Ariana Afghan Airlines didirikan pada 27 Januari 1955. Selama dekade 1970an, Ariana dinyatakan sebagai maskapai yang dalam kondisi baik dan bisa diandalkan. Pada waktu tersebut, Ariana dimiliki oleh Pan American World Airways sebesar 49% dan 51% oleh pemerintah Afghanishtan, dan maskapai mengoperasikan pesawat seperti Douglas DC-10, Boeing 727, dan Boeing 707 (dan juga varian 720-nya).
Setelah berakhirnyaPerang Soviet di Afghanistan tahun 1989 dan runtuhnya pemerintahan Najibulla, Taliban mengambil alih Kabul tahun 1996. Afghanistan menghadapi sanksi ekonomi substansial dalam sektor internasional selama rezim Taliban. Sanksi tersebut, bersamaan dengan kontrol pemerintah Taliban terhadap perusahaan dan penghentian armada untuk penerbangan internasional, memiliki efek buruk dalam kondisi ekonomi perusahaan selama dekade 1990an. Armada perusahaan berkurang hanya menjadi beberapa pesawat buatan Rusia dan Ukraina seperti An-26, Yakovlev Yak-40 dan tiga Boeing 727, yang digunakan untuk penerbangan domestik terjauh. Pada Oktober 1996, Pakistan menyediakan perawatan sementara dan basis operasi di Karachi. Tahun 1999, Ariana hanya terbang menuju Dubai, Uni Emirat Arab dan Riyadh, Arab Saudi; juga penerbangan kargo terbatas menuju provinsi barat China. namun, sanksi yang diperintahkan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267 memaksa perusahaan maskapai menghentikan operasi lintas negara. Pada November 2001, maskapai berhenti beroperasi sepenuhnya.
Setelah penjatuhan pemerintah Taliban pada Operasi Enduring Freedom, Ariana mulai membangun kembali operasinya pada Desember 2001. Satu bulan kemudian, sanksi PBB akhirnya ditarik, dan megijinkan maskapai untuk terbang kembali. Sebagai pertanda hubungan baik dan usaha untuk mengembangkan hubungan bilateral dengan Afghanistan, pemerintah India memberikan tiga pesawat Airbus A300 milik maskapai penerbangan nasional Air India. Ariana kembali mengadakan penerbangan internasional, dan penerbangan internasional pertamanya sejak tahun 1999 dengan mendarat di Bandar Udara Internasional Indira Gandhi di New Delhi, India.
Robert Young Pelton dari National Geographic menyatakan dalam sebuah artikel bahwa julukan untuk maskapai tersebut adalah Scariana karena rendahnya caratan keselamatan.[6]
Ariana Afghan Airlines mengalami insiden dan keselakaan sebagai berikut sejak mengawali operasi:[7]
Pada 21 September 1984, sebuah McDonnell Douglas DC-10 turun menuju Bandar Udara Internasional Kabul dari Kandahar pada ketinggian 14.000 kaki (4.300 m) di atas permukaan laut, 12 mil (19 km) jauhnya dari bandara saat dihantam peluru berpeledak di mesin nomor 1 1. 300 penumpang ada di pesawat dengan tidak ada laporan kematian.
Pada 10 Desember 1988, sebuah Antonov An-26 milik Ariana ditembak jatuh oleh pesawat tempur Pakistandi atas Pakistan, menewaskan seluruh 25 penumpang dan awak.
Pada 18 Juni 1989, sebuah pintu terbuka pada pesawat Antonov An-24 di tengah perjalanan dari Kabul menuju Zaranj, dan 6 orang tewas saat pesawat menabrak bukit.
Pada 29 Mei 1992, sebuah Tupolev 154, membawa presiden Afghanistan Sibghatullah Mojaddedi, ditembak sebuah RPG saat dalam proses pendaratan ke bandara Kabul. Pesawat mendarat dengan selamat tanpa korban jiwa.[8][9]
Pada 11 September 1995, pesawat An-26 jatuh, setelah kehabisan bahan bakar di Jalalabad, tiga penumpang tewas.
Pada 29 Oktober 1997, pesawat lain jatuh di Jalalabad ketika sebuah Yakovlev Yak-40 jatuh saat mendarat, membuat 2 orang tewas.
Pada Januari 1998 sebuah Antonov An-12 jatuh dekat Khojak Pass, Pakistan setelah kehabisan bahan bakar dan menewaskan semua 51 orang di pesawat.
Pada 29 Maret 1998, sebuah Boeing 727 dari Sharjah lewat Kandahar menuju Kabul jatuh setelah menabrak gunung saat menuju bandara Kabul, menewaskan seluruh 45 orang di pesawat.
Pada 6 Februari 2000, untuk menghindari kelompok pembunuh dari Taliban, sembilan orang, dipimpin oleh dua saudara Ali Safi dan Mohammed Safi, membajak Ariana Afghan Airlines penerbangan 805, sebuah Boeing 727 membawa lebih dari 180 orang. Pesawat dialihkan melalui Tashkent dan Moskow sebelum mendarat di Bandar Udara London Stansted di utara London, di mana pembajakan berakhir setelah 4 hari dengan penyerahan damai. Pelaku dinyatakan bersalah pada Desember 2001 terhadap usaha pembajalan, penyanderaan, dan penyalahgunaan senjata. Masing-masing dihukum antara 27 dan 30 bulan, dan mendapatkan suaka di Britania Raya.[10] Setelah saat itu diketahui bahwa pembajakan merupakan sandiwara yang dilakukan bersama oleh pembajak, keluarga, dan penumpang lain dalam usaha mendapatkan suaka.[butuh rujukan]