Sarden (makanan)

Mamakari, sajian sarden khas Jepang yang sederhana, berupa sarden yang diawetkan dalam larutan cuka
Sarden dalam kaleng, dikemas dalam minyak

Sarden adalah jenis ikan yang paling umum dikonsumsi manusia, merupakan ikan berminyak berukuran relatif kecil.[1] Istilah sarden diambil dari nama pulau di Mediterania, yaitu pulau Sardinia di mana ikan sarden pernah terdapat dalam jumlah besar.[2][3]

Istilah "sarden" sering kali tertukar dengan hewan jenis lain, tergantung definisi dari suatu negara. FAO dan WHO menetapkan 21 spesies ikan yang dapat disebut sarden untuk memudahkan inspeksi dan karantina produk sarden, terutama sarden yang dikalengkan.[4]

Gizi

Ikan sarden kaya vitamin dan mineral. Satu sajian ikan sarden sudah dapat memenuhi 13 persen kebutuhan vitamin B, 25 persen niasin, dan 150% kebutuhan vitamin B12.[5][6] Sarden juga kaya akan mineral fosfor, kalsium, natrium, besi, dan selenium karena sarden dapat dimakan sampai ke tulangnya.[7]:51 Selain itu, sarden merupakan sumber alami asam lemak omega-3 yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.[8][9][10][11] Ikan sarden juga merupakan sumber vitamin D, kalsium, dan protein yang baik.[12] Ikan sarden tidak berada dalam tingkatan trofik rantai makanan yang tinggi sehingga rendah kontaminan dibandingkan ikan lainnya seperti ikan tuna.[13][14]

Makanan kaleng

Di berbagai negara, ikan sarden diperjual belikan dalam kemasan kaleng. Di pabrik pengalengan ikan, ikan sarden yang telah ditangkap kapal penangkap ikan dicuci di pabrik, kemudian kepalanya dibuang, dan ikan dimasak. Sarden dimasak dengan minyak panas maupun dipanaskan di dalam kaleng dengan uap panas. Setelah itu, ikan yang telah berada di dalam kaleng direndam dalam campuran minyak yang mengandung bumbu. Sarden kaleng yang dikatakan berkualitas tidak memiliki kepala dan insang.[4] Di berbagai tempat, isi perut ikan juga dibuang sebelum dikalengkan, umumnya dilakukan terhadap jenis sarden berukuran besar.[4]

Referensi

  1. ^ "What's an oily fish?". Food Standards Agency. 2004-06-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-10. Diakses tanggal 2014-04-22. 
  2. ^ Sardine Online Etymology Dictionary. Retrieved 15 April 2012.
  3. ^ "Sardine". The Good Food Glossary. BBC Worldwide. 2009. Diakses tanggal 2009-11-01. 
  4. ^ a b c "Codex standard for canned sardines and sardine-type products codex stan 94 โ€“1981 REV. 1-1995" (PDF). Codex Alimentarius. FAO/WHO Codex Alimentarius Commission. hlm. 1โ€“7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-03-25. Diakses tanggal 2007-01-18. 
  5. ^ "Vitamin B12". George Mateljan Foundation. Diakses tanggal 2012-04-11. 
  6. ^ http://www.livestrong.com/article/276201-sardine-benefits/ Retrieved 2012-2-22
  7. ^ Emma S. Wirakusumah. Mencegah Osteoporosis. Niaga Swadaya. ISBN 9793927194. 
  8. ^ Kris-Etherton; Harris, WS; Appel, LJ; American Heart Association. Nutrition Committee; et al. (November 2002). "Fish Consumption, Fish Oil, Omega-3 Fatty Acids, and Cardiovascular Disease". Circulation. 106 (21): 2747โ€“2757. doi:10.1161/01.CIR.0000038493.65177.94. PMID 12438303. 
  9. ^ http://www.nature.com/nrn/journal/v9/n7/full/nrn2421.html
  10. ^ Sharon Johnson (6 November 2007). "Oily brain food ... Yum". The Mail Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-08. Diakses tanggal 2009-11-01. 
  11. ^ "Omega-3 fatty acids, fish oil, alpha-linolenic acid: MedlinePlus Supplements". Diakses tanggal 2010-01-22. Fish oil supplements may lower blood sugar levels a small amount. Caution is advised when using herbs or supplements that may also lower blood sugar. Blood glucose levels may require monitoring, and doses may need adjustment. 
  12. ^ "Vitamin D and Healthy Bones". New York State Health Department. November 2003. Diakses tanggal 2009-11-01. 
  13. ^ "Mercury Levels in Commercial Fish and Shellfish". U S Food and Drug Administration. 5 July 2009. Diakses tanggal 2009-11-01. 
  14. ^ "Berbahaya Bagi Otak, Kandungan Merkuri Tuna Tinggi". The Globe Journal. 19 April 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-21. Diakses tanggal 2014-04-22.