PT Alfa Retailindo adalah anak perusahaan Trans Retail di Indonesia yang mengelola 12 toko swalayan dengan nama Transmart dan 1 toko di Pengayoman, Makassar dengan nama Transmarket.[1] Perusahaan ini hanya mengelola gerai Transmart yang dimilikinya yang sebelumnya bernama Alfa Supermarket yang kemudian diambil alih oleh Carrefour. Sebagian besar gerai Transmart eks-Carrefour yang tidak dimiliki perusahaan ini dimiliki oleh Trans Retail sendiri.
Kantor pusat PT Alfa Retailindo saat ini berada di Trans Park Mall Juanda, Bekasi, Jawa Barat.
Sejarah
Perkembangan awal
Bisnis ritel ini bermula dari sebuah gudang milik perusahaan rokok HM Sampoerna di Lodan, Jakarta Utara yang berfungsi sebagai sarana distribusi rokok Sampoerna.[2] Belakangan, pemilik HM Sampoerna, Putera Sampoerna berkongsi dengan salah satu distributornya, Djoko Susanto mengubah gudang itu menjadi sebuah toko grosir yang diberi nama Alfa Toko Gudang Rabat, yang dibuka pada 4 Agustus 1989 bermodal Rp 2 miliar.[2][3][4] Tidak lagi memperdagangkan rokok saja, toko baru tersebut kini menjual aneka produk consumer goods[2] dengan harga murah (sehingga menargetkan pasar kelas bawah),[5] dan didesain dengan sangat sederhana.[6] Untuk menjadi badan usahanya, pada 27 Agustus 1989 didirikan PT Alfa Retailindo,[5] dimana awalnya 60% sahamnya dikuasai oleh HM Sampoerna, sementara Djoko diberi jatah 40%.[3] (Bisa dikatakan, inilah perusahaan pertama yang menyandang nama "Alfa", yang kemudian beranak-pinak menjadi Alfamart, Alfamidi dan Alfa Express di bawah Djoko).
Antara tahun 1989 sampai 1994, kegiatan usaha dibagi dalam 2 divisi yaitu divisi swalayan yang menangani penjualan eceran, dan divisi grosir. Pada tahun 1994 PT Alfa Retailindo membentuk satu divisi baru yaitu divisi distribusi, tetapi pada tahun 1996, divisi distribusi memisahkan diri dan membentuk perusahaan terpisah, PT Atri Distribusindo.[7] Divisi grosir dibuka pada tahun 1991, yang bergerak di bidang perdagangan perkulakan; toko Alfa berjenis grosir dibuka pertama kali di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.[5] Seiring ekspansi, pada tahun 1996, Alfa Gudang Rabat tercatat sudah memiliki 9 toko di Indonesia, baik dari tipe perkulakan maupun swalayan.[8] Kepemilikan saham Alfa Retailindo pada saat itu dikuasai 99% oleh PT Sumber Alfaria Trijaya, sebuah anak perusahaan Sampoerna (dengan kepemilikan 70-80%) yang bergerak di bidang distribusi rokok.[9] Untuk memperkuat usahanya di bidang ritel, pada tanggal 27 Juli 1999 didirikan PT Alfa Mitramart Utama yang bergerak di bidang minimarket dan 51% sahamnya dikuasai Alfa Retailindo. Toko pertama Alfa Mitramart Utama yang diberi nama Alfa Minimart dibuka pada 18 Oktober 1999.[5][10]
Menjadi perusahaan publik
Setelah direncanakan sejak 1999,[11] pada tanggal 18 Januari 2000, PT Alfa Retailindo menjadi perusahaan publik dengan melepas sejumlah sahamnya di Bursa Efek Jakarta, berkode emiten ALFA. Kepemilikan sahamnya menjadi PT Sumber Alfaria Trijaya 77,8%, PT PD dan Industri Panamas 0,79%, sisanya publik.[12] Hingga bulan November 2001, format Toko Gudang Rabat telah memiliki 25 gerai, format perkulakan memiliki 8 gerai, dan format minimarket (Alfa Minimart) telah memiliki 55 gerai. Toko-toko ini tersebar di berbagai daerah, seperti Jabodetabek, Surabaya, Lampung, Denpasar dan Bandung.[13] Produk-produk yang dijualnya meliputi produk kebutuhan sehari-hari, perlengkapan rumah tangga, dan produk elektronik yang ditawarkan dalam slogan "Lebih Dari Sekedar Belanja Hemat". Alfa Retailindo juga kemudian membentuk kartu keanggotaan Alfa Family Club yang menawarkan keuntungan kepada konsumen.[5] Perkembangan yang cukup pesat, membuat perusahaan yang saat itu berkantor pusat di Jl. M.H. Thamrin No. 9 Cikokol, Tangerang ini, pada tahun 2002 sudah memiliki omset lebih dari Rp 2 triliun, aset Rp 650 miliar dan kurang lebih Rp 5.000 karyawan.[2]
Pada tanggal 27 Juli 2002, PT Sumber Alfaria Trijaya memutuskan melepas kepemilikannya di perusahaan ini kepada perusahaan milik Djoko Susanto, PT Sigmantara Alfindo, yang kemudian menjadi pemegang saham mayoritas sebanyak 56,6%. Sisa saham yang awalnya dimiliki PT Sumber Alfaria Trijaya kemudian dialihkan kepada HM Sampoerna (induknya) yang memegang 23,4%. Di luar keduanya, saham perusahaan saat itu juga dipegang publik.[14][15][16] Kemudian, PT Sumber Alfaria Trijaya mengakuisisi bisnis minimarket Alfa Retailindo (Alfa Minimart) dan menjadi pengendali barunya, terhitung sejak 1 Agustus 2002. Alfa Minimart kemudian sejak 2003 menjadi Alfamart hingga kini.[14] Pelepasan itu membuat PT Alfa Retailindo Tbk hanya bermain di bisnis perkulakan dan swalayan. Mengikuti penyederhanaan nama Alfa Minimart menjadi Alfamart, di tahun yang sama, Alfa Toko Gudang Rabat juga menyederhanakan namanya menjadi Alfa Supermarket yang diiringi perkenalan logo baru. Dalam titik ini, sebenarnya Djoko baru menjadi pemegang saham mayoritas Alfa Supermarket (Alfa Retailindo) saja, sedangkan Alfamart (PT Sumber Alfaria Trijaya) saat itu masih dikuasai 70%-nya oleh HM Sampoerna.
Sisa saham HM Sampoerna sebesar 23,4% itu kemudian dijual pasca perusahaan kretek tersebut dibeli oleh raksasa tembakau dunia Philip Morris di tahun 2005. Saham itu juga dibeli oleh Djoko lewat PT Sigmantara Alfindo miliknya, efektif sejak 18 September 2006, sehingga Djoko kini menjadi pengendali tunggal Alfa Retailindo Tbk (Alfa Supermarket). Belakangan, Sigmantara (Djoko) juga memboyong 70% saham PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) dari tangan HM Sampoerna sejak 15 Desember 2006.[17][18]
Penjualan ke Carrefour
Belakangan, Djoko mulai memutuskan mengembangkan Alfamart saja, dan menjual Alfa Supermarket (yang saat itu memiliki 34 toko dan 8 perkulakan) ke pihak lain seiring persaingan yang ketat.[10] Di bulan September 2006, PT Alfa Retailindo Tbk berhasil mengundang Prime Horizons Pte. Ltd., sebuah perusahaan investasi asal Singapura untuk menjadi 34% saham di perusahaan ini.[19] Kemudian, pada 29 Juni 2007, saingan Alfa Retailindo, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, mengumumkan rencana pengambilalihan 55% saham Sigmantara (Djoko Susanto) di perusahaan ini.[20]
Belakangan, rencana akuisisi itu batal karena ketidaksepakatan keduanya di akhir September 2007,[21] dan Djoko kemudian menemukan calon pembeli baru: Carrefour, sebuah raksasa ritel asal Prancis yang sedang berusaha memperluas bisnisnya di Indonesia. Pada Desember 2007, PT Carrefour Indonesia mengumumkan rencana akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk sebanyak 75% dari kepemilikannya dengan harga Rp 680 miliar, dari tangan Prime Horizons dan Sigmantara.[4][22] Proses akuisisi ini tuntas dilakukan pada 21 Januari 2008, dimana lewat sebuah Share Purchase Agreement (SPA), 75% saham Alfa Retalindo berpindah ke PT Carrefour Indonesia dengan harga yang lebih rendah, yaitu Rp 674 miliar.[23]
Kemudian, sejak 13 Mei 2008, gerai-gerai Alfa perlahan-lahan diganti namanya menjadi Carrefour (16 gerai),[24]Carrefour Express (12 gerai), dan 3 sisanya menjadi Carrefour Market.[25][26] Pergantian ke Carrefour ditujukan untuk gerai yang memiliki luas di atas 3.500 m2, sedangkan yang lebih kecil berubah nama menjadi Carrefour Express dan Market. Carrefour Express hanya melanjutkan apa yang dirintis Alfa Supermarket, sedangkan Carrefour Market yang mulai meluncur di bulan Desember 2009, memberikan porsi pada produk pangan dan produk segar yang lebih banyak (80%).[27] Sebelum pelepasan seluruh kepemilikan itu, Djoko tercatat sempat menjual sejumlah aset Alfa Retailindo kepada sejumlah perusahaan miliknya, seperti Alfamart dan Alfamidi.[28] Dengan tender offer pada April 2008 seharga Rp 2.300/saham, kepemilikan Carrefour naik menjadi 80% atas PT Alfa Retailindo Tbk.[29] Kepemilikan saham Sigmantara turun menjadi 20%, sisanya publik yang hanya memiliki 0,11%. Djoko juga tercatat masih menjadi Presiden Komisaris di perusahaan ini.[30]
Akuisisi itu sempat menjadi kontroversi, karena selain sekitar 2.500 karyawan PT Alfa Retailindo Tbk keluar dari perusahaan ini pasca-akuisisi,[31] Carrefour juga sempat tersangkut dalam tuduhan monopoli dari sejumlah pihak, seperti KPPU (lihat Transmart#Isu monopoli), meskipun akhirnya Carrefour bisa tetap menguasai Alfa Retailindo. Pada 29 April 2011, PT Alfa Retalindo Tbk (yang kepemilikan Carrefour sudah menjadi 99%) memutuskan untuk keluar (delisting) dari Bursa Efek Indonesia secara sukarela akibat saham yang tidak likuid dan kepemilikan publik yang sangat rendah.[32] Setelah disetujui dan melakukan tender offer dengan harga Rp 4.500 untuk 0,11% saham publiknya,[33] saham PT Alfa Retailindo Tbk sejak 17 Oktober 2011 resmi dihapuskan dari pencatatan di BEI dan statusnya menjadi perusahaan tertutup.[34]
Perkembangan pasca-akuisisi
Gerai-gerai Carrefour eks-Alfa sampai saat ini pengelolaannya masih ada di bawah PT Alfa Retailindo. Keadaan ini tidak berubah meskipun saat ini PT Trans Retail Indonesia (d/h PT Carrefour Indonesia) sudah berganti kepemilikan dari Groupe Carrefour Prancis ke CT Corp.[35][36] Belakangan, beberapa gerai-gerai Carrefour eks-Alfa, dikonversi menjadi gerai Transmart yang dirombak total.
Namun, konversi ini tidak selalu mulus. Di gerai eks-Alfa Dukuh Kupang, Surabaya, perombakan itu terhalang oleh gugatan yang diajukan seorang warga bernama Soehartono. Ia meminta Alfa Retailindo mengembalikan tanah itu kepadanya, karena dahulu saudara tirinya berinisial MS, menjual tanah itu secara tidak sah yang kemudian berakhir menjadi milik Alfa Retailindo sejak 1996. Setelah terbongkar di tahun 1997, Soehartono mengajukan gugatan hingga beberapa tingkat dan pada 15 Juli 2015, putusan pengadilan mengumumkan Alfa Retailindo harus mengosongkan tanah itu dan menyerahkannya pada Soehartono. Belakangan, hingga batas waktu di tanggal 26 Juli 2017, pihak Alfa menolak dengan alasan fakta hukum dari penggugatnya tidak lengkap.[37][38] Namun, akhirnya pihak Transmart (PT Alfa Retailindo) biasa kembali bernapas lega setelah putusan perdata memenangkan mereka di tanggal 25 April 2018.[39] Belakangan, renovasi menjadi Transmart selesai pada tahun 2020.[40]
Selain itu, Trans Retail melalui PT Alfa Retailindo juga mengembangkan toko grosir/perkulakan dengan nama Groserindo (awalnya bernama Groserindo Carrefour) sejak 25 Juni 2014, sebagai bagian dari upaya perseroan untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang, terutama pada bisnis bisnis hotel, restoran dan katering. Menjual 10.000 barang dengan harga yang diklaim kompetitif,[41] gerai pertamanya dibuka di Bekasi, dengan target menambah 5-7 gerai pada 2015.[42] Akan tetapi, dalam perkembangannya Groserindo tidak berkembang dengan hanya memiliki 2 gerai pada 2017, yaitu di Bekasi (sekarang Trans Park Mall Juanda Bekasi) dan Imam Bonjol, Denpasar (sekarang Trans Studio Mall Bali), dan keduanya ditutup untuk pembangunan mal dengan Transmart sebagai penyewa utamanya.
Kini, semua gerai Carrefour eks-Alfa sudah berganti nama menjadi Transmart, entah itu dirombak atau sekedar berganti nama. Sementara itu, untuk gerai Carrefour Express dan Market, awalnya masih dipertahankan oleh PT Alfa Retailindo, namun seiring penghentian penggunaan hak merek Carrefour oleh pemiliknya di Prancis di tahun 2020, nama Carrefour Express dan Carrefour Market telah berganti menjadi Transmarket.[1][43][44] Sebagai contoh, gerai Carrefour Express dan Carrefour Market yang berganti menjadi Transmarket adalah Carrefour Express Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (sudah ditutup) dan Carrefour Market Blimbing, Malang (sekarang Transmart). Hingga tahun 2023, beberapa gerai Carrefour eks-Alfa yang sempat menjadi Transmarket telah berubah menjadi Transmart. Setelah gerai Transmarket di Sunter, Jakarta, yang merupakan gerai terakhir di Jakarta yang dikelola PT Alfa Retailindo ditutup pada tanggal 4 Desember 2023, hanya satu gerai di Pengayoman, Makassar yang masih menggunakan nama Transmarket hingga saat ini.
Daftar lokasi gerai yang dikelola PT Alfa Retailindo
Transmart
Bekasi, Trans Park Mall Juanda (eks-Alfa/Carrefour, sempat menjadi Groserindo)
Pada pertengahan tahun 2015, Alfa Supermarket dibuka kembali dengan konsep baru seperti Super Indo, tetapi dimiliki oleh perusahaan yang memegang waralaba Alfamidi, yaitu PT Midi Utama Indonesia (yang juga dimiliki Djoko Susanto). Namun, Alfa Supermarket versi baru ini hanya berusia pendek, dan kemudian berganti nama menjadi Alfamidi Super.