In Poloniae annalibus (16 Juli 1953) adalah sebuah surat apostolik Paus Pius XII memperingati hari peringatan ke-700 kanonisasi Santo Stanislaus AAS[1] dan mendorong para pelayan gerejawi untuk bersatu dan tetap teguh pada masa penindasan.
Santo Stanislaus adalah salah satu contoh dari kegigihan pada masanya dan seorang teladan bagi masa kita sekarang. Sebagai uskup Krakow, ia adalah seorang teladan bagi kesetiaan, keterlibatan sosial dan keberanian. Ia berani mengatakan pada Raja Boleslaw langsung akan kesalahan dan dosa-dosanya. Ia disiksa sebagai hasilnya, tetapi keyakinannya tidak tergoyahkan.[2] Para umat di Krakow sangat marah akan penghinaan terhadap kesucian gereja ini sampai-sampai mereka memaksa sang raja untuk meletakkan tahtanya. Boleslaw kemudian hidup di pengasingan hingga akhir masa hayatnya.
Pasa uskup di Polandia menunjukkan semangat dan cinta yang sama sebagaimana para umat Krakow masa itu. Faktanya cobaan-cobaan pada mereka sangat mirip dengan apa yang terjadi pada diri Santo Stanislaus. Malam penuh teror menghantui para umat di Polandia. Namun di dalam kegelapan malam bersinarlah bintang-bintang kesetiaan bangsa Polandia sedemikian rupa sehingga seluruh dunia bisa menyaksikannya dengan penuh kekaguman. Banyak orang Polandia yang kehilangan segalanya akibat mempertahankan iman mereka. Banyak yang kehilangan nyawa mereka. Banyak uskup, imam dan rohaniwan yang dipenjara, dikirim ke Siberia, dirampas semua hak mereka, disiksa, difitnah dan didakwa akan hal-hal yang tidak benar, hanya untuk satu alasan sajaL mereka adalah pembawa pesan Kristus. Orang-orang pada umumnya dan mereka yang putus asa tidak dapat mengerti akan hal ini, tetapi kehormatan abadi adalah suatu hal yang pasti bagi mereka yang mengorbankan segalanya. Mereka adalah penerus sejati Santo Stanislaus. Kebijaksanaannya terus berkembang di antara bangsa Polandia. Mungkin akan membutuhkan sejumlah waktu tertentu, tetapi anugerah-anugerah yang penuh kuasa bagi semua pengorbanan ini akan menghasilkan buah yang sangat melimpah.
Paus Pius XII melihat kembali sejarah Polandia untuk menunjukkan bagaimana kesetiaan dan iman bangsa Polandia, mengikuti jejak Santo Stanislaus, selalu menang pada akhirnya. Santo Stanislaus bukan saja orang suci yang bijaksana, tetapi juga orang suci yang adil. Dan bangsa Polandia yang saat itu terpecah-belah menjadi bersatu di sekeliling jenazah orang suci besar ini. Ia mengingatkan para pelayan gereja untuk mempertahankan persatuan yang sama.[3]
Kutipan-kutipan
- Semoga kepercayaan dirimu lebih kuat daripada batu granit. Semoga cintamu akan musuh-musuhmu tidak akan melemah karena ketidak-adilan. Semoga harapan-harapanmu bersinar lebih terang daripada matahari, bahkan ketika segala sesuatunya terlihat hancur berantakan. Pengorbanan besarmu ini akan memberikan hasil yang baik.[4]
- Tidak ada pihak yang mencintai Bunda Allah yang mulai lebih daripada kalian. Semoga Bunda Allah yang suci menjaga semua orang Polandia yang memohon perlindungan-Nya dengan rahmat yang melimpah. Semoga Ia menjadi penjaga kalian, dan mengubah menjadi kebahagiaan apa yang hari ini tampil sebagai keprihatinan yang mendalam.[5]
Pranala
- Poloniae Annalibus, Acta Apostolicae Sedis, AAS, 1953, 498
Referensi
- ^ XLV, 1953, 498
- ^ Poloniae Annalibus 3
- ^ Poloniae Annalibus 8
- ^ Poloniae Annalibus 9
- ^ Poloniae Annalibus 11