Diperkirakan pada tahun 2017 sekitar seratusan warga negara Indonesia pergi ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan pasukan Negara Islam Irak dan Syam sebelum mereka kembali.[9] Masing-masing dari mereka kembali ke Indonesia melalui proses deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, termasuk memantau proses deradikalisasi setiap individu saat dilepas ke masyarakat.[10] Beberapa serangan terorisme, seperti serangan Thamrin, dikendalikan oleh orang-orang yang kembali atau ekstremis lokal yang bersumpah untuk NIIS[11]
Pada tahun 2016, PresidenJoko Widodo meminta percepatan revisi kembali Undang-Undang Antiterorisme yang diteribitkan tahun 2003 dan direvisi pertama tahun 2013 lalu. Jokowi mempertanyakan efektivitas peraturan yang menyebabkan pemerintah secara hukum tidak dapat menangkap pelaku serangan Thamrin secara dini.[12] Revisi yang dihadapi perlawanan, dengan kritik yang menyatakan bahwa undang-undang tersebut akan mengizinkan penangkapan sewenang-wenang.[13] Kemudian, kelompok kontra muncul dari kelompok-kelompok hak asasi manusia yang berargumen bahwa keterlibatan Tentara Nasional Indonesia dalam RUU akan menempatkan angkatan bersenjata dalam peran penegakan hukum.[14] Tanpa menghiraukan kelompk kontra tersebut, RUU itu terus berlanjut meskipun ditunda pada akhir Februari karena masalah keterlibatan militer dalam penanggulangan terorisme dan perdebatan definisi hukum terorisme.[15]
Pada 8 hingga 10 Mei 2018, sebuah peristiwa kerusuhan terjadi di Markas Korps Brigade Mobil di Depok, Jawa Barat, dan menyebabkan 5 polisi gugur dalam bertugas. Saat itu, sebanyak 155 narapidana terorisme menyandera polisi yang bertugas pada sel khusus teroris.[16] Setelah peristiwa tersebut, polisi menembak mati empat orang yang diduga teroris yang diduga kabur "untuk membantu para tahanan kerusuhan".[17] NIIS mengaku bertanggung jawab akibat kejadian tersebut.[18]
Kronologi Bom
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi saat suatu sepeda motor yang ditumpangi oleh 2 orang kakak beradik memasuki kompleks gereja dan nyaris menabrak seorang jemaat sebelum akhirnya meledak persis di antara para jemaat yang sedang berjalan kaki.[19] Dari lokasi ini, terdapat enam orang jemaat yang meninggal dunia.[20]
GKI Diponegoro
Menurut saksi mata Tardianto, sebelum terjadi pengeboman, tiga orang perempuan bercadar, satu orang dewasa, satu anak kecil, dan satu lagi anak remaja, masuk ke area parkiran GKI Surabaya.[21] Saksi mata lain, juruparkir Mulyanto, melihat ketiganya mengenakkan rompi[22] dan satpam Antonius melihat ketiganya berjalan berjajar di pinggir jalan depan GKI, masuk ke pintu halaman gereja, dihadang oleh seorang satpam[23] yang kemudian ia peluk sebelum akhirnya terjadi ledakan.[24]
GPPS Jemaat Sawahan
Menurut Kepala Rumah Tangga Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Suhendro, peristiwa terjadi saat suatu mobil merangsek masuk ke halaman gereja dan kemudian melemparkan sebuah bom.[25]
Dalam keterangan yang berbeda, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan menyebutkan bahwa bom di GPPS Jemaat Sawahan merupakan bom mobil. Diketahui bahwa bom dibawa menggunakan mobil Avanza menerobos masuk dengan kecepatan tinggi, menabrak pintu, merangsek ke teras dan lobi gereja kemudian meledak dan membakar gereja.[26][27]
Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
Pada malam pada hari yang sama pada pukul 20:00 WIB, terjadi ledakan di sebuah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, kawasan Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.[7] Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5 dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi merupakan sebuah ledakan bom rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa.[28] Setelah ledakan pertama, polisi langsung mendatangi tempat kejadian dan menemukan Anton Febrianto sedang memegang alat pemicu bom. Dalam insiden ini setidaknya tiga orang tewas, dua di antaranya tewas akibat ledakan bom, yakni istri Anton, Puspitasari, beserta anak tertuanya, Hilta Aulia Rahman, serta Anton yang tewas tertembak polisi akibat perlawanan. Tiga anak lainnya terluka dibawa ke Rumah Sakit Siti Kodijah.[29]
Kapolri Tito Karnavian telah menkonfirmasi kepada salah seorang anak pelaku yang selamat bahwa ledakan yang terjadi di Rusunawa Wonocolo adalah sebuah kecelakaan saat perakitan bom.[30]
Polrestabes Surabaya
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur KombesFrans Barung menyatakan bahwa pada Senin, 14 Mei2018 pukul 08:50 WIB, sebuah ledakan terdengar di depan Polrestabes Surabaya.[8][31][32] Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi di pintu gerbang Polrestabes Surabaya ketika sebuah mobil mini-bus dan dua buah sepeda motor akan diperiksa petugas.[33][34][35] Ledakan berasal dari sepeda motor bernomor polisi L 6629 NN dan L 3559 G yang setidaknya membuat empat pelaku tewas[36][37] dan sepuluh warga dan polisi terluka.[38] Petugas polisi juga menyelamatkan seorang anak perempuan pelaku dari lokasi kejadian.[39]
Serangan kelompok terduga teroris terjadi di Markas Polisi Daerah (Mapolda)Riau pada Rabu, 16 Mei2018 sekitar pukul 09:00 WIB ketika Kapolda Riau berencana melalukan konferensi pers mengenai pengungkapan kasus dan pemusnahan barang bukti narkoba.[40] Penyerangan dilakukan menggunakan mobil Avanza berwarna putih yang menerobos masuk melalui gerbang utara Mapolda Riau. Setelah merangsek masuk, empat pengemudi dan penumpang Avanza keluar dengan mengenakan topeng, menghunuskan senjata tajam berupa katana dan menyerang polisi yang berjaga.[41] Setidaknya seorang anggota Polda Riau serta dua wartawan terluka akibat ditabrak.[42][43] Empat pelaku tewas di tempat setelah dilumpuhkan dan seorang sisanya menderita luka.[44][45][46]
Ledakan persidangan Aman Abdurahman
Ledakan ini tidak disebabkan oleh sekelompok terroris melainkan hanya 2 drum berisi cairan meledak.[47] Polisi mengatakan bahwa ini hanya ledakan bukan Bom.
Pelaku
Insiden Tiga Gereja di Surabaya
Seluruh pelaku dari rentetan serangan bom di Surabaya dilakukan oleh satu keluarga beranggotakan enam orang, di antaranya Dita Upriyanto (48), istrinya Puji Kuswati (43) dan mengajak empat anaknya bernama Yusuf Fadil (18), Firman Halim (16), Fadilah Sari (12), dan Pamela Rizkita (9).[48] Kapolri Tito Karnavian dalam konferensi persnya menyatakan bahwa keluarga ini baru saja datang dari Suriah dan merupakan simpatisan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dan merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).[49]
Dalam pembagian tugasnya, Dita Upriyanto adalah pengemudi mobil Avanza yang menabrak GPPS Jemaat Sawahan. Sebelum melakukan kejahatan, Dita menurunkan istrinya Puji Kuswati dan dua anak perempuannya, FS (12) dan PR (9), di GKI Diponegoro. Ketiga orang ini telah dipasangkan tiga buah bom yang dililitkan dipinggang. Dalam keterangan polisi, jenazah istri dan kedua anaknya rusak di bagian perut.[49]
Sedangkan pelaku di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela diduga merupakan anak laki-laki Dita, yakni Yusuf Fadil (18) dan FH (16). Mereka mengendarai sepeda motor dan memangku bom yang akan diledakkan.
Negara Islam Irak dan Syam melalui kantor beritanya, Amaq News Agency, menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan ini.[49][50]
Reaksi keamanan dan akibat tidak langsung
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, membatalkan acara tahunan Festival Rujak Uleg di Jalan Kembang Jepun dalam rangka Hari Ulang Tahun Kota Surabaya yang rencananya digelar pada 13 Mei siang hari. Pembatalan ini merupakan atas pertimbangan keamanan dari pihak kepolisian.[51]
Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, IrjenIdham Azis, menerbitkan sebuah telegram rahasia (TR) mengenai kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) pasca insiden bom Surabaya pada hari yang sama. Dalam telegram rahasia tersebut menyatakan bahwa 13 Mei 2018 pukul 08.00 WIB status kesiagaan seluruh jajaran Polda Metro Jaya dinyatakan dalam status Siaga 1 hingga batas waktu yang belum ditentukan.[52]
PoldaBali dan jajarannya menyatakan memperketat keamanan di Bali terutama memperketat penjagaan di gereja-gereja yang melaksanakan kebaktian, meski telah mengadakan status siaga satu sejak Jumat, 11 Mei2018, pasca insiden di Mako Brimob. Polda Bali melakukan penambahan personel dari Ditsabhara dan Brimob serta jadwal patroli.[53]
Amerika Serikat, Inggris, Australia, Singapura, dan Hong Kong menerbitkan peringatan perjalanan ke Indonesia atas teror yang terjadi. Kelima negara tersebut memperingatkan warganya di Indonesia untuk tetap memperbaharui informasi melalui media lokal dan tetap mencari tempat aman untuk berlindung. Kementerian Luar Negeri Australia juga memperingatkan serangan susulan selama bulan Ramadan.[54]Belanda dan Belgia juga menerbitkan peringatan perjalanan bagi warga negaranya yang ingin atau tengah berkunjung di Indonesia.[55][56]
Tanggapan dan kecaman
Pejabat tinggi negara dan daerah
PresidenJoko Widodo membatalkan agendanya di Jakarta dan langsung berangkat ke Surabaya untuk meninjau lokasi kejadian dan menjenguk korban. Presiden mengatakan bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang biadab dan di luar batas kemanusiaan dan menyatakan bahwa terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan yang tidak ada kaitannya dengan agama apa pun. Ia menegaskan bahwa semua ajaran agama menolak ajaran terorisme apa pun alasannya.[57]
Pemuka dan organisasi agama
Pemimpin Gereja Katolik Roma sedunia, Paus Fransiskus, turut menyampaikan duka atas terjadinya tragedi bom bunuh diri di Surabaya. Ia mengucapkan belasungkawanya pada saat menjelang doa Regina Caeli atau Ratu Surga di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Paus Fransiskus mendoakan para korban dan orang-orang yang mereka cintai di hadapan ribuan umat yang berkumpul.[58]
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Golmar Gultom, berharap seluruh elite politik untuk tidak menggunakan insiden ini sebagai alat politik sesaat dan masyarakat untuk menghentikan komentar yang justru memperkeruh keadaan. Ia mengatakan bahwa kekerasan tidak akan mampu menyelesaikan masalah dan hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan yang berakhir pada kehancuran dan meyakini bahwa tidak ada agama yang mengajarkan ajaran kekerasan maupun pembunuhan.[59][60]
Ketua Komisi DakwahMajelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menyatakan bahwa Islam melarang aksi bom membunuh orang yang tak berdosa dan tidak membenarkan aksi pengeboman. Terorisme juga dikatakan sebagai produk dari kebencian, kesesatan berpikir dan berkeyakitan serta pelampiasan dari kecongkakan orang sombong.[61]
Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) mengecam dan mengutuk keras ledakan bom di tiga gereja di Surabaya. Dalam pernyataannya PBNU menyatakan bahwa segala macam tindakan yang menggunakan kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan cara menebarkan teror, kebencian dan kekerasan bukanlah ciri ajaran Islam. PBNU juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan mendukung penuh langkah aparat keamanan mengusut insiden ini.[62]
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengutuk, mengecam, dan menyesalkan atas terjadinya aksi bom bunuh diri di gereja Surabaya.
Partai dan tokoh politik
Dalam siaran persnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengucapkan dukacita yang mendalam atas korban terorisme yang terjadi di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) dan Bom Surabaya. PDI-P mengatakan bahwa negara berkewajiban melindungi rakyat dan berhak menggunakan seluruh instrumen negara untuk melawan terorisme.[63]
Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) melalui akun twitter-nya mengutuk aksi Bom Gereja di Surabaya dan semua bentuk teror yang terjadi di manapun. Partai Gerindra meminta aparat keamanan dan kepolisian untuk mengusut tuntas aksi teror dan kekerasan yang terjadi sehingga kejadian seperti ini dapat dicegah dan tidak terjadi lagi.[64][65]
Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief, melalui rilis resminya mengecam keras terhadap kebiadaban pemboman yang terjadi di gereja-gereja Surabaya dan mengucapkan duka mendalam, ikut bersedih atas timbulnya korban tak berdosa.[66]
Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR RI, Reni Marlinawati, mengatakan bahwa evakuasi dan penyelamatan terhadap para korban menjadi prioritas utama aparat dan keselamatan masyarakat adalah prioritas utama.[67]
Tanggapan internasional
Kedutaan Besar dan Konsulat Amerika Serikat di Indonesia melalui pernyataan di situs resminya mengutuk keras serangan terhadap tiga gereja di Surabaya dan menganggap insiden tersebut telah mencederai toleransi dan keberagaman yang dijunjung oleh rakyat Indonesia.[68]
Kedutaan Besar Belanda di Indonesia mengucapkan belasungkawa terdalam bagi para korban dan mengutuk kejadian terorisme di seluruh dunia.[69]
Duta Besar Britania Raya untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Moazzam Malik, menyatakan dukacita terhadap korban dan mengutuk terorisme di manapun. Ia menyatakan serangan tersebut tidak dapat dibenarkan.[70][71]
Lars Løkke Rasmussen, Perdana Menteri Denmark mengucapkan rasa dukacitanya terhadap insiden terorisme di Prancis dan Surabaya dan berduka atas hilangnya nyawa masyarakat sipil atas kejadian ini. Ia menyatakan bahwa Denmark turut berduka atas insiden ini.[72]*