Zahir (Islam)
Ẓāhir atau zaher (bahasa Arab: ظاهر) adalah istilah bahasa Arab dalam beberapa tafsir (interpretasi Al-Quran) untuk sesuatu yang bersifat eksternal dan nyata.[1] Beberapa interpretasi esoteris Islam menyatakan bahwa Al-Quran memiliki makna eksoteris atau tampak, yang dikenal sebagai zahir, tetapi juga makna esoteris yang mendasarinya, yang dikenal sebagai batin (baten), yang hanya dapat ditafsirkan oleh seorang tokoh yang memiliki pengetahuan esoteris. Bagi Muslim Syiah, hanya Imam Waktu yang dapat memahami makna esoteris tersebut. Dalam tasawuf, tindakan individu adalah zahir, dan niat dalam hati adalah batin.[2] Zahir adalah alam jasad sedangkan batin adalah alam jiwa. Para sufi meyakini pemurnian batin oleh pembimbing spiritual mereka untuk memastikan zahir yang mengikuti syariat. Zahir juga merupakan prinsip dasar Ẓāhiriyya, sebuah mazhab dalam yurisprudensi dan teologi Islam yang hanya mengandalkan makna nyata atau tampak dari ekspresi-ekspresi dalam Al-Quran dan Sunnah. Menurut "Surat Jalan yang Benar", sebuah risalah Persia-Ismailiyah pasca-Mongol, bentuk zahir (eksoteris) dan hakikat batin (esoteris) hidup berdampingan, dalam arti bahwa bentuk zahir (eksoteris) adalah manifestasi hakikat batin (esoteris). Zahir (bentuk luar) tanpa batin (hakikat) hanyalah fatamorgana atau ilusi.[3] Banyak pemikir muslim Ismailiyah yang menekankan pentingnya keseimbangan antara yang eksoteris (ẓāhir) dan yang esoteris (batin) dalam memahami keimanan, dan menjelaskan bahwa penafsiran spiritual (ta’wil) memerlukan penjelasan makna esoteris (bātin) dari bentuk eksoteris (ẓāhir).[4] Referensi
|