebritis seperti Rumpi (No Secret), Pagi-Pagi Ambyar, Brownis dan berbagai program lainnya.[41][42] Usaha sejak akhir 2021 pun dengan membuat beberapa perubahan besar di bidang pemograman (dengan program seperti Indonesia Mencari Bakat musim kelima,[43] kuis Dream Box Indonesia[44] dan serial web WeTV), nampak masih belum mengembalikan Trans TV ke kejayaannya dahulu.
Penjenamaan
Logo
Logo Trans TV awalnya berbentuk batu berlianbelah ketupat berdasarkan persegi yang digayakan, dengan tulisan TRANS di tengah-tengah (dengan font Optima) dan huruf T dan V masing-masing di atas dan bawah membentuk segitiga siku-siku sama kaki. Logo on air-nya berwarna abu-abu, sedangkan logo perusahaannya memakai warna biru yang sempat mengalami beberapa perubahan minor. Trans TV menjadi televisi pertama di Indonesia yang menggunakan logo abu-abu sebagai logo on air dan saat jeda iklan/komersial. Kilau berlian dianggap simbol dari refleksi kehidupan dan adat istiadat masyarakat seluruh Indonesia, dan juga simbol keabadian; sedangkan huruf serif mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.[45][46]
Pada 15 Desember 2013, seiring dengan ulang tahun ke-12 Trans Media, logo Trans TV mengalami perombakan total dari sebelumnya. Tidak lagi berbentuk simbol, logo kali ini hanya berupa tulisan "TRɅNSTV" yang digayakan pada huruf A, di mana A tersebut (juga) diinterpretasikan sebagai sebuah berlian (sebenarnya logo "berlian A" tersebut sudah diperkenalkan sejak pertengahan 2011). Logo dengan simbol "Diamond A" di tengah kata Trans TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat.
Logo "berlian A" tersebut terdiri dari berbagai warna dengan makna dan filosofi khusus.
Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat Indonesia.
Warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa.
Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang andal dan memiliki harapan tinggi.
Warna ungu menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru Trans TV ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang.
Logo pertama Trans TV saat siaran percobaan yang dipakai dari 10 November hingga 15 Desember 2001. Selanjutnya logo ini dipakai sebagai logo perusahaan hingga 15 Desember 2006
Logo Trans TV yang dipakai di layar kaca televisi, digunakan sebagai logo on-air dan jeda iklan/komersial dari 10 November 2001 hingga 15 Desember 2013
Logo kedua Trans TV yang dipakai di layar kaca sebagai station ID dan closing credit dari 15 Desember 2001 hingga 15 Desember 2005
Logo ini adalah penyegaran dari logo pertama dan logo kedua, dipakai dari 15 Desember 2005 hingga 15 Desember 2013
Pada akhir tahun 2017, Transmedia melalui Trans TV untuk pertama kalinya menjadi pemegang hak siar ajang pesta sepakbola terbesar di dunia, yakni Piala Dunia, dalam hal ini FIFA World Cup Russia 2018 di Rusia bersama Trans7 (untuk siaran free-to-air UHF, analog dan digital) dan Transvision (televisi berlangganan). Selain itu, Trans TV dalam wadah Trans Soccer, pernah memiliki hak siar atas ajang sepak bola bergengsi Eropa La Liga (tayang bersama Trans7) dan FA Cup sepanjang musim 2012-13 berkat kerja sama dengan pemilik lisensi Fox Sports.
Pada Bulan Agustus 2025, Transmedia Menjadi Pemegang hak siar Premier League bersama Trans7.
Hingga tahun 2020, Trans TV didukung oleh 50 stasiun pemancar,[47] semuanya dimiliki oleh Trans TV. Berikut ini adalah stasiun afiliasi dan pemancar Trans TV (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan PenyiaranKominfo.[48]
Trans TV pernah mengajukan permohonan untuk mengudara di Purwokerto menggunakan kanal 43 UHF (647,25 MHz) karena sejak hampir sekitar setahun masyarakat di sekitar Purwokerto tidak dapat menikmati layanan Trans TV, tetapi kanal tersebut digunakan untuk TPI (sekarang MNCTV) berdasarkan surat izin No. 00781311-000SU/202006 yang berlaku sampai 31 Januari 2007.
Sebelumnya, Trans TV berani menyediakan layanan televisi bagi masyarakat di sekitar Purwokerto setelah memperoleh izin dari Gubernur Jawa Tengah tentang perluasan jangkauan siaran Trans TV di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal (6 Januari 2003). Surat persetujuan serupa sebelumnya juga telah diberikan secara berturut-turut oleh Bupati Banyumas (20 November 2002) dan Bupati Purbalingga (27 November 2002).
Pada tahun 2005, Kepala Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Semarang mendapati bahwa kanal 43 UHF di Purwokerto ternyata digunakan oleh Trans TV berdasarkan hasil monitoring langsung yang diadakan di Purwokerto pada tanggal 20 September 2005.
Hal tersebut membuat Trans TV mendapat peringatan dari Dirjen Postel pada 21 April 2006 karena Trans TV tidak memiliki izin resmi untuk mengudara di wilayah Purwokerto dan sekitarnya. Namun, pada waktu itu Trans TV masih mengudara di Purwokerto menggunakan kanal yang sama (43 UHF), sehingga masyarakat di sana tidak dapat menerima Trans TV dan TPI dengan gambar yang jelas.
Kemudian pada September 2007, Dirjen Postel memberi peringatan final untuk Trans TV karena Trans TV masih bersiaran di Purwokerto menggunakan kanal yang sama yang sebelumnya telah diberikan kepada TPI oleh Ditjen Postel. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan penertiban frekuensi secara nasional.[52]
Pelanggaran Iklan
Trans TV beserta dua televisi swasta lainnya ditegur keras oleh KPI pusat dikarenakan menyelipkan iklan niaga ke tayangan Adzan Maghrib. Hingga dikenakan sanksi dan peringatan pada tanggal 4 Agustus 2011, dan dikenakan surat no.538/K/KPI/08/11 terkait pelanggaran iklan.[53] Tidak hanya itu saja, Trans TV merupakan salah satu dari 11 stasiun televisi yang ditegur KPI perihal pelanggaran iklan kampanye dalam Pemilu 2014.[54]