Fiji Airways (sebelumnya dikenal sebagai Air Pacific) merupakan maskapai penerbangan internasional Fiji, yang mengoperasikan penerbangan domestik dan internasional di sekitar Pasifik dan menuju Amerika Serikat dan Hong Kong. Maskapai ini juga menjadi rekanan program frequent flyer dari Qantas, American Airlines, dan Alaska Airlines[2] (meskipun bukan lagi menjadi anggota aliansi Oneworld di mana Qantas dan American merupakan anggota kunci). Maskapai ini memiliki kantor pusat di Pusat Administrasi dan Perawatan Air Pacific di Nadi.[3]
Sejarah
Maskapai didirikan dan memulai operasi pada tahun 1951. Maskapai ini didirikan oleh penerbangan Australia Harold Gatty. Perusahaan ini sebelumnya beroperasi dengan nama Fiji Airways. Maskapai ini sebelumnya berkantor pusat di tanah milik Bandar Udara Internasional Nausori di Suva.[4]
Air Pacific memulai layanan menuju AS pada tahun 1983. Kecuali pada tahun 2001, maskapai ini memperoleh keuntungan setiap tahun antara tahun 1995 dan 2004. Lebih dari 500.000 penumpang diangkut pada tahun 2004. Maskapai ini memiliki tugas untuk memulai penerbangan internasional berjadwal pertama menuju ibu kota Australia, Canberra, dengan layanan sebanyak dua kali seminggu.
Air Pacific membeli Sun Air, sebuah maskapai penerbangan domestik pada tahun 2007. Maskapai ini menjadi basis dar Pacific Sun, anak perusahaan Air Pacific untuk penerbangan domestik dan regional.
Air Pacific dimiliki oleh Pemerintah Fiji (51%), Qantas (46.32%). Air New Zealand dan pemerintah dari Kiribati, Tonga, Nauru dan Samoa masing-masing memegang saham dalam jumlah kecil. Maskapai ini mempekerjakan 771 orang pada bulan Maret 2007.[5]
Pada tahun 2008 maskapai memutuskan untuk mengundurkan diri dari pasar Jepang. Maskapai menyatakan bahwa telah mencoba banyak cara untuk merangsang permintaan dari jepang namun selalu gagal.[6] Pada tahun yang sama, Air Pacific menghentikan layanannya menuju Vancouver, yang dioperasikan melalui Honolulu sejak tahun 2000.
Air Pacific mengumumkan rekor kerugian setelah pajak sebesar FJ$65,3 juta (Rp 330 Miliar) pada tahun finansial 2009/2010. Maskapai ini juga mengalami kerugian setelah pajak pada tahun sebelumnya sebesar FJ$5,2 juta (Rp 25 Miliar). Kepala perusahaan Nalin Patel menyatakan bahwa saat ini merupakan tahun finansial terberat bagi perusahaan akibat tingginya harga bahan bakar, kompetitor baru, tarif yang murah, dan krisis keuangan global.[7]
Pada April 2011, diumumkan bahwa Air Pacific telah membatalkan pesannya untuk delapan Boeing 787.[8]
Pada bulan Oktober 2011, diumumkan bahwa Air Pacific telah memesan 3 Airbus A330-200 dari Airbus.
Air Pacific menawarkan dua jenis kelas bagi layanan internasional mereka, Pacific Voyager (Ekonomi) dan Tabua (Bisnis).
Kelas Pacific Voyager
Kelas Pacific Voyager mengakomodir penumpang dengan menyediakan jarak kursi ekonomi selebar hingga 32 inchi dan lebar kursi hingga 18 inchi tergantung jenis pesawat. Pada Boeing 747, setiap kursi dilengkapi dengan hiburan dalam kersi dengan 12 saluran video yang berus berputar dan 8 saluran audio. Seluruh armada dilengkapi dengan monitor tergantung di atap di bagian depan setiap kabin. Sistem dari semua armada cukup ketinggalan zaman bila dibandingkan dengan sistem audio-video on demand modern yang digunakan sebagian besar maskapai internasional. Makanan dan minuman juga tersedia dan termasuk dalam harga tiket saat berada di kelas ekonomi. Penumpang duduk di belakan kabin Kelas Tabua, dan di lantai atas di pesawat Boeing 747.
Kelas Tabua
Kelas Tabua adalah nama Air Pacific untuk kelas bisnis dan dilengkapi dengan layanan seperti hiburan dalam kursi dengan 21 saluran video berputar di pesawat Boeing 747. Di sana terdapat pilihan jelis makanan yang lebih banyak untuk dipilih dibandingkan di kelas ekonomi. Kelas Tabua di Boeing 747 juga menyediakan akses pasokan tenaga untuk mengisi baterai laptop dan peralatan lainnya. Kursi pesawat masih terlihat kuno dan ketinggalan zaman bila dibandingkan dengan maskapai internasional besar lainnya. Pelanggan Kelas Tabua dapat menggunakan ruang tunggu Tabua di Nadi, bersama dengan ruang tunggu rekanan lainnya di destinasi lain. Penumpang Kelas Tabua juga memperoleh penambahan batas berat barang bawaan.