Sosiobiologi
Sosiobiologi mempelajari perilaku sosial, seperti pola kawin, persaingan teritori, perburuan dalam kelompok, dan serangga sosial. Menurut bidang ini, seleksi alam menghasilkan perilaku sosial yang menguntungkan. Meskipun istilah ini sudah ada semenjak tahun 1940-an, konsep sosiobiologi baru dikenal luas setelah dipopulerkan oleh buku Edward O. Wilson pada tahun 1975 yang berjudul Sociobiology: The New Synthesis. Bidang ini dengan cepat memicu kontroversi. Kritik yang terutama dikemukakan oleh Richard Lewontin dan Stephen Jay Gould menyerang gagasan bahwa gen memainkan peran pokok dalam menentukan perilaku manusia dan bahwa perilaku seperti agresivitas dapat dijelaskan melalui biologi daripada lingkungan sosial. Biasanya ahli sosiobiologi menanggapi dengan menyebutkan hubungan yang kompleks antara alam dan pemeliharaan. DefinisiE.O Wilson mendefinisikan sosiobiologi sebagai "perluasan dari biologi populasi dan teori evolusi terhadap organisasi sosial."[1] Sosiobiologi didasarkan pada premis bahwa beberapa perilaku (baik sosial maupun individual) setidaknya sebagian diwariskan dan dapat dipengaruhi oleh seleksi alam.[2] Konsep perilaku berkembang seiring waktu, mirip dengan cara evolusi sifat fisik. Sosiobiologi memperkirakan bahwa hewan akan bertindak dengan cara yang terbutkti berhasil secara evolusioner seiring waktu, yang pada akhirnya dapat membentuk proses sosial kompleks yang meningkatkan ketahanan evolusioner. Individu-individu yang berketurunan terlalu banyak akan merugi, bukan karena seluruh populasi menjadi punah, melainkan karena sedikitnya keturunan mereka yang berhasil bertahan hidup. Gen untuk memiliki terlalu banyak anak tidak diteruskan kepada generasi berikutnya dalam jumlah besar karena hanya sedikit anak yang membawa gen ini yang bisa mencapai usia dewasa. Wynne-Edwars menyatakan seleksi kelompok mendukung kelompok-kelompok yang betinanya mengukur populasi dan menyesuaikan angka kelahiran sehingga persediaan makanan tidak dieksploitasi secara berlebihan. Mereka diprogram untuk hidup di alam liar, dan kemungkinannya, dalam kondisi di alam, lingkungan yang terlalu padat merupakan petunjuk andal atas kelaparan pada masa depan.[3] Bidang ini berusaha menjelaskan perilaku sebagai produk dari seleksi alam, dimana perilaku dianggap sebagai upaya untuk melestarikan gen dalam populasi. Dalam pemikiran sosiobiologi, terdapat gagasan bahwa gen tertentu atau kombinasi gen yang mempengaruhi ciri-ciri perilaku khusus dapat diwariskan dari generasi ke generasi.[4] Contoh lain, singa jantan yang baru menjadi dominan sering membunuh anak singa dalam kelompok yang bukan keturunannya. perilaku ini dianggap adaptif kareana membunuh anak singa tersebut mengurangi persaingan bagi keturunan sendiri dan membuat betina yang menyusui kembali ke masa subur lebih cepat, memungkinkan lebih banyak gen si jantan masuk kedalam populasi. Sosiobologi memandang perlaku pembunuhan anak ini sebagai bawaan gen dari singa jantan yang berhasil bereproduksi, sedangkan singa yang tidak melakukan pembunuhan mungkin lebih sulit bereproduksi, sehingga perlaku ini pun berkurang atau hilang.[5] SejarahFilosof biologi Daniel Dennett mengusulkan bahwa filsuf politik Thomas Hobbes adalah sosok pertama yang bisa dianggap sebagai proto-sosiobiolog. Menurutnya, dalam bukunya Leviathan (1651), Hobbes menjelaskan asal usul moralitas dalam masyrakat manusia dari perspektif sosiobiologis yang tidak berlandaskan moralitas.[6] Ahli genetika perilaku hewan John Paul Scott pertama kali mencetuskan istilah "sosiobioloogi" dalam sebuah konferensi tentang genetika dan perilaku sosial pada tahun 1948, yang menyerukan pengembangan penelitian perilaku hewan secara bersama di lapangan dan laboratorium.[7] Melalui upaaya Scott, "Bagian Perilaku Hewan dan Sosiobiologi" dari Masyarkaat Ekologi Amerika didirikan pada tahun 1956, yang kemudian berkembang menjadi Divisi perilaku Hewan dari Masyarakat Zoologi Amerika pada tahun 1958. Pada tahun tersebut, E. O. Wilson mulai terlibat dengan sosiobiologi berkat mahasiswanya, Stuart A. Altman, yag mengembangkan sosiobiologinya sendiri dengan mempelajari perilaku sosial monyet rhesus menggunakan statistik dan kemudian dipekerjakan sebagai "sosiobiologi" di Yerkes Regional Primate Research Center pada 1965. Pendekatan sosiobiologi Wilson berbeda dengan Scott dan Altman karena ia menggunakan model matematika untuk perilaku sosial, yang berfokus pada maksimisasi kebugaran genetik yang dirumuskan oleh para ahli seperti W. D. Hamilton dan Robert Trivers. Meskipun demikian, ketiganya sama-sama menempatkan studi alamiah sebagai inti penelitian perilaku sosial hewan dan berusaha untuk memadukan metode penelitian modern.[8] Istilah "sosiobiologi" menjadi terkenal pada tahun 1975 ketika Wilson menerbitkan bukunya Sociobiology: The New Synthesis, yang memicu kontroversi luas. Buku tersebut mengupayakan penjelasan tentang mekanisme evolusi di balik perilaku sosial seperti altruisme, agresi, dan pengasuhan, terutama pada semut dan hewan Hymenoptera lainnya, serta pada hewan lain. Dalam bukunya On Human Nature, yang memenangkan Hadiah Pulitzer, Wilson menjelaskan perilaku manusia secara khusus.[9] Edward H. Hagen menyatakan dalam The Handbook of Evolutionary Psychology bahwa sosiobiologi adalah "salah satu keberhasilan ilmiah terbesar abad ke-20." Kini, sosiobiologi menjadi bagian utama dari penelitian dan kurikulum hampir semua departemen biologi, dan menjadi landasan bagi kebanyakan ahli biologi lapangan. Penelitan sosiobiologi pada organisme non-manusia meningkat drastis dalam jurnal ilmiah terkemuka seperti Nature dan Science. Untuk menghindari kontroversi, istilah "ekologi perilaku" sering digunakan sebagai pengganti "sosiobiologi."[10] Pranala luar
Referensi
|