Pada 27 November 2020, sebuah keluarga dibunuh orang tak dikenal di Lembantongoa, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka ditemukan dalam keadaan mengenaskan di sekitar rumahnya. Tujuh rumah, termasuk rumah yang biasa dijadikan tempat peribadahan umat Kristen, turut dibakar. Pelaku kemudian diketahui adalah kelompok Ali Kalora dari Mujahidin Indonesia Timur, sementara korban kemudian diketahui bernama Yasa, istrinya yaitu Naka, anaknya yaitu Pedi, dan menantunya yaitu Pinu.
Serangan ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga organisasi. Presiden Joko Widodo mengutuk keras serangan ini dan memberikan santunan kepada keluarga korban. Sementara itu, Kepolisian Republik Indonesia meminta masyarakat sekitar tetap tenang dan mempersilakan masyarakat berkegiatan seperti biasa mengingat pemilihan gubernur akan tiba.
Sekitar pukul 09.00 27 November 2020, sebuah keluarga transmigran yang terdiri dari pasangan suami istri dan anak perempuan berikut menantu dibunuh orang tak dikenal di Lembantongoa, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah. Sejumlah warga yang tinggal di dekat rumah korban melarikan diri ke hutan.[1] Mereka ditemukan dalam keadaan mengenaskan di sekitar rumahnya. Tujuh rumah, termasuk rumah yang biasa dijadikan tempat peribadahan umat Kristen, turut dibakar. Pelaku kemudian diketahui adalah kelompok Ali Kalora dari Mujahidin Indonesia Timur, sementara korban kemudian diketahui bernama Yasa, istrinya yaitu Naka, anaknya yaitu Pedi, dan menantunya yaitu Pinu.[2] Korban dimakamkan keesokan harinya.[3] 150 kepala keluarga diungsikan ke tempat yang lebih aman di desa yang sama,[4]
Penyelidikan
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Abdul Rakhman Baso menyebutkan tidak ada gereja yang dibakar dalam serangan ini, sembari meluruskan informasi yang beredar di media sosial.[5] Pengejaran terhadap pelaku dan upaya mempersempit kawasan pelarian yang mengarah ke hutan di Palolo terus dilakukan.[6] Menurut keterangan saksi, ada tiga orang, termasuk Ali Kalora, yang terlibat dalam pembunuhan. Kelompok Ali melancarkan aksi teror beramai-ramai secara acak untuk menakut-nakuti masyarakat.[2] Pada 13.00 27 November, polisi menemukan empat orang tewas dan tujuh rumah dibakar ketika melawat ke tempat pembunuhan. Polisi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara, mengevakuasi jenazah, dan mencari saksi serangan ini pada 18.00-23.00. Sebanyak lima saksi sudah diinterogasi polisi dan keterangan yang didapat yaitu pelaku berjumlah sekitar sepuluh orang, tiga orang di antaranya membawa senjata api. Diketahui ada tiga pelaku yang merupakan bagian dari kelompok Ali Kalora. Pengejaran pelaku didukung sekitar 100 pasukan Satuan Petugas Tinombala, Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, dan Tentara Nasional Indonesia.[7] Dari hasil penyelidikan, polisi kemudian memastikan pelaku adalah kelompok Ali Kalora berjumlah delapan orang dan kelompok itu juga mengambil 40 kg beras milik korban melalui pintu belakang rumah sebelum membunuh korban.[8] Kelompok Ali juga membakar tujuh rumah dan mengambil beras dan rempah-rempah warga.[9] Pemerintah menyebut ada kelompok Santoso yang masih tersisa dan terlibat dalam serangan ini.[10] Seorang lagi anak Yasa yang berhasil selamat dari pembunuhan menyebut ia melarikan diri dari pembunuhan bersama anak dan adiknya.[11] Kepolisian menyebut MIT kerap turun ke desa untuk meminta makanan untuk bertahan hidup.[12]
Karena peristiwa serangan terjadi beberapa hari sebelum pemilihan gubernur, Komisi Pemilihan Umum memastikan logistik pemilihan umum dalam keadaan baik.[14] Polisi Daerah Gorontalo memperketat wilayah perbatasan Gorontalo-Sulawesi Tengah selepas serangan ini.[15]
Imbas serangan ini, 49 keluarga mengungsi dan kepolisian menyalurkan bantuan sembako terhadap pengungsi.[16] Jumlah keluarga yang mengungsi kemudian bertambah menjadi 150 keluarga.[17]
Tanggapan
Presiden Joko Widodo mengutuk keras serangan ini yang dianggap bertujuan untuk memprovokasi dan merusak kerukunan antarwarganegara, sembari memerintahkan kepolisian untuk mengusut tuntas serangan ini hingga ke akar-akarnya. Dukacita juga dimaklumkan bersamaan dengan pemberian santunan bagi keluarga korban.[18] Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan dukacita kepada korban pembunuhan dan memastikan pemerintah akan memburu lagi menindak tegas para pelaku. Mahfud menyebut pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk menangkap para pelaku dan Satuan Petugas Tinombala juga akan melakukan pengepungan terhadap tempat-tempat yang dicurigai sebagai persembunyian para pelaku.[10]Kepolisian Republik Indonesia lewat Raden Prabowo Argo Yuwono meminta masyarakat sekitar tetap tenang dan mempersilakan masyarakat berkegiatan seperti biasa mengingat pemilihan gubernur akan berlangsung pada 9 Desember.[19] Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo mengutuk serangan ini dan meminta polisi segera menangkap pelaku.[20] Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Lestari Moerdijat mengutuk keras kejadian itu dan meminta aparat keamanan segera menangkap otak penyerangan tersebut karena berpotensi menimbulkan konflik di tengah masyarakat.[21] Anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menggesa peraturan presiden terkait pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme segera dirampungkan,[22] sementara Syaifullah Tamliha dari komisi yang sama berharap kepolisian segera bertindak untuk menangkap hidup atau mati pelaku tanpa tebang pilih.[23] Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Herman Hery mengutuk keras dan mendesak kasus ini segera dituntut tuntas.[24]Badan Pembinaan Ideologi Pancasila lewat Benny Susetyo mengecam serangan ini dengan menyebut pembunuhan ini melukai kemanusiaan dan meminta serangan ini diusut tuntas.[25] Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas serangan ini sambil mengecam tindakan pelaku yang dianggap melewati batas.[26]
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di IndonesiaGomar Gultom meminta kepolisian menyelesaikan kasus ini sembari menyatakan keprihatinan.[27]Bala Keselamatan Indonesia menyampaikan dukacita terhadap korban sembari turut mengecam keras dan meminta polisi mengusut tuntas serangan ini.[28] Ketua DPP Partai NasDemMartin Manurung mengutuk keras serta meminta Polri dan TNI mengusut pelaku pembunuhan hingga akar-akarnya.[29] Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil terdiri atas Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Human Rights Watch Group, Paritas Institute, dan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menyerukan lima perkara terkait serangan ini.[30] Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengutuk keras serangan ini.[31] Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengecam dan meminta polisi mengusut tuntas serangan itu.[32] Sekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Muti meminta masyarakat tidak terprovokasi karena serangan ini bukan konflik agama.[33]