Dua hari raya Islam yang utama adalah Idulfitri dan Iduladha yang dirayakan seluruh umat Islam di dunia. Keduanya dirayakan berdasarkan kalender lunar (Hijriah) dan bukan kalender solar (Gregorian), sehingga setiap tahun hari raya tersebut dilaksanakan pada tanggal Gregorian yang berbeda. Terdapat pula hari peringatan dan festival lainnya, sebagian dirayakan oleh semua Muslim, atau hanya mazhab atau denominasi tertentu seperti Syiah.
Baik Idulfitri maupun Iduladha terjadi setelah sepuluh hari atau malam yang suci: 10 malam terakhir Ramadan dan 10 hari pertama Zulhijah. Lailatulqadar, satu dari sepuluh malam terakhir Ramadan dianggap sebagai malam yang paling suci dalam satu tahun. Sebaliknya, hari Arafah, hari sebelum Iduladha, adalah hari paling suci dalam satu tahun.
Dalam tradisi Islam, Jumat adalah hari paling mulia dalam satu minggu. Salat Jumat adalah salat berjemaah wajib yang didirikan di masjid-masjid, dan umat Muslim disunnahkan berpakaian rapi dan bersih, memakai wewangian, dan mandi.
Idulfitri dilaksanakan setelah Ramadan (bulan puasa) usai, dan sebelumnya umat Islam menunaikan zakat fitrah. Perayaan dimulai dengan Salat Id pada pagi hari tanggal 1 Syawal, kemudian makan atau berkumpul bersama sepanjang hari tersebut.
Iduladha dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijah, saat jamaah haji bergerak dari Muzdalifah ke Mina untuk melempar jamrah dan berlangsung hingga 13 Zulhijah. Umat Islam menyelenggarakan kurban penyembelihan kambing/sapi/domba, yang dagingnya dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin.[1]
Ramadan, bulan ke-9 dalam kalender Hijriah, adalah waktu umat Muslim wajib berpuasa dari subuh sampai Matahari terbenam. Umat Muslim juga merayakan Ramadan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad.[2] Bagi umat Muslim, puasa bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.[3]
Puasa ini memiliki makna untuk merasakan seperti orang miskin, tanpa makanan atau air. Umat Muslim menghindari diri mereka dari makanan, minuman, serta nafsu syahwat. Orang-orang dengan penyakit kronis atau kondisi kesehatan khusus seperti diabetes, serta anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun tidak wajib berpuasa. Musafir, wanita haid, atau menyusui mendapat keringanan dari puasa tersebut, tetapi harus mengganti puasanya. Pahala puasa dapat rusak karena tindakan yang dilarang agama seperti menggibah atau berbuat dusta.[butuh rujukan]
Kalender hijriah dibuat berdasarkan revolusi Bulan mengelilingi Bumi, sekitar 29,5 hari. Bulan dalam kalender hijriah berselang-seling antara 29 dan 30 hari yang dimulai dari fase bulan baru. Satu tahun kalender memiliki 12 bulan yang lebih pendek 11 hari daripada kalender Gregorian. Sejumlah tanggal kalender Gregorian di bawah ini dapat berbeda di berbagai negara.[4][5]
^Reza, Aslan (2011). No god but God : the origins and evolution of Islam (edisi ke-1st). New York: Delacorte Press. hlm. 118–119. ISBN9780385739757. OCLC614990718.
Leaman, Oliver, "Festivals of Love", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO, 2014, Vol I, pp. 197–199.