Sintesis evolusioner modernSintesis evolusioner modern merupakan perpaduan gagasan berbagai bidang keahilian biologi yang menjelaskan evolusi secara logis. Sintesis modern umumnya diterima luas oleh kebanyakan ahli biologi. Sintesis modern dikembangkan selama satu dasawarsa (1936–1947) dan perkembangan genetika populasi (1918–1932) merupakan gaya dorong lahirnya sintesis modern. Sintesis modern menunjukkan bahwa genetika Mendel konsisten dengan seleksi alam dan evolusi gradual. Julian Huxley menciptakan istilah ini ketika ia menulis bukunya Evolution: The Modern Synthesis (1942). Tokoh sintesis modern lainnya meliputi R. A. Fisher, Theodosius Dobzhansky, J.B.S. Haldane, Sewall Wright, E.B. Ford, Ernst Mayr, Bernhard Rensch, Sergei Chetverikov, George Gaylord Simpson, dan G. Ledyard Stebbins. Sintesis modern memecahkan permasalahan dan ketidakjelasan yang disebabkan oleh spesialisasi bidang biologi, di mana terdapat komunikasi yang buruk antar ahli biologi pada awal abad ke-21. Penemuan para ahli genetika pada awalnya sulit untuk dimasukkan ke dalam kerangka evolusi gradual dan mekanisme seleksi alam. Sintesis modern menggabungkan kedua ilmu tersebut, manakala memberikan bukti bahwa kajian populasi pada lapangan sangatlah krusial terhadap teori evolusioner. Sintesis modern menyatukan gagasan-gagasan berbagai cabang biologi yang telah lama terpisah, utamanya genetika, sitologi, sistematika, botani, morfologi, ekologi, dan paleontologi. Sintesis evolusioner modern juga dirujuk sebagai sintesis baru, sintesis modern, dan sintesis evolusioner. Perkembangan yang mengarah ke sintesis modernEvolusi Darwin melalui seleksi alam, 1859Buku Charles Darwin tahun 1859 On the Origin of Species berhasil meyakinkan sebagian besar ahli biologi bahwa evolusi telah terjadi, tetapi kurang berhasil dalam meyakinkan mereka bahwa seleksi alam adalah mekanisme utamanya. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, variasi Lamarckisme (pewarisan karakteristik), ortogenesis (evolusi progresif), saltationisme (evolusi dengan lompatan), dan mutationisme (evolusi yang didorong oleh mutasi) dibahas sebagai alternatif lain.[1] Alfred Russel Wallace mendukung evolusi versi seleksi, dan sepenuhnya menolak Lamarckisme.[2] Pada tahun 1880, pandangan Wallace diberi label neo-Darwinisme oleh Samuel Butler.[3][4] Gerhana Darwinisme, 1880-an dan seterusnyaSejak tahun 1880-an dan seterusnya, ada kepercayaan luas di antara para ahli biologi bahwa teori evolusi Darwin tidak kuat. Gerhana Darwinisme ini (dalam frasa Julian Huxley) tumbuh dari kelemahan dalam catatan Darwin tersebut, yang ditulis dengan pandangan yang salah tentang pewarisan. Darwin sendiri percaya pada pewarisan campuran, yang menyiratkan bahwa setiap variasi baru, bahkan jika menguntungkan, akan dilemahkan hingga 50% pada setiap generasi, seperti yang dicatat dengan benar oleh insinyur Fleeming Jenkin pada tahun 1868.[5] Hal ini juga berarti bahwa variasi kecil tidak akan bertahan cukup lama untuk dipilih. Oleh karena itu, pencampuran akan secara langsung menentang seleksi alam. Selain itu, Darwin dan yang lainnya menganggap mungkin untuk mendapatkan karakteristik secara penuh dari pewarisan Lamarckian dan teori pangenesis Darwin tahun 1868, dengan kontribusi untuk generasi berikutnya (gemmules) yang menyebar ke semua bagian tubuh, hal ini menyiratkan Lamarckisme serta pencampuran.[6] Plasma nutfah WeismannGagasan August Weismann, yang dikemukakan dalam bukunya tahun 1892 Das Keimplasma: eine Theorie der Vererbung (The Germ Plasm: a Theory of Inheritance),[7] adalah bahwa materi turun-temurun, yang ia sebut plasma nutfah, dan bagian tubuh lainnya (soma) memiliki hubungan satu arah: plasma nutfah membentuk tubuh, tetapi tubuh tidak mempengaruhi plasma nutfah, kecuali secara tidak langsung dalam hubunggannya didalam populasi yang tunduk pada seleksi alam. Jika gagasan ini benar akan membuat pangenesis Darwin dan pewarisan Lamarckian salah. Eksperimennya pada tikus, memotong ekornya dan menunjukkan bahwa keturunan mereka memiliki ekor yang normal, menunjukkan bahwa pewarisan lamarckian itu 'sulit', namun Peter Gauthier berpendapat bahwa percobaan Weismann hanya menunjukkan bahwa cedera yang diberikan dengan memotong ekor tikus tidak mempengaruhi plasma nutfah, yang dengan sendirinya tidak menguji pengaruh penggunaan dan tidak digunakannya pewarisan Lamarck.[8] Dia berargumen dengan kuat dan dogmatis[9] untuk Darwinisme dan menentang Lamarckisme, mempolarisasi pendapat di antara ilmuwan lain. Ini meningkatkan perasaan anti-Darwinian, berkontribusi pada periode gerhana Darwinisme.[10] Lihat pulaBacaan lanjutan
Referensi
|