Imunologi
Imunologi adalah cabang biologi[1] dari ilmu biomedis yang mencakup studi tentang sistem kekebalan tubuh[2] pada semua organisme.[3] Imunologi mempelajari semua aspek sistem imun (kekebalan tubuh) dalam merespons atau melawan mikroorganisme atau unsur asing penyebab penyakit (seperti virus, bakteri, dan racun dari bakteri), termasuk struktur dan fungsi sistem imun, kegagalan pada sistem imun, imunisasi, dan transplantasi organ tubuh.[4] Bagan imunologi, mengukur, dan mengontekstualisasikan fungsi fisiologis sistem kekebalan pada keadaan kesehatan dan penyakit; kerusakan sistem kekebalan pada gangguan imunologis (seperti penyakit autoimun,[5] hipersensitivitas,[6] defisiensi imun,[7] dan penolakan transplantasi[8]); dan karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis dari komponen sistem kekebalan tubuh in vitro,[9] in situ, dan in vivo.[10] Imunologi memiliki aplikasi dalam berbagai disiplin ilmu kedokteran, terutama di bidang transplantasi organ, onkologi, reumatologi, virologi, bakteriologi, parasitologi, psikiatri, dan dermatologi. Sebelum penetapan kekebalan,[11] dari imunis etimologis, yang dalam bahasa Latin berarti "dikecualikan", dokter awal mengkarakterisasi organ yang nantinya akan terbukti sebagai komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Organ limfoid penting dari sistem kekebalan tubuh adalah timus,[12] sumsum tulang, dan jaringan limfatik utama seperti limpa, amandel, pembuluh limfa, kelenjar getah bening, kelenjar gondok, kelenjar gondok, dan hati. Ketika kondisi kesehatan memburuk ke status darurat, bagian-bagian organ sistem kekebalan tubuh, termasuk timus, limpa, sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan jaringan limfatik lainnya, dapat dikeluarkan secara pembedahan untuk pemeriksaan sementara pasien masih hidup. Banyak komponen sistem kekebalan biasanya bersifat seluler dan tidak terkait dengan organ spesifik apa pun, melainkan tertanam atau beredar di berbagai jaringan yang berada di seluruh tubuh. Imunologi di IndonesiaDikarenakan kerumitan penanganan ilmu ini (penanganan antara satu pasien dan yang lain tidak sama), profesinya menjadi kurang menarik minat para tenaga medis Indonesia.[13] Selain itu fakultas kedokteran di dunia yang memiliki program master vaksinologi sangat sedikit.[13] Dirga Sakti Rambe menjadi Vaksinolog termuda di dunia yang lulus pada tahun 2012.[13] Referensi
Pranala luarWikibooks memiliki buku di:
|