DagingDaging adalah bagian lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan melekat pada tulang yang menjadi bahan makanan.[1] Daging tersusun sebagian besar dari jaringan otot, ditambah dengan lemak yang melekat padanya, urat, serta tulang rawan.[2] Sebagai komoditas dagang, daging biasanya disematkan untuk yang berasal dari hewan besar (mamalia dan reptil) saja. Daging semacam ini disebut pula "daging merah", dan diperdagangkan dalam bentuk potongan-potongan, Sementara itu ikan, amfibi, hewan laut dan unggas tidak termasuk komoditas daging, karena dapat diperdagangkan secara utuh. Daging non-komoditas disebut pula "daging putih". TerminologiDaging berasal dari kata Inggris kuno mete artinya makanan atau meat (daging yang dapat dimakan), yang berarti yang secara umum merujuk pada makanan.[3][4] Mad dalam bahasa Denmark,[5] mat dalam bahasa Swedia dan Norwegia,[6] dan matur dalam bahasa Islandia dan Faroe[7] adalah istilah yang juga menyiratkan 'makanan'. Istilah mete juga dikenal dalam Frisia Lama pada tingkat yang lebih rendah, Frisia Barat modern, istilah ini digunakan untuk menggambarkan makanan penting yang membedakannya dari swiets (manisan) dan dierfied (pakan hewan).[8][9] Istilah meat atau daging biasanya selalu dikaitkan pada acuan otot rangka, lemak, dan jaringan lain, tapi juga dapat mengacu ke jaringan konsumsi lainnya seperti jeroan.[10] Daging juga dapat merujuk pada daging spesies mamalia (seperti daging babi, daging sapi, daging domba, dll.) yang telah siap untuk konsumsi oleh manusia, tanpa terkecuali ikan, makanan laut lainnya, serangga, unggas, ataupun hewan lainnya.[11][12] Daging dalam konteks makanan, juga dapat merujuk pada "komponen yang dapat dimakan dari segala sesuatu yang dibedakan dari penutupnya (seperti sekam atau cangkang/tempurung)". Contoh daging kelapa yang melekat pada tempurung kelapa.[12][13] Ada pula penggunaan kata ini khusus dalam bahasa Inggris untuk daging hewan tertentu. Kemunculan istilah daging pada tahun 1066 diiringi dengan Invasi Norman ke Inggris, penggunaan istilah ini memakai nama Inggris sementara terhadap hewan-hewan tersebut, yang mana daging yang dikirim ke meja makanan penjajah yang kemudian istilah itu disebutkan dalam bahasa Norman-Prancis untuk spesies tertentu. Seiring waktu, seluruh penduduk mulai menggunakan istilah ini.[14]
SejarahSejarah produksi dagingBukti paleontologis menunjukkan bahwa daging merupakan bagian penting dari makanan manusia paling awal.[15] Pemburu-pengumpul awal bergantung pada perburuan terorganisasi hewan-hewan besar seperti bison dan rusa.[15] Domestikasi hewan, terbukti bermula sejak zaman glasial terakhir (sekitar 10.000 SM),[15] memungkinkan produksi daging secara sistematis dan pengembangbiakan hewan dengan maksud untuk meningkatkan produksi daging.[15] Hewan yang sekarang menjadi sumber utama daging dijinakkan bersamaan dengan perkembangan peradaban awal:
Hewan-hewan lain atau telah dibesarkan atau diburu untuk diambil dagingnya. Jenis daging yang dikonsumsi sangat bervariasi antara budaya yang berbeda, perubahan dari waktu ke waktu, tergantung pada faktor-faktor seperti tradisi dan ketersediaan hewan. Jumlah dan jenis daging yang dikonsumsi juga bervariasi berdasarkan pendapatan, baik antar negara dan dalam suatu negara.[16]
Sejarah budayaDaging adalah bagian dari makanan manusia yang tidak perlu dipertanyakan lagi karena sebagian besar telah ada dalam sejarah manusia sebagai pemangsa tertinggi.[33] Pada abad kedua puluh barulah menjadi topik yang perbincangan dan perdebatan di kalangan masyarakat, politik, dan budaya secara lebih luas.[34] JenisBerdasarkan hewan yang menjadi sumber, dikenal beberapa macam daging, di antaranya
Daging sapi merupakan komoditas dagang utama dibandingkan dengan daging yang lainnya dan merupakan komoditas perdagangan internasional. Selain sumber-sumber yang "baku" tersebut, dikenal pula sumber-sumber alternatif atau lokal, seperti
Daging unggas dan ikan serta hasil laut/perairan umumnya tidak dianggap "daging". Daging sapiSumber utama daging sapi adalah sapi (baik dari kelompok zebu maupun taurus) dan beberapa kerabat dekat (seperti sapi bali) atau persilangan antarmereka. Daging sapi segar berwarna merah cerah, tekstur lunak. Sebagai komoditas dagang, daging sapi dibedakan nilainya berdasarkan bagian asal di tubuh; juga berdasarkan usia potong. Bagian yang diambil dagingnya mulai dari kepala, leher, seluruh badan, tungkai, dan ekor. Ke dalam daging sapi juga termasuk bagian moncong (hidung/"cingur") dan lidah. Bagian jeroan (isi perut) tidak dianggap sebagai daging. Selain direbus, digoreng, atau dibakar, produk olahan daging sapi bermacam-macam, seperti abon, dendeng, sosis dan salami, serta kornet. Daging sapi dimakan di hampir seluruh bagian dunia. Daging sapi tidak dimakan oleh kelompok-kelompok tertentu umat Hindu karena sapi merupakan hewan yang berguna bagi kehidupan masyarakat seperti bertani, penghasil susu, menarik pedati dan sebagainya, selain itu sapi adalah hewan kendaraan Dewa Siwa, salah satu dewa utama umat Hindu.[35] Daging kerbauSecara umum, daging kerbau relatif keras konsistensinya dengan warna merah agak gelap. Kandungan lemak daging kerbau relatif rendah daripada daging sapi. Daging kerbau dikonsumsi oleh banyak penduduk di Asia Selatan dan Asia Tenggara, tempat asal hewan ini. Pengolahan daging kerbau biasanya sama dengan daging sapi. Daging kambingDaging kambing merupakan sumber gizi yang penting bagi negara berkembang yang biasanya terletak di daerah iklim tropis. Daging kambing lebih empuk daripada daging sapi dan kerbau, serat dagingnya lebih halus dan mempunyai rasa dan aroma khusus yang digemari beberapa bangsa di negara berkembang. Daging kambing yang ada di pasaran berasal dari dua golongan umur, yaitu daging kambing muda dan daging kambing tua. Perbedaan umur daging tersebut diduga akan berpengaruh terhadap flavor daging kambing. Daging dapat diperpanjang masa simpannya dengan menyimpannya dalam kondisi yang tepat. Penyimpanan dingin merupakan salah satu cara yang dapat dipilih untuk memperpanjang masa simpan daging. Pada kondisi penyimpanan dingin, masih terdapat kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan kimiawi pada daging. Daging dombaDaging domba merupakan pangan hewani alternatif selain daging sapi. daging domba juga dapat dijadikan bakso.[37] Kualitas fisik daging domba juga dapat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan [38] Daging babiSecara umum, daging babi memiliki tekstur yang empuk. Daging babi dikonsumsi oleh banyak penduduk di Tionghoa dan Eropa. Pengolahan daging babi biasanya sama dengan daging sapi. Daging babi tidak dimakan oleh kelompok-kelompok tertentu umat Islam dan Yahudi karena babi diharamkan di ajaran agama tersebut. Daging kudadaging kuda memiliki kadar protein yang tinggi, rendah lemak, cita rasa yang agak manis dan memiliki karakteristik cita rasa antara sapi dan rusa. Ada perbedaan karakteristik daging kuda antara kuda jantan dan betina, daging kuda betina lebih empuk dibanding daging kuda jantan [39] Daging untaUnta dapat menyediakan daging yang cukup banyak. Unta dromedari jantan dapat memiliki tubuh dengan massa 300–400 kg, sedangkan daging unta baktrian jantan mencapai 650 kg. Daging unta betina lebih ringan.[40] Daging bagian punggung, rusuk, dan pinggang adalah yang paling dicari, bagian punuk lebih jarang.[41] Punuk unta mengandung lemak berwarna keputihan yang dapat digunakan untuk mengawetkan daging unta, kambing, dan sapi.[42] Daging unta disebutkan memiliki rasa seperti daging sapi yang kasar, dan unta yang lebih tua memiliki daging yang lebih alot.[40][43] Daging unta dapat menjadi lunak jika dimasak lebih lama.[44] Daging kelinciDaging kelinci memliki sifat yang mirip dengan daging ayam, sehingga dapat dijadikan alternatif pangan hewani pengganti daging ayam. Salah satu caranya yaitu dengan mengolahnya menjadi sosis yang berbahan dasar daging kelinci yang menghasilkan karakteristik menyerupai sosis daging ayam.[45] Daging kelinci memiliki sifat fisik dan kimia daging yang berbeda antara jenis kelinci yang dapat dipengaruhi oleh perbedaan manajemen pemeliharaannya [46] ProduksiDaging diproduksi dengan menyembelih hewan dan memotong dagingnya. Cara lain untuk mendapatkan daging tanpa menyembelih hewan adalah dengan cara in vitro, dan metode ini tergolong baru. TransportasiSetelah mencapai usia siap potong, hewan ternak biasanya ditransportasikan dari peternakan ke rumah potong hewan. Transportasi secara besar-besaran sering kali menimbulkan stres dan luka bagi hewan, tidak jarang ada yang mati ketika dalam perjalanan.[47] Stres sebelum penyembelihan dipercaya mempengaruhi rasad aging.[47] Otot tubuh dari hewan yang mengalami stres mengandung sedikit air dan glikogen, dan nilai pH-nya bersifat lebih basa sehingga kualitas daging menurun.[47] PenyembelihanDi negara barat, hewan disembelih dengan cara dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih. Pemingsanan hewan dilakukan dengan pistol baut, listrik, dan karbon dioksida.[47] Darah hewan yang telah disembelih harus benar-benar kering dari karkas sebelum diproses karena darah dapat menjadi sarang berkembang biak mikroorganisme.[47] Pemingsanan hewan dengan pukulan di kepala dapat menyebabkan hewan mati sebelum lehernya dipotong karena kerusakan otak, sehingga pemingsanan hewan tidak diizinkan dalam penyembelihan ritual. PemotonganSetelah darah hewan bersih dari karkas, lalu dilakukan pemotongan dengan pertama kali memisahkan kepala, kuku, kulit, dan ekornya, lalu dikeluarkan organ tubuhnya. Yang tersisa adalah tulang dan daging.[47] Di beberapa negara, terutama negara berkembang, jeroan tidak dibuang melainkan dijual sebagai makanan manusia. PengkondisianPengkondisian adalah penyimpanan daging dalam kondisi higienis dan aseptik pada temperatur sedikit di atas titik beku daging (sekitar –1.5 °C) selama enam minggu. Seperti halnya pemeraman, daging hewan mengalami peningkatan kualitas, terutama dalam hal kelunakan dan rasa.[47] Karena seelah disembelih, sel hewan masih melakukan glikolisis anaerobik hingga asam laktat terakumulasi dan meningkatkan keasaman hingga pH turun menjadi sekitar 5.5.[47] Dan seiring waktu, protein otot selain kolagen dan elastin terdenaturasi.[47] Selama terdenaturasi, protein myoglobin dengan senyawa besinya menyebabkan warna daging menjadi kecoklatan, terutama yang terpapar dengan udara karena besi teroksidasi.[47] Bahan tambahan makananPada daging olahan, bahan tambahan makanan dapat ditambahkan pada daging untuk mengubah rasa, meningkatkan usia simpan, atau mengubah sifat lainnya. Contoh bahan aditif yang ditambahkan pada daging yaitu:[48]
Salah identifikasiKemunculan rantai pasokan kompleks, seperti sistem rantai dingin di suatu negara maju, mengakibatkan jarak antara petani atau nelayan dan pelanggan meningkat dan kesalahan identifikasi pada daging yang disengaja dan tidak disengaja pada berbagai tahap dalam rantai pasokan.[50] Di seluruh Eropa pada tahun 2013, terungkap bahwa produk berlabel yang mengandung daging sapi padahal sebenarnya ialah daging kuda. Sebuah studi penelitian yang dirilis pada Februari 2013 menemukan bahwa sekitar sepertiga makanan laut (ikan mentah) di Amerika Serikat merupakan kesalahan didiagnosis atau diidentifikasi.[51] ImitasiBerbagai daging palsu atau imitasi telah dikembangkan untuk orang yang tidak ingin mengkonsumsi daging (termasuk vegetarian) tetapi ingin merasakan citra rasa dan teksturnya.[52] Daging imitasi, juga sering disebut sebagai meat analogue, adalah nama alternatif daging yang dibuat dari bahan vegetarian. Dua nama umum tambahan untuk daging imitasi yakni daging vegan atau daging vegetarian adalah.[53] Daging ini biasanya dibuat dari kacang kedelai seperti tahu dan tempe, meskipun bisa juga dibuat dari gluten gandum, isolat protein kacang polong, atau bahkan jamur (quorn).[54] Industri daging di IndonesiaProduksi daging mamaliaBerikut adalah produksi daging per tahun di Indonesia:[55]
Daerah yang dijadikan fokus peningkatan produksi daging sapi yakni Aceh, Sumut, Sumsel, Jambi, Riau, Lampung, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta, Bali, Kalsel, Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sultra, Gorontalo, NTB dan NTT. Lihat pulaReferensi
|