Perburuan sirip hiu adalah pemindahan atau pemotongan sirip dari ikan hiu yang masih hidup. Ikan hiu lalu dilepaskan kembali ke laut. Beberapa negara telah melarang praktik ini dan hanya mengizinkan seluruh tubuh ikan hiu dibawa ke pelabuhan sebelum siripnya dipotong. Hiu yang dikembalikan ke laut dalam kondisi tanpa sirip tidak mampu bergerak secara efektif, dan mereka akan tenggelam ke dasar laut dan meninggal karena sesak napas akibat tekanan air laut dalam yang tinggi, atau dimakan oleh predator lain. Perburuan sirip hiu dijadikan sumber pendapatan alternatif bagi kapal penangkap ikan karena sirip hiu bersifat ringan, berukuran kecil, namun memiliki harga yang sangat tinggi. Selain itu, hiu juga terkadang menjadi tangkapan sampingan secara tidak sengaja..[1]
Perburuan sirip hiu meningkat sepanjang dekade ini karena peningkatan permintaan terhadap sirip hiu untuk dijadikan sup sirip hiu dan obat-obatan tradisional Cina. Kelompk spesialis hiu dari International Union for Conservation of Nature menyatakan bahwa perburuan sirip hiu telah melebar dan berkembang cepat, terutama karena perdagangan sirip hiu tidak diatur dalam peraturan, menjadikannya masalah serius bagi populasi hiu di dunia.[2] Diperkirakan perdagangan sirip hiu setiap tahunnya bernilai antara US$540 juta[1] hingga US$1.2 miliar.[3][4] Sirip hiu merupakan salah satu boga bahari yang paling mahal di dunia, yang dihargai sekitar US$ 400 per kg.[2]
Cara
Hampir setiap sirip menjadi target perburuan sirip hiu, diantaranya sirip dorsal, sirip pectoral, sirip pelvis, sirip anus, dan sirip caudal. Aktivitas perburuan sirip hiu memotong hiu ketika hiu masih berada di air.[5] Bagian tubuh lainnya dari hiu tidak memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan siripnya, dan massanya cukup besar sehingga tubuh hiu akan dibuang kembali ke laut, sering kali dalam keadaan masih hidup. Nelayan tidak akan mengambil daging hiu demi menyediakan ruang lebih banyak di atas kapal bagi sirip hiu lainnya.[6]
Spesies hiu yang sering diburu siripnya yaitu:[7][8]
Pemotongan sirip hiu dapat berakibat fatal bagi kemampuan berenang hiu. Dengan hilangnya kemampuan berenang, hiu menjadi tidak mampu berburu dan menghindar dari predator. Beberapa spesies yang dikenal dengan obligate ram ventilators harus terus bergerak untuk mengalirkan air melalui mulut ke insangnya. Tanpa kemampuan berenang, hiu tersebut akan mengalami asfiksia.[10]
Pada populasi hiu
Sebuah studi memperkirakan bahwa antara 26 hingga 73 juta ikan hiu ditangkap setiap tahunnya untuk siripnya saja.[11] BBC melaporkan bahwa 100 juta ikan hiu ditangkap di seluruh dunia pada tahun 2012.[12] Sedangkan WWF menyatakan bahwa hiu diburu setiap dua detik demi penyajian sup sirip hiu.[13]
Hiu termasuk hewan yang tumbuh, mencapai usia kematangan seksual, dan memiliki laju reproduksi yang lambat.[14] Sifat ini menjadikan mereka rentan terhadap penangkapan ikan berlebih.
Terlepas dari jumlah populasi, jumlah spesies hiu telah berkurang sebanyak 80% selama 50 tahun terakhir.[15] Beberapa organisasi menyatakan bahwa tangkapan sampingan (ketidaksengajaan menangkap hiu ketika menargetkan ikan lain) adalah faktor utama turunnya populasi hiu, dan pasar sirip hiu memiliki dampak yang lebih kecil terhadap penurunan populasi hiu. Tangkapan sampingan kurang lebih berkontribusi pada 50% hiu yang tertangkap oleh nelayan.[6] Pihak lain menyatakan bahwa pasar sirip hiu untuk sup sirip hiu menjadi penyebab utama runtuhnya spesies hiu.[15]
^ abClarke, Shelley; Milner-Gulland, E.J.; Bjorndal, Trond (2007). "Social, Economic, and Regulatory Drivers of the Shark Fin Trade". Marine Resource Economics. Marine Resources Foundation. 22 (3): 305–327. Diakses tanggal 3 April 2012.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abBuckley, Louis (2007). The End of the Line(PDF). WildAid. hlm. 21. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2018-01-28. Diakses tanggal 2013-09-09.
^Geoffrey York (2003-08-27). "Shark Soup". The Globe and Mail. Diakses tanggal 8 Januari 2007.
^Fowler, S. & Seret, B. (2010). Shark fins in Europe: implications for reforming the EU finning Ban. (Plymouth and Burnaby, BC: European Elasmobranch Association and IUCN Shark Specialist Group)
^ ab"Sharks". WildAid. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-21. Diakses tanggal 6 January 2007.
^William J. Bennetta (1996). "Deep Breathing". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-14. Diakses tanggal 2007-08-28.
^Clarke, Shelley C.; McAllister, Murdoch K.; Milner-Gulland, E. J.; Kirkwood, G. P.; Michielsens, Catherine G. J.; Agnew, David J.; Pikitch, Ellen K.; Nakano, Hideki; Shivji, Mahmood S. (2006). "Global estimates of shark catches using trade records from commercial markets". Ecology Letters. 9 (10): 1115–1126. doi:10.1111/j.1461-0248.2006.00968.x. ISSN1461-023X.Pemeliharaan CS1: Tampilkan authors (link)
^Pauly, D.; Biery, L. (2012). "A global review of species-specific shark-fin-to-body-mass ratios and relevant legislation". Journal of Fish Biology. 80 (5): 1643–1677. doi:10.1111/j.1095-8649.2011.03215.x.
Shark Truth Diarsipkan 2012-01-22 di Wayback Machine. - a grassroots nonprofit dedicated to promoting awareness, education and action about shark fin soup in the Chinese community