Daging merpati adalah daging yang disajikan dari unggas bangsa Columbidae, di mana merpati merupakan yang paling dominan. Daging merpati bisa didapatkan dari aktivitas berburu[1] maupun dari peternakan unggas. Hewan ini pertama kali diternakkan di Timur Tengah dan telah dikonsumsi sejak peradaban Mesir Kuno hingga ke Kerajaan Romawi dan Eropaabad pertengahan.[1]:211[2] Catatan sejarah menunjukkan bahwa daging merpati bukanlah makanan sehari-hari dan lebih banyak disajikan pada kaum ningrat. Caelius Aurelianus, seorang dokter menyebutkan bahwa daging merpati dapat menyebabkan sakit kepala.[3]
Pada abad pertengahan, rumah merpati merupakan simbol prestis dan dapat menjadi sumber makanan bagi tamu istimewa. Rumah merpati dibangun sebagai tempat merpati bersarang dan berkembang biak dan juga sebagai penghias taman.[3][4] Merpati umumnya disembelih di musim panas, dan tidak pernah di musim dingin.[5] Dalam perkembangannya, daging merpati yang masih muda dan belum mampu terbang banyak dikonsumsi karena lebih mudah ditangkap dan tekstur dagingnya lebih lunak.[6]
Merpati tidak sama dengan unggas lainnya; merpati harus dibesarkan bersama dengan orang tuanya dan diberi makan oleh mereka. Satu pasang merpati dapat memproduksi 15 anak merpati per tahun.[8] Merpati yang bersarang di rumah merpati akan mencari makan sendiri di luar dan kembali ke rumah merpati untuk istirahat dan berkembang biak.[3]
Merpati telah diseleksi untuk menghasilkan berat yang lebih, pertumbuhan yang cepat, kesehatan yang lebih baik, serta kesehatan anaknya.[9] Untuk hasil yang lebih, satu pasang merpati dapat diberikan dua kandang di mana merpati dapat bertelur di kandang yang kedua sedangkan anaknya yang masih tumbuh berada di kandang pertama,[10] dibesarkan oleh ayahnya.[11]
Merpati telah diternakkan secara komersial di Amerika Utara sejak tahun 1900-an. Pada tahun 1986, produksi daging merpati di Amerika Serikat dan Kanada adalah satu setengah juta ekor.[8]
Dalam kuliner
Daging merpati lebih empuk dan kaya rasa dibandingkan daging unggas lainnya, tetapi jumlah daging per ekornya relatif sedikit dan lebih terkonsentrasi pada bagian dada.[1]:211, 214[12] Kulitnya berlemak,[1] namun dagingnya tidak. Selain itu, dagingnya relatif mudah dicerna.[3]
Daging merpati yang dibesarkan secara komersial lebih lunak sehingga lebih mudah dimasak, sedangkan yang dibesarkan secara tradisional, atau daging merpati yang tua, memiliki tekstur daging yang lebih keras.[1][3]
Daging merpati menjadi bagian dari masakan berbagai negara, diantaranya Prancis, Amerika Serikat, Italia, Afrika Utara, dan beberapa negara di Asia.[7][13] Penyajiannya meliputi daging dada utuh yang dimasak, daging merpati yang diisi nasi dan rempah-rempah, dan pengisi roti (Pastilla Maroko).[14]
Di Amerika Serikat, daging merpati kalah populer dibandingkan daging ayam yang kini dapat dibesarkan hingga ukuran yang besar.[15] Namun daging merpati tetap menjadi menu di restoran kelas atas.[12][16] Dan harga daging merpati dapat mencapai 8 USD per pon, lebih tinggi dibandingkan harga daging unggas lainnya.[1]
^Bruni, Frank (February 6, 2008). "In Defense of Decadence". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-05. Diakses tanggal 2008-02-24.