Dalam RitusRoma Gereja Katolik, semua perayaan dalam tahun liturgi diberi tingkatan yang berbeda-beda. Tingkatan tersebut menentukan perayaan mana yang dapat diutamakan dalam misa ketika dua perayaan liturgi terjadi atau bertepatan pada hari yang sama, serta ketika suatu pesta jatuh pada hari Minggu atau hari-hari tertentu lainnya dengan tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, perayaan liturgi tingkat tinggi juga lebih diistimewakan dengan adanya unsur-unsur liturgi khusus tertentu, misalnya misa untuk hari raya akan mencakup pembacaan atau nyanyian Kemuliaan dan Syahadatpanjang atau pendek, untuk pesta tidak mencakup Syahadat, sementara peringatan tidak mencakup keduanya.
Sejarah
Tingkatan untuk hari perayaan orang-orang kudus dan misteri Kristiani seperti Kenaikan Tuhan, yang pada mulanya tumbuh dari pembagian atas ganda dan sederhana,[1] kemudian berkembang menjadi pembagian tingkatan hierarkis yang lebih rumit menjadi Sederhana, Semiganda, dan Ganda, dengan pesta hari-hari Ritus Ganda dibagi lagi menjadi Ganda Kelas I, Ganda Kelas II, Ganda Besar atau Ganda Mayor, dan Ganda, dalam tingkat urutan menurun.
Arti yang sebenarnya dari istilah "ganda" tersebut tidak diketahui sepenuhnya secara pasti. Beberapa orang beranggapan bahwa perayaan besar tersebut ditata sedemikian rupa karena antifon sebelum dan sesudah mazmur "digandakan", yaitu diulang seluruhnya sebanyak dua kali pada perayaan tersebut. Anggapan lain, dengan kemungkinan yang lebih besar, menunjukkan fakta bahwa sebelum abad kesembilan di tempat-tempat tertentu, misalnya di Roma, merupakan suatu kebiasaan pada perayaan-perayaan besar untuk mendaraskan dua set Matin, yang satu untuk feria atau hari biasa, yang lain untuk perayaan. Karenanya perayaan-perayaan semacam itu dikenal sebagai "ganda".[1]
Catholic Encyclopedia 1907 menunjukkan pertambahan jumlah kalender dengan tabel berikut berdasarkan revisi resmi dari Breviarium Romanum tahun 1568,[2] 1602, 1631 dan 1882, serta berdasarkan situasi pada tahun 1907.
Paus
Tahun
Ganda Kelas I.
Ganda Kelas II
Ganda Besar
Ganda
Semiganda
Total
Pius V
1568
19
17
0
53
60
149
Klemens VIII
1602
19
18
16
43
68
164
Urbanus VIII
1631
19
18
16
45
78
176
Leo XIII
1882
21
18
24
128
74
275
-
1907
23
27
25
133
72
280
Pada tahun 1907, sesuai dengan aturan yang berlaku sejak zaman Paus Pius V, ketika perayaan dengan tingkat ganda bentuk apa pun jika terhalang oleh "peristiwa" (jatuh pada hari yang sama)[3] dengan perayaan dengan kelas lebih tinggi, maka akan dipindahkan ke hari lain, di mana klasifikasi perayaan seperti ini sangat penting secara praktis untuk memutuskan perayaan mana yang akan dirayakan pada hari tertentu. Paus Pius X menyederhanakan masalah tingkat perayaan secara besar-besaran dalam revisi Breviarium Romanum 1911. Jika "peristiwa" terjadi, perayaan dengan tingkat lebih rendah bisa menjadi sebuah pengenangan (commemoratio) dalam perayaan yang lebih tinggi. Perbaikan lebih lanjut dilakukan oleh Paus Pius XII pada tahun 1955,[4]Paus Yohanes XXIII pada tahun 1960,[5] dan Paus Paulus VI pada tahun 1969.[6]
Pada hari biasa dan sebagian besar perayaan dengan tingkat sederhana, imam selebran diizinkan untuk mengganti misa menurut pilihannya sendiri seperti misa votif, atau misa rekuiem.
Sebelum reformasi Paus Pius X pada tahun 1911, ganda biasa lebih diutamakan daripada sebagian besar hari Minggu semiganda, sehingga banyak misa hari Minggu yang jarang diadakan. Sementara tetap mempertahankan ritus semiganda untuk hari Minggu, reformasi hanya mengizinkan perayaan terpenting yang dirayakan pada hari Minggu, meskipun pengenangan masih sering dilakukan hingga reformasi tahun 1960.
Pembagian menjadi perayaan ganda (yang beragam jenis), semiganda, dan sederhana tetap berlanjut sampai pada tahun 1955, ketika Paus Pius XII menghapuskan tingkatan semiganda, membuat semua perayaan semiganda sebelumnya menjadi perayaan sederhana, dan mengurangi perayaan sederhana sebelumnya menjadi sekadar pengenangan dalam misa peringatan lain atau hari biasa tergantung perayaan tersebut jatuh pada hari apa.
Kemudian pada tahun 1960, Paus Yohanes XXIII sepenuhnya mengakhiri penggunaaan istilah tingkatan dengan ganda dll., dan menggantinya dengan tingkatan, yang diterapkan tidak hanya pada perayaan tetapi untuk semua hari liturgi termasuk harus biasa, yang terdiri dari peringatan kelas I, II, III, dan IV.
Revisi tahun 1969 oleh Paus Paulus VI membagi perayaan menjadi "hari raya", "pesta", dan "peringatan", yang kira-kira sesuai dengan perayaan kelas I, II, dan III dari Paus Yohanes XXIII. Pengenangan dihapuskan baik sebagai tingkat perayaan liturgi dan sebagai set kedua tambahan untuk collecta (Doa Pembuka), oratio secreta (Doa Persembahan), dan postcommunio (Doa Sesudah Komuni) untuk pengenangan setelah collecta, oratio secreta, dan postcommunio asli yang dibacakan hari tersebut di misa.[7] Beberapa peringatan dianggap wajib dan beberapa peringatan lain bersifat fakultatif, yang mengizinkan pilihan untuk hari-hari perayaan tertentu antara dua atau tiga peringatan, atau antara satu atau lebih peringatan dengan perayaan hari biasa. Pada hari di mana tidak ada perayaan wajib yang ditetapkan, misa dapat merayakan orang kudus mana pun yang disebutkan dalam Martyrologium Romanum yang diperingati pada hari tersebut.
Perkembangan tingkat perayaan menurut kalender Breviarium Romanum dapat diringkas sebagai berikut:
Paus
Waktu
Tingkatan
-
Zaman kuno
Ganda
Sederhana
-
Abad ke-13
Ganda
Semiganda
Sederhana
Pius V
1568
Ganda Kelas I.
Ganda Kelas II
Ganda
Semiganda
Sederhana
Klemens Vlll
1602
Ganda Kelas I.
Ganda Kelas II
Ganda Besar
Ganda
Semiganda
Sederhana
Pius XII
1955
Ganda Kelas I.
Ganda Kelas II
Ganda Besar
Ganda
Sederhana
Pengenangan
Yohanes XXIII
1960
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Pengenangan
Paulus VI
1969
Hari Raya
Pesta
Peringatan Wajib dan Fakultatif
Hari Biasa
Tingkat perayaan
Setiap perayaan dalam kalender liturgi Katolik memiliki tingkatan. Lima tingkatan dasar dalam Bentuk BiasaRitus Romawi, dalam urutan menurun menurut kepentingannya, adalah sebagai berikut:
Hari Raya (Sollemnitas) — jenis perayaan dengan tingkat tertinggi. Hari raya mencakup peringatan suatu peristiwa penting dalam kehidupan Yesus atau Maria, atau perayaan orang kudus yang penting bagi seluruh Gereja atau komunitas lokal. Hari raya setara dengan "Pesta Kelas I" dalam Misa Tridentina atau Bentuk Luar Biasa Ritus Romawi dan Misa Paus Yohanes XXIII 1962. Ciri-ciri misa hari raya adalah sebagai berikut.
Di luar masa Adven, Prapaskah dan Paskah, hari raya yang jatuh pada hari Minggu akan didahulukan dan menggantikan perayaan dengan tingkat lebih rendah pada hari Minggu tersebut.
Pesta (Festum) — jenis perayaan dengan tingkat sekunder yang mencakup peristiwa kecil dalam kehidupan Yesus, Maria atau rasul tertentu, atau peringatan bagi orang-orang kudus besar. Pesta setara dengan "Pesta Kelas II" dalam Misa Tridentina atau Bentuk Luar Biasa Ritus Romawi dan Misa Paus Yohanes XXIII 1962. Ciri-ciri misa pesta adalah sebagai berikut.
Mencakup pendarasaan atau nyanyian Kemuliaan, dan tidak mencakup Syahadat.
Mencakup bacaan dan doa <i>proprium</i> untuk misa pesta.
Pesta yang berkaitan dengan Tuhan (mis. Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya) yang jatuh pada hari Minggu dalam masa biasa akan didahulukan dan menggantikan perayaan pada hari Minggu tersebut (kecuali perayaan dengan tingkat lebih tinggi), dan Syahadat akan tetap dibacakan dalam Misa.
Peringatan (Memoria) — jenis perayaan yang mencakup peringatan bagi orang-orang kudus kecil. Peringatan terdiri dari dua jenis, yaitu peringatan wajib (memoria obligatoria, dirayakan di seluruh Gereja) dan peringatan fakultatif (memoria ad libitum, hanya dirayakan di keuskupan, wilayah, atau negara tertentu). Peringatan setara dengan "Pesta Kelas III" dalam Misa Tridentina atau Bentuk Luar Biasa.
Hari Biasa Masa Liturgi — hari-hari kerja (termasuk hari Sabtu) dalam masa/musim liturgi khusus (Adven, Natal, Prapaskah, atau Paskah), yang tidak bertepatan dengan hari raya, pesta, atau peringatan wajib atau fakultatif. Pada hari biasa Masa Prapaskah, peringatan wajib akan dirayakan sebagai peringatan fakultatif dan liturgi Prapaskah seperti itu akan digunakan. Hari biasa dalam masa liturgi setara dengan "Feria Kelas I, II dan III" dalam Bentuk Luar Biasa, dan "Feria Besar" dalam bentuk Misa Tridentina yang lebih tua.
Hari Biasa (Feria) atau Hari Biasa Masa Biasa — hari-hari kerja (termasuk Sabtu) dalam masa biasa yang tidak bertepatan dengan perayaan, pesta atau peringatan wajib atau fakultatif. Hari biasa setara dengan "Feria Kelas IV" dalam Bentuk Luar Biasa, dan "Feria Kecil" dalam bentuk Misa Tridentina yang lebih tua.
Semua hari raya wajib (dies festus de praecepto servanda) merupakan hari raya (solemnitas); Namun, tidak semua hari raya adalah hari raya wajib. Misalnya Hari Raya Natal (25 Desember) adalah hari raya yang selalu menjadi hari raya wajib, sedangkan Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis (24 Juni) bukanlah hari raya wajib.
Di wilayah-wilayah lokal tertentu, perayaan tertentu yang bertingkat pesta atau peringatan di sebagian besar Gereja dirayakan sebagai hari raya di tempat tersebut. Misalnya, Hari Santo Patrick adalah hari raya di Irlandia, tetapi umumnya merupakan peringatan di wilayah Gereja lain; Bunda Dukacita adalah hari raya di Slovakia, sedangkan di wilayah lain merupakan peringatan.
Hari Minggu
Codex Rubricarum yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII membagi hari-hari Minggu menjadi dua kelas. Hari Minggu kelas I mencakup empat hari dalam Masa Adven, empat dalam Masa Prapaskah, dua hari dalam Masa Sengsara, hari Minggu Paskah, hari Oktaf Paskah, dan hari Pentakosta.[8] Tidak ada perayaan apa pun yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu ini, dengan pengecualian satu-satunya oleh Pesta Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda.[9] Semua hari Minggu lainnya adalah perayaan kelas II,[10] dan mengungguli pesta kelas II, dengan pengecualian perayaan yang memperingati peristiwa Tuhan, baik kelas I atau II, yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu kelas II mana pun yang kebetulan jatuh pada hari tersebut.[11]
Reformasi 1955 yang dilakukan oleh Paus Pius XII[12] tidak membagi hari Minggu ke dalam kelas-kelas. Sebaliknya, Paus Pius XII menetapkan bahwa hari Minggu Adven dan Prapaskah dan hari-hari Minggu yang mengikuti hari Oktaf Paskah, dan juga hari Minggu Pentakosta, dirayakan sebagai ganda kelas I, dan mengungguli semua perayaan;[13] tetapi bila pesta kelas I jatuh pada hari Minggu Adven II, III, atau IV, misa pesta tetap diperbolehkan.[14] Hari Minggu yang sebelumnya dirayakan dalam ritus semiganda dinaikkan tingkatnya menjadi ritus ganda.[15] Pesta Tuhan kita yang diadakan pada hari Minggu setiap tahun akan menggantikan hari Minggu.[16]
Hari biasa
Selain pembagian perayaan dan hari Minggu, Paus Yohanes XXIII juga memperkenalkan pembagian hari biasa menjadi empat kelas:
Hari biasa kelas I, yang mengungguli semua pesta: Rabu Abu dan semua hari biasa dalam Pekan Suci.[17]
Hari biasa kelas II, yang mengungguli pesta lokal kelas II: hari biasa khusus Adven dari tanggal 17 Desember hingga 23 Desember, dan masa pertobatan dalam Masa Adven, Masa Prapaskah dan bulan September.[18]
Hari biasa kelas III, yaitu hari biasa dalam masa Prapaskah mulai dari hari Kamis setelah Rabu Abu hingga hari Sabtu sebelum hari Minggu Kedua Sengsara (hari Minggu Palma) kecuali masa pertobatan (hari-hari tersebut mengungguli pesta kelas III), dan hari biasa dalam Masa Adven hingga 16 Desember kecuali masa pertobatan (hari-hari tersebut mengungguli pesta kelas III).[19]
Hari biasa kelas IV: semua hari biasa lainnya.
Sebelumnya, hari biasa umumnya terbagi menjadi "besar/mayor" atau "kecil/minor". Hari biasa besar, yang harus memiliki setidaknya satu pengenangan bahkan pada perayaan-perayaan paling penting, adalah hari-hari biasa pada Masa Adven dan Prapaskah, hari-hari masa pertobatan, dan hari Senin dalam masa rogasi; selain itu merupakan hari biasa minor. Di antara hari-hari biasa besar, Rabu Abu dan hari-hari dalam Pekan Suci diistimewakan, sehingga perayaan-perayaan tersebut harus didahulukan, tidak peduli perayaan apa yang mungkin ada pada hari tersebut.[20]
Hari-hari masa pertobatan (bahasa Inggris: ember days) adalah empat set terpisah yang masing-masing terdiri dari tiga hari dalam minggu yang sama, khususnya Rabu, Jumat, dan Sabtu, yang kira-kira berjarak sama dalam satu lingkaran tahun liturgi, yang sebelumnya dikhususkan untuk puasa dan doa. Hari-hari yang dikhususkan untuk melakukan doa dan puasa khusus ini dianggap sangat cocok sebagai waktu untuk menahbiskan klerus. Hari-hari masa pertobatan dikenal dalam bahasa Latin sebagai quatuor tempora ("empat musim"), atau jejunia quatuor temporum ("puasa empat musim"). Hari-hari ini biasanya jatuh pada minggu-minggu antara hari Minggu Adven III dan IV, antara hari Minggu Prapaskah I dan II, antara Pentakosta dan hari Minggu Tritunggal Mahakudus, dan mulai Rabu pertama setelah Pesta Salib Suci (14 September) antara hari Minggu ketiga dan keempat liturgi dalam bulan September.[21]
Hari-hari Masa Rogasi adalah, dalam kalender Gereja Barat, empat hari yang secara tradisional digunakan untuk prosesi khusyuk untuk memohon belas kasihan Tuhan. Tanggal 25 April, Rogasi Besar (atau Litani Besar) bertepatan dengan Hari Santo Markus (tetapi dipindahkan ke hari Selasa berikutnya jika hari tersebut jatuh pada hari Paskah), sedangkan Rogasi Kecil (atau Litani Kecil) jatuh pada tiga hari sebelum hari Kenaikan Tuhan pada hari Kamis.
Vigili
Pada awal mula, setiap perayaan memiliki vigili (malam sebelum perayaan), tetapi karena peningkatan jumlah perayaan dan pelanggaran yang terkait dengan ibadah sore dan malam yang semula terdiri dari vigili, menyebabkan vigili dikurangi. Namun demikian, Ritus Romawi mempertahankan lebih banyak vigili daripada ritus-ritus liturgi Latin lainnya seperti Ritus Ambrosian dan Ritus Mozarabik, dan jika jatuh pada hari Minggu, dipindahkan ke hari Sabtu sebelumnya.[22]
Paus Pius XII membagi vigili menjadi hanya dua kelas: "vigili khusus" (Natal dan Pentakosta) dan "vigili umum" (Kenaikan Tuhan, Maria Diangkat ke Surga, Santo Yohanes Pembaptis, Santo Petrus dan Paulus, Santo Laurensius). Semua vigili lainnya, bahkan yang dirayakan secara lokal, dihapuskan.[23] Namun, acara Santo Petrus dan Paulus dan Santo Laurensius terus ditutupi oleh perayaan-perayaan tingkat tinggi.
Dalam Codex Rubricarum 1960 oleh Paus Yohanes XXIII, Vigili dibagi menjadi tiga kelas. Vigili Paskah (Malam Paskah) tidak dimasukkan dalam perhitungan dan dirayakan dengan cara yang berbeda dari vigili lainnya.[24] Vigili Natal (Malam Natal) dan Vigili Pentakosta adalah vigili kelas I, dan yang paling didahulukan di antara perayaan apa pun.[25] Vigili kelas II mencakup Vigili Kenaikan Tuhan, Vigili Maria Diangkat ke Surga, Vigili Santo Yohanes Pembaptis, dan Vigili Santo Petrus dan Paulus, di mana mereka lebih diutamakan daripada perayaan liturgi kelas III atau IV. Hanya ada satu vigili kelas III, yaitu Vigili Santo Laurensius, yang lebih diutamakan daripada perayaan liturgi kelas IV.
Oktaf
Kalender Tridentina memiliki banyak oktaf (kedelapan hari setelah perayaan), tanpa ada petunjuk dalam kalender itu sendiri tentang perbedaan pangkat di antara mereka, terlepas dari fakta bahwa "Hari Oktaf" (hari terakhir dari oktaf tersebut) diberi peringkat lebih tinggi daripada hari-hari dalam oktaf (sebelum Hari Oktaf). Beberapa oktaf tumpang tindih satu sama lain, sehingga, misalnya, pada tanggal 29 Desember, doa santo hari itu, Santo Thomas Becket, diikuti dengan doa Hari Natal, Santo Stefanus, Santo Yohanes Penginjil, dan Kanak-Kanak Suci. Tradisi ini tetap bertahan sampai reformasi Paus Pius X.[26]
Untuk mengurangi kemonotonan dalam mengulangi doa yang sama dalam misa dan ofisi (ibadah harian) setiap hari selama delapan hari, Paus Pius X mengklasifikasikan oktaf menjadi "oktaf istimewa", "oktaf umum", dan "oktaf sederhana".
Oktaf istimewa terdiri dari tiga "tingkat".[27] Tingkat I adalah Paskah dan Pentakosta (tidak mengizinkan pesta apa pun untuk dirayakan selama oktaf tersebut, atau bahkan hanya sebagai pengenangan hingga hari Selasa malam), tingkat II mencakup Penampakan Tuhan dan Tubuh dan Darah Kristus (Hari Oktaf digolongkan sebagai Ganda Besar, hari-hari dalam oktaf sebagai Semiganda, yang mengizinkan hanya kepada Ganda dari Kelas I, dan pada hari Oktaf itu sendiri untuk Ganda dari kelas I yang dirayakan di seluruh Gereja, yang dapat "menimpa" hari-hari dalam oktaf tersebut), tingkat III untuk Natal, Kenaikan Tuhan, dan Hati Yesus yang Mahakudus (mengizinkan pesta apa pun di atas tingkat Sederhana untuk dapat menimpanya).
Oktaf umum termasuk yang mengikuti perayaan hari Maria Dikandung Tanpa Noda, Maria Diangkat ke Sutga, Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis, Santo Yusuf, Santo Petrus dan Paulus, dan Semua Orang Kudus, serta (secara lokal) santo pelindung utama sebuah gereja, Katedral, ordo, kota, keuskupan, provinsi, atau bangsa. Oktaf-oktaf ini mengizinkan pesta apa pun di atas tingkat Sederhana untuk dapat menimpanya. Perbedaan antara oktaf umum dan oktaf istimewa tingkat III berhubungan dengan Mazmur yang diucapkan di ofisi.
Oktaf sederhana mencakup Santo Stefanus, Santo Yohanes Penginjil, Kanak- Kanak Suci, Santo Laurensius, Kelahiran Maria, dan secara lokal pelindung sekunder. Perayaannya termasuk Ganda kelas II, dan hari Oktaf termasuk Sederhana dan, berbeda dengan situasi sebelum Paus Pius X, misa-misanya tidak diulang pada hari-hari dalam oktaf.
Dalam reformasi Paus Pius XII, hanya oktaf Natal, Paskah dan Pentakosta yang bertahan.[28] Hari-hari dalam oktaf Paskah dan Pentakosta dinaikkan menjadi ritus ganda, didahulukan dari semua pesta, dan tidak dapat melakukan pengenangan.[29]
^Note: On the weekdays of Advent from 17 to 24 December, on days within the Octave of Christmas, and on the weekdays of Lent, except Ash Wednesday and Holy Week, the Mass texts for the current liturgical day are used, but the Collect, but not the Prayer over the Offerings and Prayer after Communion, may be taken from a Memorial which happens to be listed in the General Calendar for that day (GIRM 355).
^De rubricis ad simpliciorem formam redigendis of 23 March 1955 (Acta Apostolicae Sedis 47(1955), pages 218-224). The only English translation available on the Internet seems to be that on a blog.
^The rubrics of the Breviary defined the liturgical first Sunday of August, September, October and November as the Sunday closest to the first day of the month, in this manner: "That which is called the I Sunday of the month, is that which is on the Kalends, or nearest the Kalends of that month: so that, if the Kalends be Monday, Tuesday, or Wednesday, then the I Sunday of the month, on which the book of Scripture to be begun is placed, is that which precedes the Kalends. But if Thursday or Friday, or Saturday, it is that which follows." The first Sunday of September, therefore, could fall between 29 August and 4 September. The 1960 reforms changed this to the actual first Sunday of the month (Rubricae Generales, 19), with a possible resulting adjustment in the dates of the September Ember Days.
^"Ordo" in Latin, not "classis" (class), the word used for feasts, the word too that was used in Pope John XXIII's revision of the rubrics for all kinds of liturgical days.