Gelar kehormatan Islam digunakan oleh Muslim untuk memuji Allah, menghormati dan memuliakan para nabi, sahabat Muhammad, malaikat, dan para ulama Islam. Istilah-istilah ini umumnya berisi pujian kepada Allah (misalnya, subḥānahu wa-taʿālā), atau mendoakan kebaikan terhadap Nabi Islam Muhammad atau nabi lainnya (misalnya alayhis-salām), atau para sahabat dan tabiin.
Yang paling umum diucapkan adalah adalah subḥānahu wa-taʿālā yang berarti "Maha Suci dan Maha Tinggi".[1][2][3][4] Dalam banyak teks Islam seperti yang ada di Al-Qur'an dan hadis, gelar ini lebih banyak digunakan setelah menyebut nama Allah.
Kepada Muhammad dan keluarganya
Arab
Transkripsi
Makna
Penggunaan
Singkatan
عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ
Digunakan nabi dan rasul selain Muhammad, Ahlul-Bayt (digunakan oleh sebagian Umat Sunni) serta Imam Syiah
(a.s.), (as)
ʿalayhis-salāmu
Semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya
عَلَيْهِ ٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ
Digunakan nabi dan rasul selain Muhammad, serta Imam Syiah
(asws.)
(asw.)
ʿalayhiṣ-ṣalātu was-salāmu
Semoga selawat serta salam dilimpahkan kepadanya
سَلَامُ ٱللَّٰهِ عَلَيْهِ
Digunakan untuk menyebut imam Syiah atau malaikat. Versi femininnya adalah سَلَامُ ٱللَّٰهِ عَلَيْهَا (salāmullāhi ʿalayhā), digunakan untuk menyebut wanita dalam sejarah Islam (misal Fatimah, Khadijah, Maryam, Asiyah, Sarah, Hawa, dll.).
(s.a.)
salāmullāhi ʿalayhī
Keselamatan dari Allah baginya
صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Untuk menyebut nama Nabi Muhammad. Umum digunakan oleh Muslim Sunni.
(saw.)
ṣallāllāhu ʿalayhī wa-sallama
Semoga selawat serta salam tercurah padanya
صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
Untuk menyebut nama Muhammad. Digunakan semua muslim, tetapi banyak digunakan oleh Muslim Syiah.
(saww.)
(saws.)
(saw.)
(s.a.)
ṣallāllāhu ʿalayhī wa-ʾālihī wa-sallama
Semoga selawat serta salam tercurah padanya dan keluarganya
صَلَّى ٱللَّٰهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ}
Untuk menyebut Nabi Muhammad. Ini lebih umum digunakan oleh Muslim Syiah.
(saww.)
(sawa.)
(s.a.)
ṣallāllāhu ʿalayhī wa-ʾālihī
Semoga selawat tercurah padanya dan keluarganya
رَحِمَهُ ٱللَّٰهُ
Digunakan untuk tokoh-tokoh Muslim historis dan kontemporer.
(r.a.)
(r.a.h.)
raḥimahullāhu
Semoga Allah merahmatinya
رَضِيَ ٱللَّٰهُ عَنْهُ
Ditujukan kepada sahabat Nabi atau orang-orang yang dihormati,[5] versi femininnya adalah رَضِيَ ٱللَّٰهُ عَنْهَا (raḍiyallāhu ʿanhā).[6]
(r.a.)
raḍiyallāhu ʿanhū
Semoga Allah meridainya
Berdasarkan keterangan di atas kata bahasa Arab: عليه, translit. ʿalayhi "padanya" dapat diganti dengan bahasa Arab: عليه وعلى آله, translit. ʿalayhi wa-ʿalā 'ālihi "padanya dan keluarganya."
Biasanya, "ṣallā" ditujukan kepada Muhammad untuk membedakan antara Muhammad dan nabi-nabi Allah sebelumnya (serta imam Syiah), tetapi secara teoretis, frasa itu dapat digunakan untuk semua nabi secara setara.
Hukum pengucapan berdasarkan al-Qur'an dan hadis
al-Qur'an
Perintah untuk berselawat kepada Muhammad tertulis dalam Surah al-Ahzab:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (Qur'anAl-Ahzab:56)
Hadis
Terdapat beberapa hadis yang memerintahkan kepada Muslim untuk berselawat terhadap pribadi Muhammad. Sejumlah pakar hadis, seperti at-Tirmizi, Ahmad bin Hambal, dan yang lainnya telah meriwayatkan banyak hadis tentang selawat.
Anas bin Malik berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: 'Barang siapa berselawat kepadaku, Allah akan memberi salawat padanya sepuluh kali lipat dan akan menghapus sepuluh dosa darinya, dan akan menaikkan derajatnya sepuluh kali lipat.'"
Beberapa sarjana Muslim, terutama yang berasal dari paham Salafisme, seperti Ibnu Baz dan Firanda Andirja, telah mengkritik berbagai bentuk penyingkatan terhadap gelar atau tanda kehormatan Islam. Misalnya, ṣallāllāhu ʿalayhī wa-sallama yang disingkat sebagai "SAW" atau "saw.", raḍiyallāhu ʿanhū sebagai RA atau "r.a.", dan masih banyak lagi.[10] Mereka berpendapat bahwa menyingkat gelar-gelar tersebut akan menghilangkan makna dan pujian yang terkandung di dalamnya.[11][12]
Sebagaimana disyariatkan untuk berselawat kepada Nabi (ṣallā -llāhu ʿalayhī wa-sallam) dalam doa tasyahud, dan disyariatkan ketika memberikan khutbah, berdoa, beristigfar, setelah azan, keluar masuk masjid, dan menyebut namanya dalam keadaan lain. Maka dalam penulisan nama Nabi dalam sebuah buku, surat, artikel, dan sebagainya, disyariatkan untuk menuliskan selawat secara lengkap untuk memenuhi perintah yang telah Allah berikan kepada umat Islam, dan supaya pembaca akan ingat dalam mengucapkan selawat ketika membacanya. Oleh karena itu, jangan menulis selawat kepada Nabi dalam bentuk pendek seperti tulisan (S) atau (SAW) dll., atau bentuk lain yang digunakan beberapa penulis, karena dapat bertentangan dengan perintah Allah dalam firman-Nya:
صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (Qur'anAl-Ahzab:56)
Menuliskannya dalam bentuk singkatan dapat bertentangan dengan tujuan itu dan tidak memberikan keutamaan apa pun. Selain itu pembaca dapat tidak memperhatikannya dan bahkan tidak mengerti maksud dari singkatan tersebut. Perlu diketahui pula bahwa simbol yang digunakan dianggap tidak disetujui oleh para ulama, yang telah mengingatkannya.
Pandangan mayoritas
Mayoritas Muslim masih mempertahankan penyingkatan dengan dalih menghemat penulisan. Menurut mereka, sampai sekarang tidak pernah ditemukan nash al-Qur'an dan hadis yang dengan tegas melarang penyingkatan tersebut, begitu pula kewajiban menulis tanda kehormatan secara lengkap. Bahkan menurut pandangan mereka, literatur historis Islam dengan bahasa Arab memuat penyingkatan gelar kehormatan, seperti ṣallāllāhu ʿalayhī wa-sallama dengan huruf ص (ṣad), dan masih banyak lagi.[13][14]
^Wolfe, Michael (2003). Haji. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. hlm. 9. ISBN9793335092. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-23. Diakses tanggal 2022-09-23.
^"Q.S. An-Nahl: 1". Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
^"Q.S. Al-Isra': 43". Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan, luhur dan agung (tidak ada bandingannya).
^ abAbdullaah Al-Faqeeh (2003). "Saying 'Peace be upon him' to Angel Gabriel". Islamweb.net (dalam bahasa Inggris). Fatwa center of Imam Mohammad Ibn Saud Islamic University, Yemen, and Mauritania Islamic educational institues. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-22. Diakses tanggal 14 March 2022.
^"Bolehnya Menyingkat Shalawat". Tegar Di Atas Sunnah (dalam bahasa Inggris). 2013-09-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 2022-09-11.