Kalender asli Romawi diyakini adalah kalender lunar observasional (berdasarkan pengamatan)[1] dan bulan mulai dari tanda-tanda pertama dari baru bulan sabit. Karena siklus bulan panjangnya adalah sekitar 29 ½ hari, maka panjang bulan-bulan bervariasi antara 29 dan 30 hari. Dua belas bulan semacam itu selalu 10 atau 11 hari lebih pendek dari tahun matahari; tanpa penyesuaian, siklus tahun dengan cepat tidak lagi selaras dengan datangnya musim-musim sebagaimana kalender Islam sekarang. Mengingat aspek musiman kalender itu terkait festival keagamaan, hal ini mungkin dihindari menggunakan beberapa bentuk interkalasi atau melalui suspensi (penghentian penggunaan sementara) kalender selama musim dingin.
Pekan yang terdiri dari 8 hari di Roma, yaitu siklus nundinal, digunakan bersama dengan orang Etruria, yang memakainya sebagai jadwal menghadap raja. Diduga ini merupakan fitur kalender awak itu dan dikreditkan dalam legenda Romawi dengan Romulus atau Servius Tullius.
Kalender 10-bulan legendaris
Orang Romawi sendiri menggambarkan tahun mereka terorganisir dengan sepuluh bulan tetap, masing-masing 30 atau 31 hari.[2][3] pembagian desimal semacam itu cocok dengan praktik umum Romawi.[4] Empat bulan dengan 31 hari disebut pleni menses (bulan-bulan utuh) dan lainnya cavi menses (bulan-bulan bolong).[a][6] Masa 304 hari tepat dengan 38 siklus nundinal. Sistem ini biasanya dikatakan meninggalkan sisa 50-lebih hari dalam setahun sebagai "musim dingin" yang tidak terorganisir, meskipun catatan sejarah Licini Macer yang hilang rupanya menyatakan bahwa kalender Romawi awal sebaliknya menggunakan interkalasi [7][8] dan Macrobius mengklaim kalender 10-bulan dibiarkan untuk bergeser sampai bulan-bulan musim panas dan musim dingin benar-benar jatuh pada waktu yang salah, baru ada tambahan hari yang tidak masuk bulan manapun disisipkan begitu saja ke dalam kalender sampai waktunya itu dipulihkan dan kembali ke musim yang tepat.[9][10]
Para penulis Romawi di kemudian hari mengkreditkan kalender ini dengan Romulus,[11][12] raja pertama legendaris dan pahlawan budaya mereka, meskipun ini umum dilakukan untuk praktik-praktik dan tradisi yang telah hilang asal usulnya bagi mereka. Sebagian sarjana meragukan keberadaan kalender ini, karena hanya dibuktikan dari sumber akhir Republik dan Kekaisaran dan ternyata hanya didukung oleh kesalahan penempatan nama-nama bulan dari bulan September sampai Desember.[13] Rüpke juga menemukan bahwa kebetulan adanya kesamaan panjang tahun dalam "Romulus" dengan panjang sepuluh bulan pertama dari kalender Julian mencurigakan.
Tradisi lain didapati dari Plutarkhos dalam Kehidupan Paralel yang menceritakan bahwa kalender Romulus adalah tahun surya tetapi berpegang pada prinsip umum bahwa tahun ini harus berlangsung selama 360 hari. Bulan-bulan ditetapkan secara sekunder dan sembarangan, dengan beberapa memiliki 20 hari dan lainnya 35 hari atau lebih.[17][18]
Kalender Republik
Kalender Republik Romawi terbukti sangat berbeda. Kalender itu mengikuti kalender Yunani dengan asumsi siklus bulan29 ½ hari dan tahun solar12 ½ bulan sinodik (368 ¾ hari), yang menyelaraskan setiap tahun keempat dengan penambahan dua bulan kabisat.[6] Tambahan dua bulan dalam setahun adalah bulan Januari dan Februari; bulan kabisat kadang-kadang dikenal sebagai Mercedonius.[6]
Orang Romawi tidak mengikuti kebiasaan Yunani menetapkan bulan-bulan bergantian 29 dan 30 hari dan bulan kabisat bergantian 29 dan 30 hari setiap tahun. Sebaliknya, mereka menetapkan bulan ke-3, 5, 7, dan 10[b] masing-masing memiliki 31 hari; semua bulan-bulan lainnya memiliki 29 hari, kecuali bulan Februari, yang memiliki 28 hari untuk tiga tahun, lalu 29 hari setiap tahun keempat. Keseluruhan bulan-bulan ini selama rentang 4 tahun berbeda 5 hari dari kalender orang-orang Yunani, berarti bulan kabisat Romawi selalu memiliki 27 hari. Demikian pula, dalam setiap bulan, minggu-minggu tidak bervariasi seperti gaya Yunani antara 7 dan 8 hari; sebaliknya, satu bulan penuh diberi dua hari tambahan pada minggu pertamanya dan tiga minggu terakhir dari setiap bulan terdiri dari 8 hari ("sembilan" menurut perhitungan Romawi).[19] Lebih tidak lazim lagi, bulan kabisat tidak ditempatkan di akhir tahun, namun di dalan bulan Februari setelah Terminalia pada 23 (a.d.VIIKal.Mart.); kemudian diikuti oleh hari-hari bulan Februari sisanya sampai selesai. Hal ini tampaknya berasal dari takhayul Romawi tentang penomoran dan urutan bulan. Penataan kalender Romawi juga tampaknya berasal dari takhayul Pythagoras tentang kemujuran dari angka-angka ganjil.[19]
Perubahan kalender Romawi yang berbasis Pythagoras umumnya dikreditkan oleh orang Romawi kepada Numa Pompilius, pengganti Romulus dan raja kedua dari tujuh raja Romawi, seperti pula dua bulan kalender yang baru.[20][21][c] Sebagian besar sumber yakin dia telah menetapkan interkalasi bersama seluruh kalender. Meskipun menurut Livy, Numa melembagakan kalender lunar, penulis itu mengklaim raja telah menetapkan sistem interkalasi 19-tahunan setara dengan Siklus Metonik[22] berabad-abad sebelum perkembangannya oleh astronom Babilonia dan Yunani.[d] Catatan Plutarkhos mengklaim ia membereskan kekacauan kalender sebelumnya dengan menggunakan 12 bulan berjumlah 354 hari—panjang tahun dalam kalender candra maupun kalender Yunani—dan bulan kabisat 22 hari setiap dua tahun.
Plutarkhos percaya Numa adalah yang menempatkan Januari dan Februari pada awal kalender; Ovidius menyatakan Januari sebagai bulan pertama dan kemudian bulan Februari, dalam urutan itu adalah karena Desemviri.[24][25]W. Warde Fowler percaya bahwa imam-imam Romawi terus menganggap Januari dan Februari sebagai bulan-bulan terakhir kalender sepanjang masa Republik.[26]
Masa jabatan Konsul tidak selalu mengikuti tahun kalender modern, tapi seorang konsul biasa dipilih atau ditunjuk setiap tahun. Daftar konsul Romawi tradisional digunakan oleh orang Romawi untuk perhitungan tahun mereka sejak tahun 509 SM.[29]
Reformasi selanjutnya
Setelah Pembunuhan Julius Caesar, Markus Antonius mengganti nama bulan kelahiran Caesar, bulan Quintilis, menjadi Juli (Iulius) untuk menghormatinya. Setelah Antonius kalah dalam pertempuran di Actium, Augustus mengambil alih kontrol di Roma, dan menemukan bahwa imam-imam (karena perhitungan mereka sendiri) telah menambahkan interkalasi setiap tahun ketiga, bukan setiap keempat, menangguhkan penambahan hari kabisat kalender selama satu atau dua dekade sampai waktu yang tepat telah dipulihkan. Lihat kalender Julian: kesalahan tahun Kabisat. Pada tahun 8 sm₩+, plebisitLex Pacuvia de Mense Augusto menetapkan nama bulan Sextilis diganti menjadi Agustus (Augustus) untuk menghormati kaisar Augustus.[30][31][28][e]Konstantinus Agung resmi menetapkan 7 hari seminggu dengan membuat hari Minggu sebagai hari libur resmi pada tahun 321 M. Penanggalan Konsuler menjadi usang setelah ditinggalkannya sistem penunjukan konsul nonimperial pada tahun 541 M.
Mathieson, Ralph W. (2003), People, Personal Expression, and Social Relations in Late Antiquity, Vol. II, Ann Arbor: University of Michigan Press.
Michels, Agnes Kirsopp Lake (1949), "The 'Calendar of Numa' and the Pre-Julian Calendar", Transactions & Proceedings of the APA, Vol. 80, Philadelphia: American Philological Association, hlm. 320–346.