Kerajaan Mempawah

Kerajaan Mempawah

کراجاءن ممڤاوه
1740–1956
Bendera Kerajaan Mempawah
Bendera
{{{coat_alt}}}
Lambang
Istana Amantubillah di Mempawah
Ibu kotaMempawah
Bahasa yang umum digunakanMelayu (dominan), Dayak
Agama
Dari Hindu berpindah ke Islam
PemerintahanMonarki
Panembahan 
• 1740–1761
Pangeran Mas Surya Negara
• 1902–1943
Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin
• 1946-1956
Panembahan Muda Gusti Mustaan
• 2002-Sekarang
Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim
Sejarah 
• Berkembangnya Islam
1740
1944
• Pembubaran Daerah Istimewa Kalimantan Barat
1956
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Panembahan Mempawah adalah sebuah kerajaan Islam yang saat ini menjadi wilayah Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Indonesia.[1] Nama Mempawah diambil dari istilah "Mempauh", yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai yang kemudian juga dikenal dengan nama Sungai Mempawah.[2] Pada perkembangannya, Mempawah menjadi lekat sebagai nama salah satu kerajaan/kesultanan yang berkembang di Kalimantan Barat.[1] Riwayat pemerintahan yang pernah ada atau mencakup wilayah Mempawah sendiri terbagi atas dua periode, yakni pemerintahan lokal (pada wilayah terbatas) Suku Dayak kemudian pada masa Islam (kesultanan) yang wilayahnya mencakup seluruh kabupaten Mempawah sekarang yang mana dua politi ini berdiri secara asing dan sendiri-sendiri (tidak berkelanjutan).[1]

Mempawah pada Masa Kerajaan Dayak

Cikal-bakal pemerintahan di wilayah Mempawah di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa riwayat politi, di antaranya adalah Kerajaan Bangkule Rajangkng.[3] Kerajaan Bangkule merupakan kerajaan orang-orang Suku Dayak yang berdasarkan cerita lisan didirikan oleh Ne`Rumaga di sebuah tempat yang bernama Bahana.[3]

Pemerintahan Suku Dayak yang juga dipimpin oleh Patih Gumantar ini adalah sebuah pemerintahan yang berdiri sendiri dan dikatakan sudah ada sejak sekitar tahun 1380 Masehi.[4] Dikarenakan pusat kerajaan ini berada di Pegunungan kawasan Sadaniang, di daerah Sangking, Mempawah Hulu, maka kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Sidiniang.[4]

Eksistensi Kerajaan Sidiniang tidak lepas dari ancaman.[2] Salah satunya adalah serangan dari Kerajaan Suku Biaju.[2] Dalam pertempuran yang terjadi pada sekitar tahun 1400 M itu, terjadilah perang penggal kepala atau perang kayau-mengayau yang mengakibatkan gugurnya Patih Gumantar.[2] Dengan gugurnya Patih Gumantar, riwayat Kerajaan Sidiniang pun berakhir.[1] Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa kedudukan Patih Gumantar diteruskan oleh puteranya yang bernama Patih Nyabakng.[1] Namun, masa pemerintahan Patih Nyabakng tidak bertahan lama karena Kerajaan Sidiniang terlibat perselisihan dengan Kerajaan Lara yang berpusat di Sungai Raya Negeri Sambas.[1] Selepas kepemimpinan Patih Nyabakng, riwayat Kerajaan Sidiniang belum terlacak lagi.[4]

Dua ratus tahun kemudian, atau sekitar tahun 1610 M, berdirilah pemerintahan baru.[4] Belum diketahui hubungan antara pendiri kerajaan baru ini dengan Patih Gumantar.[4] Dan sejumlah referensi yang ditemukan, hanya disebutkan bahwa pemimpin kerajaan baru ini bernama Raja Kodong atau Raja Kudung.[4] Raja Kudung kemudian mendirikan pusat pemerintahannya di Pekana.[4]

Pada sekitar tahun 1680 M, Raja Kudung mangkat dan dimakamkan di Pekana.[4] Penerus pemerintahan Raja Kudung adalah Panembahan Senggaok, juga dikenal dengan nama Senggauk atau Sengkuwuk, yang memerintah sejak tahun 1680 M.[2] Penyebutan nama Panembahan “Senggaok” digunakan seiring dengan dipindahkannya pusat pemerintahan dari Pekana ke Senggaok, yakni sebuah daerah di hulu Sungai Mempawah wilayah politi pemerintahan Panembahan Senggaok dan Bangkule Rajangkng sendiri hanyalah dibagian hulu Mempawah yang pada masa ini hanyalah mencakup wilayah Sadaniang, Toho dan wilayah Mempawah Hulu sedangkan wilayah hilir dan lepas pantai selalu berada dalam kekuasaan Kerajaan Matan.[2] Panembahan Senggaok menyunting puteri Raja Qahar dari Kerajaan Baturizal Indragiri di Sumatra, bernama Puteri Cermin, dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Utin Indrawati namun nama Utin Indrawati sendiri adalah nama yang didapat ketika beliau menikah ke istana Matan dan masuk Islam, nama sebelum menikahnya tidak diketahui.[2] Puteri Utin Indrawati kemudian dinikahkan dengan Sultan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Matan Tanjungpura.[3] Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai seorang anak bernama Puteri Kesumba yang tumbuh di Kerajaan Matan.[4] Puteri Kesumba inilah yang kemudian menikah dengan Opu Daeng Menambun, pelopor pengaruh Islam di Mempawah.[1]

Mempawah pada Masa Kesultanan Islam

Opu Daeng Menambun berasal dari Kesultanan Luwu Bugis di Sulawesi Selatan.[5] Ayah Opu Daeng Menambun, bernama Opu Tendriburang Dilaga, yang melakukan perjalanan dari Sulawesi ke negeri-negeri di tanah Melayu.[5] Opu Tendriburang Dilaga adalah putera dari Opu La Maddusilat, Raja Bugis pertama yang memeluk Islam.[5] Opu Tendriburang Dilaga mempunyai lima orang putera yang diajak berkelana ke tanah Melayu.[6] Kelima anak Opu Tendriburang Dilaga itu adalah Opu Daeng Menambun, Opu Daeng Perani, Opu Daeng Chelak, Opu Daeng Marewah, dan Opu Daeng Kemasi.[6] Kedatangan mereka ke tanah Melayu menjadi salah satu babak migrasi orang- orang Bugis yang terjadi pada abad ke-17 (Andi Ima Kesuma, 2004296).[3] Opu Tendriburang Dilaga dan kelima anak lelakinya memainkan peranan penting di Semenanjung Melayu dan Kalimantan, terutama dalam hal penyebaran agama Islam.[3]

Kedatangan Opu Daeng Menambun ke Kalimantan sebenamya atas permintaan Sultan Matan (Tanjungpura), yakni Sultan Muhammad Zainuddin (1665-1724 M), untuk merebut kembali tahta Kesultanan Matan yang diambil-paksa oleh Pangeran Agung, saudara Sultan Muhammad Zainuddin.[4] Opu Daeng Menambun bersaudara, yang saat itu sedang berada di Kesultanan Johor untuk membantu memadamkan pergolakan di sana, segera berangkat ke Tanjungpura.[6] Atas bantuan Opu Daeng Menambun bersaudara, tahta Sultan Muhammad Zainuddin dapat diselamatkan.[6] Opu Daeng Menambun kemudian dinikahkan dengan Ratu Kesumba, puteri Sultan Muhammad Zainuddin.[4] Tidak lama kemudian, Opu Daeng Menambun bersaudara kembali ke Kesultanan Johor.[4]

Sepeninggal Opu Daeng Menambun bersaudara, pergolakan internal terjadi lagi di Kesultanan Matan.[4] Anak-anak Sultan Muhammad Zainuddin meributkan siapa yang berhak mewarisi tahta Kesultanan Matan jika kelak ayah mereka wafat.[4]Sultan Muhammad Zainuddin kembali meminta bantuan Opu Daeng Menambun yang sudah kembali ke Johor.[4]Opu Daeng Menambun memenuhi permintaan Sultan Muhammad Zainuddin dan segera menuju Tanjungpura untuk yang kedua kalinya, sedangkan keempat saudaranya tidak ikut serta karena tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk membantu Kesultanan Johor.[4]

Berkat Opu Daeng Menambun, perselisihan di Kesultanan Matan dapat segera diselesaikan dengan cara damai.[1] Atas jasa Opu Daeng Menambun itu, Sultan Muhammad Zainuddin berkenan menganugerahi Opu Daeng Menambun dengan gelar kehormatan Pangeran Mas Suna Negara.[1] Opu Daeng Menambun sendiri memutuskan untuk menetap di Kesultanan Matan bersama istrinya, dan mereka dikaruniai beberapa orang anak, yang masing-masing bernama "Puteri Candramidi", "Gusti Jamiril", "Syarif Ahmad", "Syarif Abubakar", "Syarif Alwie", dan "Syarif Muhammad".[1]

Pada tahun 1724 M, Sultan Muhammad Zainuddin wafat. Penerus kepemimpinan Kesultanan Matan adalah Gusti Kesuma Bandan yang bergelar Sultan Muhammad Muazzuddin.[3] Sementara itu, di Mempawah, Panembahan Senggaok wafat pada tahun 1737 M.[3] Karena Panembahan Senggaok tidak mempunyai putera, maka wilayah yang berada dalam kekuasaan Panembahan Senggaok diberikan kepada Sultan Muhammad Muazzuddin yang tidak lain cucu Panembahan Senggaok dari Puteri Utin Indrawati yang menikah dengan Sultan Muhammad Zainuddin.[3] Namun, setahun kemudian atau pada tahun 1738 M, Sultan Muhammad Muazzuddin pun mangkat dan digantikan puteranya yang bernama Gusti Bendung atau Pangeran Ratu Agung bergelar Sultan Muhammad Tajuddin sebagai Sultan Matan yang ke-3.[3]

Pada tahun 1740 M, kekuasaan atas Mempawah, yang semula dirangkap bersama tahta Kesultanan Matan, diserahkan kepada Opu Daeng Menambun yang kemudian memakai gelar Pangeran Mas Surya Negara, gelar yang dahulu diberikan oleh almarhum Sultan Muhammad Zainuddin, Sultan Matan yang pertama.[3] Sedangkan istri Opu Daeng Menambun, Ratu Kesumba, menyandang gelar sebagai Ratu Agung Sinuhun.[3] Pada era Opu Daeng Menambun inilah Islam dijadikan sebagai agama resmi kerajaan.[4] Selaras dengan itu, penyebutan kerajaan pun diganti dengan kesultanan.[4]Opu Daeng Menambun memindahkan pusat pemerintahannya dari Senggaok ke Sebukit Rama yang merupakan daerah subur, makmur, strategis, dan ramai didatangi kaum pedagang.[4]

Pengaruh Islam di Mempawah pada era pemerintahan Opu Daeng Menambun semakin kental berkat peran Sayid Habib Husein Alqadrie, seorang pengelana yang datang dari Hadramaut atau Yaman Selatan.[7] Husein Alqadrie sendiri sebelumnya telah menjabat sebagai hakim utama di Kesultanan Matan pada masa Sultan Muhammad Muazzuddin.[1] Husein Alqadne dinikahkan dengan puteri Sultan Muhammad Muazzuddin yang bernama Nyai Tua (Alqadrie, 2005.[1] Di Kesultanan Matan, Husein Alqadrie mengabdi sampai pada pemerintahan sultan ke-4, yakni Sultan Ahmad Kamaluddin, yang menggantikan Sultan Muhammad Tajuddin pada tahun 1749 M.[8] Namun, pada tahun 1755 M, Husein Alqadrie berselisih paham dengan Sultan Ahmad Kamaluddin tentang penerapan hukuman mati.[8]

Melihat kondisi ini, Opu Daeng Menambun kemudian menawari Husein Alqadrie untuk tinggal di Mempawah.[8] Tawaran itu disambut baik oleh Husein Alqadrie yang segera pindah ke Istana Opu Daeng Menambun.[8] Husein Alqadrie kemudian diangkat sebagai patih sekaligus imam besar Mempawah.[8] Selain itu, Husein Alqadrie diizinkan menempati daerah Kuala Mempawah (Galah Herang) untuk dijadikan sebagai pusat pengajaran agama Islam.[8] Untuk semakin mempererat hubungan antara keluarga Husein Alqadrie dan Kesultanan Mempawah, maka diadakan pernikahan antara anak lelaki Husein Alqadrie yang bernama Syarif Abdurrahman Alqadrie dengan anak perempuan Opu Daeng Menambon yang bernama Puteri Candramidi.[8] Kelak, pada tahun 1778 M, Syarif Abdurrahman Alqadrie mendirikan Kesultanan Kadriah di Pontianak.[4]

Pada tahun 1761 M, Opu Daeng Menambon wafat dan dimakamkan di Sebukit Rama.[4] Penerus tahta Kesultanan Mempawah selanjutnya adalah putera Opu Daeng Menambun, yaitu Gusti Jamiril yang bergelar Panembahan Adiwijaya Kusumajaya.[4] Di bawah kepemimpinan Panembahan Adiwijaya, wilayah kekuasaan Mempawah semakin luas dan terkenal sebagai bandar perdagangan yang ramai.[4]

Kesultanan Mempawah pada Masa Kolonial

Tidak lama setelah Belanda mendarat di Mempawah pada sekitar tahun 1787 M, terjadilah pertempuran melawan pasukan Kesultanan Mempawah yang dipimpin Panembahan Adiwijaya.[4]Syarif Kasim, anak lelaki Sultan Kadriah Pontianak, Syarif Abdurrahman Alqadrie, berhasil dipengaruhi oleh Belanda untuk ikut menyerbu Mempawah.[4]Panembahan Adiwijaya akhirnya menyingkir ke Karangan di Mempawah Hulu guna mengatur siasat.[4] Namun, pada tahun 1790 M, Panembahan Adiwijaya wafat sebelum sempat melancarkan serangan balasan.[1] Panembahan Adiwijaya meninggalkan 8 orang anak dari dua istri.[1]

Pada sekitar tahun 1794 M, sengketa antara Kesultanan Mempawah dan Kesultanan Kadriah bertambah runyam karena Belanda berhasil membujuk Syarif Kasim agar meluaskan Istana Kadriah hingga ke hulu sungai yang dekat dengan perbatasan Kesultanan Mempawah.[1] Akibatnya, peperangan kembali berkobar di mana pihak Kesultanan Kadriah dibantu oleh orang-orang tionghoa yang ada di Pontianak, sedangkan kubu Kesultanan Mempawah, yang pada waktu itu belum memiliki sultan baru sebagai pengganti Panembahan Adiwijaya, mendapat dukungan dari orang-orang Suku Dayak dan Kesultanan Singkawang.[1] Namun, karena Kesultanan Kadriah disokong penuh oleh Belanda, pihak Kesultanan Mempawah mengalami kekalahan dalam perang tersebut.[1]

Selanjutnya, Belanda mengangkat Syarif Kasim sebagai penguasa Mempawah dengan gelar Panembahan Mempawah.[8] Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie, ayahanda Syarif Kasim, sebenamya tidak menyetujui pengangkatan itu karena antara Kesultanan Mempawah dan Kesultanan Kadriah masih terdapat ikatan kekerabatan yang erat.[9] Istri Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie, Puteri Candramidi, adalah anak perempuan Opu Daeng Menambon.[9] Pengangkatan Syarif Kasim sebagai Panembahan termaktub dalam perjanjian tanggal 27 Agustus 1787.[9]

Pada tahun 1808, Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie wafat.[4]Belanda kemudian menunjuk Syarif Kasim sebagai penguasa Kesultanan Kadriah dengan gelar Sultan Syarif Kasim Alqadrie.[4] Kedudukan Syarif Kasim di Mempawah digantikan oleh saudaranya yang bernama Syarif Hussein.[4] Namun, kekuasaan Syarif Hussein tidak bertahan lama karena kekuatan Belanda di Mempawah mulai goyah akibat perlawanan yang dimotori oleh dua orang putera Panembahan Adiwijaya, yakni putera mahkota, Gusti Jati, dan saudaranya yang bernama Gusti Gusti Mas.[4] Ketika akhimya Belanda berhasil diusir dari Mempawah, Gusti Jati dinobatkan menjadi Sultan Mempawah.[4]Belanda kemudian mundur ke Kesultanan Kadriah di Pontianak di bawah lindungan Sultan Syarif Kasim Alqadrie.[2]

Gusti Jati dinobatkan sebagai pemimpin Kesultanan Mempawah pada sekitar tahun 1820 dengan gelar Sultan Muhammad Zainal Abidin.[2] Gusti Mas tetap setia mendampingi kakaknya untuk turut mengembangkan kehidupan dan keamanan rakyat Mempawah.[2] Oleh Sultan Muhammad Zainal Abidin, pusat pemerintahan kesultanan dipindahkan ke tepi Sungai Mempawah, tepatnya di Pulau Pedalaman.[2] Pada era inilah Kesultanan Mempawah semakin terkenal sebagai pusat perdagangan dan memiliki benteng pertahanan yang kuat.[2] Melihat Kesultanan Mempawah, yang semakin jaya, Belanda kemudian menyusun taktik.[2] Belanda mencoba cara damai untuk menghadapi Sultan Muhammad Zainal Abidin, sementara kekuatan perang Kesultanan Kadriah disiapkan untuk segera menyerbu manakala Mempawah lengah.[2]

Taktik Belanda berhasil.[2] Ketika para punggawa Kesultanan Mempawah terlena oleh ajakan damai Belanda, armada perang Kesultanan Kadriah menyerbu Pulau Pedalaman.[2] Bukti serangan ini masih dapat dilihat pada bekas benteng pertahanan yang dibangun di sisi kanan dan kiri Istana Mempawah.[2] Akibat serbuan mendadak tersebut, Sultan Zainal Abidin terpaksa kembali ke Sebukit Rama untuk menghimpun kekuatan.[2] Serangan balik Sultan Zainal Abidin membuahkan hasil, tentara Kesultanan Kadriah dapat dikalahkan.[2] Namun, Sultan Zainal Abidin tidak kembali ke Pulau Pedalaman, ia memilih menyepi dengan menyusuri hulu Sungai Mempawah.[2]

Terjadi lagi kekosongan pemerintahan Kesultanan Mempawah, dan lagi-lagi Belanda memaksimalkan peluang ini dengan mengangkat adik Sultan Zainal Abidin yang bernama Gusti Amin sebagai Sultan Mempawah yang bergelar Panembahan Adinata Krama Umar Kamaruddin.[10] Pada tahun 1831 itu, Kesultanan Mempawah melemah karena campur-tangan Belanda.[2] Sejak itu, setiap suksesi Kesultanan Mempawah menjadi permainan politik yang diatur oleh Belanda.[2] Selain itu, pihak Kesultanan Mempawah harus tunduk pada aturan-aturan buatan Belanda.[2]

Setelah Gusti Amin wafat pada tahun 1839, Belanda menobatkan Gusti Mukmin menjadi Sultan Mempawah dengan gelar Panembahan Mukmin Nata Jaya Kusuma.[2] Selanjutnya, pada tahun 1858, Belanda menabalkan Gusti Makhmud sebagai Sultan Mempawah dengan gelar Panembahan Muda Makhmud Alauddin.[2] Pada tahun 1858 itu telah diangkat pula Gusti Usman sebagai Sultan Mempawah.[2] Dari tulisan itu, dimungkinkan Gusti Makhmud wafat tidak lama setelah dinobatkan. Gusti Usman, anak Gusti Mukmin, diangkat menjadi Sultan Mempawah untuk sementara.[3] Kemungkinan tersebut mendekati kebenaran karena ketika Gusti Usman meninggal dunia pada tahun 1872, yang diangkat sebagai Sultan Mempawah adalah Gusti Ibrahim gelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin yang tidak lain adalah putera Gusti Makhmud.[3]

Ketika Gusti Ibrahim mangkat pada tahun 1892, sang putera mahkota, Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin, dinilai belum cukup umur untuk diangkat sebagai penggantinya.[10] Oleh karena itu, yang dinobatkan selaku pemangku adat Kesultanan Mempawah untuk sementara adalah Gusti Intan, kakak perempuan Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin.[10] Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin sendiri baru naik tahta pada tahun 1902.[2] Sultan ini membangun Istana Amantubillah Wa Rusuli Allah di Pulau Pedalaman pada tahun 1922.[2] Pemerintahan Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin masih berlangsung hingga kedatangan Jepang di Indonesia pada tahun 1942.[2]

Kedatangan Jepang menimbulkan tragedi bagi kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat, termasuk Kesultanan Mempawah.[2] Pada tahun 1944, Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin ditawan tentara Jepang hingga akhir hayatnya. Hingga kini, jasad ataupun makam Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin belum ditemukan.[2] Karena putera mahkota, Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim, belum dewasa, maka Jepang mengangkat Gusti Mustaan selaku Wakil Panembahan Kesultanan Mempawah yang menjabat hingga tahun 1955.[4] Namun, waktu itu Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim tidak bersedia dinobatkan menjadi Sultan Mempawah karena masih ingin menyelesaikan pendidikannya di Yogyakarta.[4] Oleh karena itu, yang dianggap sebagai Sultan Mempawah terakhir adalah Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin.[4]

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kemudian disusul dengan pengakuan kedaulatan secara penuh dari Belanda kepada Indonesia pada tahun 1949, terjadi perombakan yang signifikan dalam bidang sistem pemerintahan, termasuk sistem pemerintahan di daerah.[1] Hal itu terjadi juga di Kalimantan Barat, dengan terbentuknya Republik Indonesia, segala wewenang yang pernah dilimpahkan kepada Daerah Istimewa Kalimantan Barat dikembalikan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.[1]

Pada akhirnya kemudian, atas desakan rakyat, para tokoh adat Dayak dan Melayu-Bugis, Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim akhirnya bersedia dinobatkan sebagai pemangku adat Kesultanan Mempawah.[1] Karena telah bergabung dan menjadi bagian dari NKRI, kepemimpinan Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim yang menyandang gelar sebagai Panembahan XII Kesultanan Amantubillah Mempawah sudah tidak memiliki kewenangan lagi secara politik.[1]

Tanggal 12 Agustus 2002, karena menderita sakit yang tidak kunjung sembuh, Panembahan Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim menyerahkan kekuasaan Kesultanan Mempawah kepada puteranya yang bernama Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim yang kemudian dinobatkan sebagai Panembahan XII Kesultanan Amantubillah Mempawah dan bertahta hingga saat ini.[1] Pada tahun 2005, Panembahan Jimmy Mohammad Ibrahim wafat dalam usia 73 tahun dan dimakamkan dengan upacara kebesaran adat Kesultanan Mempawah.[1]

Silsilah pemimpin Mempawah

Silsilah orang yang pernah berkuasa pada wilayah mempawah, antara lain:[1]

Masa Suku Dayak

  1. Patih Gumantar (± 1380)
  2. Raja Kudung (± 1610)
  3. Panembahan Senggaok (± 1680)

Kekuasaan pemerintahan politi masyarakat Dayak terletak pada bagian hulu yang mencakup kecamatan Sadaniang, Toho, dan kecamatan Mempawah Hulu yang sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Landak.

Masa Islam

Pada masa Kesultananlah wilayah Mempawah yang ada pada saat ini wujud, dari yang sebelumnya wilayah hilir yang mencakup wilayah lepas pantai yang merupakan wilayah dalam kekuasaan Matan dan wilayah hulu yang berada dalam wilayah Panembahan Senggaok kemudian bersatu membentuk wilayah Kesultanan Mempawah.

  1. Puteri Kesumba bergelar Ratu Agung Sinuhun & Opu Daeng Menambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara (1740-1761)
  2. Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adiwijaya Kesuma (1761–1787)
  3. Syarif Kasim bergelar Panembahan Mempawah (1787–1808)
  4. Syarif Hussein (1808–1820)
  5. Gusti Jati bergelar Sri Paduka Muhammad Zainal Abidin (1820–1831)
  6. Gusti Amir bergelar Panembahan Adinata Krama Umar Kamaruddin (1831–1839)
  7. Gusti Mukmin bergelar Panembahan Mukmin Nata Jaya Kusuma (1839–1858),
  8. Gusti Makhmud bergelar Panembahan Muda Makhmud Alauddin (1858)
  9. Gusti Usman bergelar Panembahan Usman (1858–1872)
  10. Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin (1872–1892)
  11. Gusti Intan bergelar Ratu Permaisuri (1892–1902)
  12. Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin (1902–1944)[11]
  13. Pangeran Wira Negara (1943-1946)
  14. Panembahan Muda Gusti Mustaaan (1946-1956),Pendukung berdirinya negara Republik Indonesia
  15. Pemangku Adat, Gusti Mardan bergelar Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim (2002–sekarang),
  16. Pemangku Adat ,Tengku Pangeran Abdullah Ali Chandrarupa Wibowo bergelar Raja Muda Arya Mamangkunegara (2014-sekarang)
  17. Pemangku Adat, Ratu Arini Mariam bergelar Ratu Kencana Wangsa (2002-sekarang)
  18. Pemangku Adat ,PRA Herri Kusuma bergelar Prabu Anom (2013-sekarang)
  19. Pemangku Adat , Gusti Dzulkarnaen bergelar Pangeran Pemangku Adat (2002-sekarang)

Wilayah Kekuasaan

Sepanjang riwayat sejarahnya, baik ketika masih berwujud kerajaan Suku Dayak maupun kesultanan bercorak Islam, pusat pemerintahan Kerajaan/Kesultanan Mempawah telah mengalami beberapa kali perpindahan tempat.[1] Daerah-daerah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan/Kesultanan Mempawah tersebut berada di wilayah Mempawah Hulu atau Mempawah Hilir yang kini termasuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat.[1] Beberapa tempat yang pemah menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Mempawah tersebut antara lain Bahana, Sidiniang (Sangking), Pekana (Karangan), Senggaok, Sebukit Rama, Kuala Mempawah (Galah Herang), Sunga, dan Pulau Pedalaman.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa kesultanan mempawah Diarsipkan 2015-03-28 di Wayback Machine. diakses 30 Maret 2015
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae J.U. Lontaan, 1975. Sejarah-hukum adat dan adat istiadat Kalimantan-Barat. Kalbar: Pemda Tingkat I Kalimantan Barat.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m Erwin Rizal, tt. “Kesultanan Mempawah dan Kubu," dalam Istana-istana di Kalimantan Barat. Pontianak: Inventarisasi Istana di Kalimantan Barat.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah Musni Umberan et.al., 1996-1997. Kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat. Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.
  5. ^ a b c Raja Ali Haji, 2002. Tuhfat AI-Nafis: Sejarah Riau-Lingga dan daerah takluknya 1699-1864. Tanjungpinang: Yayasan Khazanah Melayu.
  6. ^ a b c d Gusti Mhd Mulia (ed.), 2007. Sekilas menapak langkah Kerajaan Tanjungpura. Pontianak: Tanpa Penerbit.
  7. ^ Mahayudin Haji Yahya, 1999. “Islam di Pontianak berdasarkan Hikayat Al-Habib Husain AI-Qadri", disampaikan dalam seminar Brunei Malay Sultanate in Nusantara, Brunei Darussalam: The Sultan Haji Hasanal Bolkiah Foundation.
  8. ^ a b c d e f g h Muhammad Hidayat, tt. “Istana Kesultanan Kadriah - Pontianak", dalam Istana-istana di Kalimantan Barat. Pontianak: Inventarisasi Istana di Kalimantan Barat.
  9. ^ a b c Ansar Rahman, et.aI., 2000. Syarif Abdurrahman Alkadri, perspektif sejarah berdirinya Kota Pontianak. Pontianak: Romeo Grafika - Pemerintah Kota Pontianak.
  10. ^ a b c Johan Wahyudi, “Berdirinya Kerajaan Amantubillah Mempawah", dalam Borneo Tribune, Desember 2007.
  11. ^ "Landsdrukkerij". Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië 1898, Tweede Gezeelte: Kalender en Personalia (dalam bahasa Belanda) (edisi ke-2). Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1905. hlm. 288. 

Pranala luar

Read other articles:

This article describes the 20th album in the U.S. Now! series. It should not be confused with identically-numbered albums from other Now! series. For more information, see Now That's What I Call Music! 20 and Now That's What I Call Music! discography. 2005 compilation album by various artistsNow That's What I Call Music! 20Compilation album by various artistsReleasedNovember 1, 2005Length76:41LabelUniversal Music GroupSeries chronology Now That's What I Call Music! 19(2005) Now That's Wh…

此條目需要补充更多来源。 (2021年7月4日)请协助補充多方面可靠来源以改善这篇条目,无法查证的内容可能會因為异议提出而被移除。致使用者:请搜索一下条目的标题(来源搜索:美国众议院 — 网页、新闻、书籍、学术、图像),以检查网络上是否存在该主题的更多可靠来源(判定指引)。 美國眾議院 United States House of Representatives第118届美国国会众议院徽章 众议院旗帜…

此條目需要补充更多来源。 (2021年7月4日)请协助補充多方面可靠来源以改善这篇条目,无法查证的内容可能會因為异议提出而被移除。致使用者:请搜索一下条目的标题(来源搜索:美国众议院 — 网页、新闻、书籍、学术、图像),以检查网络上是否存在该主题的更多可靠来源(判定指引)。 美國眾議院 United States House of Representatives第118届美国国会众议院徽章 众议院旗帜…

Public library in the Canadian city of Charlottetown This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Charlottetown Library Learning Centre – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (December 2023) (Learn how and when to remove this message) The topic of this article may not meet Wikipedia's general notabili…

Voïvodie de Gniezno (polonais) Województwo gnieźnieńskie 1768–1793 Armes La voïvodie de Gnizeno (rouge) au sein de la république des Deux Nations, vers 1768.Informations générales Capitale Gniezno Démographie Population 67 266 habitants (1790) Superficie Superficie 7 660 km2 Entités précédentes : Voïvodie de Kalisz Entités suivantes : Royaume de Prusse modifier - modifier le code - voir Wikidata (aide) La voïvodie de Gniezno (en polonais Wojew…

此条目序言章节没有充分总结全文内容要点。 (2019年3月21日)请考虑扩充序言,清晰概述条目所有重點。请在条目的讨论页讨论此问题。 哈萨克斯坦總統哈薩克總統旗現任Қасым-Жомарт Кемелұлы Тоқаев卡瑟姆若马尔特·托卡耶夫自2019年3月20日在任任期7年首任努尔苏丹·纳扎尔巴耶夫设立1990年4月24日(哈薩克蘇維埃社會主義共和國總統) 哈萨克斯坦 哈萨克斯坦政府與…

2010 video game 2010 video gameMass Effect 2Developer(s)BioWarePublisher(s)Electronic ArtsMicrosoft Game Studios[a]Director(s)Casey HudsonProducer(s)Jesse HoustonNathan PlewesDesigner(s)Preston WatamaniukProgrammer(s)David FalknerArtist(s)Derek WattsWriter(s)Mac WaltersDrew KarpyshynComposer(s)Jack WallJimmy HinsonSam HulickDavid KatesSeriesMass EffectEngineUnreal Engine 3Platform(s)WindowsXbox 360PlayStation 3Release January 26, 2010 Windows, Xbox 360NA: January 26, 2010AU: January 28, …

  لمعانٍ أخرى، طالع جوهر (توضيح).   جوهر (بالملايوية: Johor)‏    جوهر (ولاية) جوهر (ولاية)  خريطة الموقع تقسيم إداري البلد ماليزيا  [1][2] العاصمة جوهر بهرو  التقسيم الأعلى ماليزيا  خصائص جغرافية إحداثيات 1°29′14″N 103°46′52″E / 1.4872222222222°N 103.78111111111°E&…

Unity Lake State Recreation SiteUnity Dam and Unity ReservoirShow map of OregonShow map of the United StatesTypePublic, stateLocationBaker County, OregonNearest cityBaker CityCoordinates44°29′56″N 118°11′14″W / 44.4988889°N 118.1872222°W / 44.4988889; -118.1872222[1]Operated byOregon Parks and Recreation Department Unity Lake State Recreation Site is a state park in the U.S. state of Oregon, administered by the Oregon Parks and Recreation Dep…

Form of autonomous proto-anarchist society This article includes a list of general references, but it lacks sufficient corresponding inline citations. Please help to improve this article by introducing more precise citations. (March 2022) (Learn how and when to remove this message) Autographed title page of Wilson's Pirate Utopias Part of a series onUtopias Mythical and religious Arcadia City of the Caesars Cloud cuckoo land Cockaigne Eden Elysium Fortunate Isles Garden of the gods Shangri-La Go…

2007 European Athletics U23 ChampionshipsTrack events100 mmenwomen200 mmenwomen400 mmenwomen800 mmenwomen1500 mmenwomen5000 mmenwomen10,000 mmenwomen100 m hurdleswomen110 m hurdlesmen400 m hurdlesmenwomen3000 msteeplechasemenwomen4 × 100 m relaymenwomen4 × 400 m relaymenwomenRoad events20 km walkmenwomenField eventsHigh jumpmenwomenPole vaultmenwomenLong jumpmenwomenTriple jumpmenwomenShot putmenwomenDiscus throwmenwomenHammer throwmenwomenJavelin throwmenwomenCombined eventsHeptathlonwomenDec…

County-level city in Heilongjiang, ChinaMohe 漠河市County-level cityMohe City skyline (2019)Location of Mohe City jurisdiction (pink) in Daxing'anling Prefecture (yellow) and HeilongjiangMoheLocation of the city center in HeilongjiangShow map of HeilongjiangMoheMohe (China)Show map of ChinaCoordinates: 52°58′19″N 122°32′20″E / 52.972°N 122.539°E / 52.972; 122.539CountryChinaProvinceHeilongjiangPrefectureDaxing'anlingMunicipal seatXilinjiArea • T…

Evangelical association of Christian churches For the record label created by the church, see Maranatha! Music. Calvary ChapelClassificationProtestantOrientationEvangelical Charismatic with Pentecostal originsPolityCongregational polity (association of autonomous churches led by pastors)FounderChuck Smith (1927–2013)Origin1965Separated fromPentecostalism (The Foursquare Church)Branched fromJesus movementSeparationsVineyard MovementCongregations1,800Official websiteCalvary Chapel Association: c…

Cet article est une ébauche concernant le catch. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) selon les recommandations des projets correspondants. Rico ConstantinoDonnées généralesNationalité AméricainNaissance 1er octobre 1961 (62 ans)Las VegasTaille 6′ 0″ (1,83 m)[1],[2],[3]Poids entre 222 lb (101 kg)[3] et 238 lb (108 kg)[2]Catcheur retraitéFédération World Wrestling EntertainmentOhio Valley WrestlingEntraîneur Da…

Not to be confused with Towong, Victoria. For other uses, see Toowong (disambiguation). Map all coordinates using OpenStreetMap Download coordinates as: KML GPX (all coordinates) GPX (primary coordinates) GPX (secondary coordinates) Suburb of Brisbane, Queensland, AustraliaToowongBrisbane, QueenslandToowong Village from Coronation DriveToowongCoordinates27°28′54″S 152°59′24″E / 27.4816°S 152.99°E / -27.4816; 152.99 (Toowong (centre of suburb))Popu…

نوكيا لوميا 800الشعارمعلومات عامةالماركة نوكيا النوع هاتف ذكي الصانع نوكياعائلة المنتج لومياالسعر المبدئي 605٬773 روبية إندونيسية[1] موقع الويب http://www.nokia.com/global/products/phone/lumia800/أهم التواريختاريخ الإصدار نوفمبر 2011الوظائفالشاشة شاشة لمس 480×800 16 مليون لونالكاميرا - الخلفية:8 ميجا…

1868–1869 painting by Claude Monet Interior, after DinnerArtistClaude MonetYear1868–1869MediumOil on canvasDimensions50.2 cm × 65.4 cm (19.8 in × 25.7 in)LocationNational Gallery of Art, Washington, D.C. Interior, after Dinner (French: Intérieur, Après dîner) is an oil-on-canvas painting by French artist Claude Monet (1840–1926) created during the winter of 1868–1869, a productive time for the painter. He spent the winter in Étretat with hi…

South Korean singer and actor (born 1995) Hwang Min-hyun황민현Hwang in October 2022Born (1995-08-09) August 9, 1995 (age 28)Busan, South KoreaEducationHanyang University Institute for Future Talents[1]Inha University[2]Alma materSchool of Performing Arts Seoul[3]OccupationsSingersongwriteractorMusical careerGenresK-popYears active2012–presentLabelsPledisYMC[a]Swing[a]Formerly ofWanna OneNU'ESTKorean nameHangul황민현Hanja黃旼炫Revised R…

Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan. Mengganti markah HTML dengan markah wiki bila dimungkinkan. Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan [[ dan ]] pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). …

The Puzhal block is a revenue block in the Tiruvallur district of Tamil Nadu, India. It has a total of 7 panchayat villages. References Map of revenue blocks of Tiruvallur district. Government of Tamil Nadu. vteTiruvallur districtDistrict headquarters Tiruvallur Country India State Tamil Nadu Region Tondai Nadu Revenue divisions Ponneri Thiruvallur Tiruttani Taluks Avadi Gummidipoondi Pallipattu Ponneri Poonamallee RK Pet Tiruttani Tiruvallur Uthukkottai Revenue blocks Ellapuram Gummidipoondi Ka…