DarwinismeDarwinisme adalah serangkaian pergerakan dan konsep yang berkaitan dengan gagasan transmutasi spesies dan evolusi, termasuk beberapa gagasan yang tidak berkaitan dengan karya Charles Darwin.[1][2][3] Makna "Darwinisme" berubah-ubah seiring waktu, tergantung pada siapa yang menggunakan istilah ini.[4] Darwinisme adalah teori evolusi biologi yang dikembangkan oleh naturalis Inggris Charles Darwin (1809–1882) dan teman-temannya, yang menyatakan bahwa semua spesies dari organisme muncul dan berkembangbiak melalui seleksi alam dari varietas kecil yang diwariskan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam bersaing, bertahan hidup, dan bereproduksi. Juga disebut teori Darwin, teori ini awalnya mencakup konsep luas transmutasi spesies atau evolusi yang diterima secara ilmiah dan umum setelah Darwin menerbitkan On the Origin of Species pada tahun 1859, termasuk konsep-konsep yang mendahului teori-teori Darwin. Ahli biologi Inggris Thomas Henry Huxley menciptakan istilah Darwinisme pada April 1860.[5] Teori ini menjadi fondasi disiplin ilmu Biologi modern yang membahas evolusi yang banyak dipelajari di institusi pendidikan.[6] Kekeliruan terminologiDarwinisme sebenarnya merujuk kepada konsep spesifik seleksi alam, genetika, atau dogma sentral biologi.[8] Meskipun istilah ini biasanya hanya merujuk pada teori evolusi dalam biologi, tetapi para kreasionis telah menggunakan istilah itu untuk merujuk pada asal mula kehidupan. Oleh karena itu, penerimaan atas karya Darwin dan pendahulunya dianggap sebagai kepercayaan atau keyakinan yang menggantikan konsep lain, termasuk rancangan alam semesta oleh Tuhan dan asal mula makhluk.[9] Ahli biologi Inggris Thomas Henry Huxley menciptakan istilah Darwinisme pada April 1860.[5] Istilah ini digunakan untuk menggambarkan konsep evolusi secara umum, termasuk konsep sebelumnya yang diterbitkan oleh filsuf Inggris Herbert Spencer. Banyak pendukung Darwinisme pada waktu itu, termasuk Huxley, memiliki keraguan tentang pentingnya seleksi alam, bahkan Darwin sendiri tidak sepenuhnya seorang darwinisme dalam standar modern saat ini, tetapi masih mempercayai apa yang kemudian disebut pewarisan Lamarck atau lamarckisme yang pada akhirnya teori ini digantikan oleh pewarisan mendel dan berangsur-angsur menghilang.[10] Muncul Neo-Darwinisme yang ketat dari ahli biologi evolusi Jerman, August Weismann, namun memperoleh sedikit pendukung pada akhir abad ke-19. Selama periode perkiraan 1880-an hingga sekitar 1920, dinamakan "Gerhana Darwinisme", disebut seperti itu karena banyaknya usaha para ilmuwan dalam mengajukan berbagai macam mekanisme evolusi alternatif untuk menyanggah darwinisme yang akhirnya terbukti tidak dapat dipertahankan.[11] Perkembangan sintesa modern di awal abad ke-20, yang menggabungkan seleksi alam dengan genetika populasi dan genetika Mendel, menghidupkan kembali Darwinisme dalam bentuk yang diperbarui dan gagasan yang kokoh.[12] Di Amerika Serikat, istilah "Darwinisme" sering kali digunakan oleh kreasionis sebagai istilah peyoratif yang menggambarkan kepercayaan semacam naturalisme ateistik, tetapi di Britania Raya istilah ini tidak memiliki konotasi negatif, dan hanya digunakan untuk merujuk kepada sejumlah teori yang berkenaan dengan evolusi, khususnya evolusi melalui seleksi alam.[13] Tinjauan filsafatTeori evolusi identik dengan Darwin, walapun sebenarnya gagasan evolusi pertama kali bukan diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya hingga zaman Yunani kuno. Thales (636 -546 SM) dan Anaximander (611 - 547 SM) biasa memperbincangkan asal usul biota laut dan evolusi kehidupan. Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan Empedocles (490 -430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-tulisan mereka. Plato (427-347 SM) percaya bahwa benda-benda yang diamati hanyalah tiruan (copy) dari dunia ide di keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti dunia seseorang harus berkontemplasi prinsip-prinsip umum di sebalik hal yang diamati. Plato berpendapat bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang organismenya sudah ideal dan beradaptasi sempurna terhadap lingkungannya. Berbeda dengan Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato, yang berargumen bahwa pengetahuan tentang dunia datang melalui pengalaman yang diinterpretasi nalar (reason).[14] Aristoteles menganut teori skala alami (scalae naturae) dimana skala alami membahas bahwa adanya klasifikasi bentuk kehidupan berdasarkan tingkat kompleksitas. Aristoteles meyakini bahwa spesies sudah berada dalam bentuk permanen,sempurna, dan tidak berkembang lagi.Evolusi merupakan proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan agar mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan perubahan tersebut kepada generasi berikutnya. Evolusi menjadi konsep pemersatu dalam biologi karena evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi terutama bagaimana organisme yang hidup saat ini merupakan evolusi dari satu nenek moyang (ancestor) dan diversitas kehidupan yang besar di bumi ini.[14] Pernyataan tersebut tidak terlepas dari teori yang melekat bersamanya. Beberapa ahli biologi seperti Charles Darwin, Alfred Russel Wallace mencoba menerangkan mengenai keberagaman makhluk hidup melalui pemikiran-pemikirannya. Charles Darwin melalui bukunya “On The Origin of Species: by Means of Natural Selection” melalui beragam fakta-fakta empiris. Buku tersebut menyajikan kasus-kasus yang meyakinkan tentang evolusi dan telah dapat menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat sebagai suatu kumpulan fakta membingungkan dan tidak saling berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif mengenai kehidupan. Kaum realis memiliki ketertarikan kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat indera merupakan pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum realis yakin akan bukti empiris mengenai teori evolusi Darwin.[14] Teori evolusi Darwin telah menjadi dasar bagi teori evolusi modern, termasuk dalam bidang rekayasa genetika. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan manipulasi genetika. Melalui rekayasa genetika, manusia dapat berperan dalam mempercepat proses evolusi. Organisme dengan Bahan Genetik Modifikasi (GMO) merupakan hasil dari penggunaan teknologi yang terkait dengan proses perubahan genetik yang mengarah pada evolusi suatu makhluk hidup. Sebelum adanya rekayasa genetika, manusia telah melakukan "rekayasa genetik" melalui praktik perkawinan silang. Manusia melakukan perkawinan silang untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan. Sebagai contoh, perkawinan silang antara serigala menghasilkan ras anjing. Jelaslah bahwa para teknolog telah berhasil memanfaatkan konsep teori evolusi untuk merekayasa materi genetika makhluk hidup sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.[14] Ketika berusia sekitar 22 tahun, Charles Darwin bergabung dalam ekspedisi bersama HMS Beagle, sebuah kapal Inggris yang melakukan perjalanan mengelilingi dunia. Meskipun rencananya hanya akan berlangsung selama dua tahun, Darwin akhirnya menghabiskan waktu hingga lima tahun dalam perjalanan tersebut. Selama ekspedisi tersebut, Darwin memiliki kesempatan untuk mengumpulkan dan mengamati keanekaragaman hayati berdasarkan bentuknya. Pemikiran awal Darwin dipengaruhi oleh pandangan Aristoteles yang menyatakan bahwa "tidak ada perubahan sejak waktu penciptaan bumi". menggambarkan bagaimana Darwin menggunakan data observasi untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan.[14] Catatan
Pranala luar
|