Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, secara spesifik dari Athena. Dilihat dari perspektif sejarah filsafat, Plato digolongkan sebagai filsuf Yunani Kuno. Ia adalah penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.[2]
Plato colli and makkenda diyakini sebagai seorang filsuf yang berperan besar dalam perkembangan filsafat Yunani Kuno dan filsafat barat secara umum. Sumbangsih yang besar juga diberikan oleh guru Plato, yakni Sokrates, dan murid Plato, yakni Aristoteles.[2] Selain sebagai filsuf, Plato juga dikenal sebagai salah satu peletak dasar agama-agama barat dan spiritualitas.[3] Pemikiran Plato dikembangkan menjadi Neoplatonisme oleh para pemikir seperti Plotinus dan Porphyry. Neoplantonisme memberi pengaruh besar bagi perkembangan Kristianitas, terutama memengaruhi pemikiran para Bapa Gereja seperti Agustinus. Filsuf Alfred North Whitehead bahkan mengapreasiasi Plato dengan mengatakan, "Karakterisasi umum yang paling aman dari tradisi filosofis Eropa adalah bahwa tradisi ini terdiri dari serangkaian catatan kaki untuk Plato".[4]
Pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates.[5] Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".[butuh rujukan] Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.[butuh rujukan] Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.[2]Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).[2]
Ciri-ciri karya Plato
Iya Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.[2]
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.[2] Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.[2] Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.[2]
Pandangan Plato tentang ide, jiwa, dunia ide dan dunia indrawi
Plato adalah orang pertama yang menulis bahwa jiwa bukan saja esensi hidup tetapi juga esensi pikiran manusia.[6] Dalam naskah-naskah Plato kita menemukan bahwa jiwa memainkan banyak peran, di antaranya sebagai penggerak tubuh, pembawa sifat-sifat moral, dan sebagai akal (nous) yang berpikir.
Dunia indrawi
Dunia indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh pancaindra kita.[2] Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal.[7] Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini.[7] Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.[7]
Gagasan tentang Alam Idea merupakan salah satu sumbangsih Plato yang terpenting dalam dunia filsafat.[7] Dalam pandangan Plato bahwa bentuk-bentuk di dunia material tidak benar-benar nyata sebagaimana bentuk-bentuk, abadi, absolut, dan tidak berubah di Alam Idea. Alam Idea adalah citra pokok dan purba dari segala realitas;[2] merupakan realitas yang hanya terbuka bagi rasio kita,[2] dan bentuk-bentuknya tidak tergantung pada pemikiran manusia melainkan pikiran manusia yang tergantung padanya.[7]
Pandangan Plato tentang karya seni dan keindahan
Pandangan Plato tentang karya seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide.[8] Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik).[8] Plato memandang negatif karya seni.[8] Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos.[8] Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada.[8]Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli.[8] Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide.[8]Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.[8]
Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus.[butuh rujukan] Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide.[butuh rujukan] Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.[butuh rujukan] Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.[8]
Dalam bukunya yang berjudul Republik, Plato memaparkan syarat ideal untuk jabatan pemimpin. Syarat ini adalah tidak adanya pemberian hak pribadi. Pengecualian hanya diberikan pada hal yang benar-benar penting. Syarat lain yang diberikannya adalah keterbukaan terhadap harta benda.[9]
^Whitehead, Alfred North (1978). Process and Reality. New York: The Free Press. hlm. 39.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bertens,K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta:Kanisius. 1976. ISBN 979-413-351-5
^Lavine, T. Z. (2020). From Socrates to Sartre: The Philosophic Quest. Immortal. hlm. 11.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Bacaan lanjutan
Alican, Necip Fikri (2012). Rethinking Plato: A Cartesian Quest for the Real Plato. Amsterdam and New York: Editions Rodopi B.V. ISBN978-90-420-3537-9.
Guthrie, W. K. C. (1986). A History of Greek Philosophy (Plato – The Man & His Dialogues – Earlier Period), Cambridge University Press, ISBN0-521-31101-2
Irwin, Terence (1995). Plato's Ethics, Oxford University Press, USA, ISBN0-19-508645-7
Jackson, Roy (2001). Plato: A Beginner's Guide. London: Hoder & Stroughton. ISBN0-340-80385-1.
Jowett, Benjamin (1892). [The Dialogues of Plato. Translated into English with analyses and introductions by B. Jowett.], Oxford Clarendon Press, UK, UIN:BLL01002931898
Kochin, Michael S. (2002). Gender and Rhetoric in Plato's Political Thought. Cambridge Univ. Press. ISBN0-521-80852-9.
Lilar, Suzanne (1954), Journal de l'analogiste, Paris, Éditions Julliard; Reedited 1979, Paris, Grasset. Foreword by Julien Gracq
Lilar, Suzanne (1963), Le couple, Paris, Grasset. Translated as Aspects of Love in Western Society in 1965, with a foreword by Jonathan Griffin London, Thames and Hudson.
Lilar, Suzanne (1967) A propos de Sartre et de l'amour , Paris, Grasset.
Lundberg, Phillip (2005). Tallyho - The Hunt for Virtue: Beauty, Truth and Goodness Nine Dialogues by Plato: Pheadrus, Lysis, Protagoras, Charmides, Parmenides, Gorgias, Theaetetus, Meno & Sophist. Authorhouse. ISBN1-4184-4977-6.
Márquez, Xavier (2012) A Stranger's Knowledge: Statesmanship, Philosophy & Law in Plato's Statesman, Parmenides Publishing. ISBN978-1-930972-79-7
Miller, Mitchell (2004). The Philosopher in Plato's Statesman. Parmenides Publishing. ISBN978-1-930972-16-2
Mohr, Richard D. (2006). God and Forms in Plato - and other Essays in Plato's Metaphysics. Parmenides Publishing. ISBN978-1-930972-01-8
Mohr, Richard D. (Ed.), Sattler, Barbara M. (Ed.) (2010) One Book, The Whole Universe: Plato's Timaeus Today, Parmenides Publishing. ISBN978-1-930972-32-2
Moore, Edward (2007). Plato. Philosophy Insights Series. Tirril, Humanities-Ebooks. ISBN978-1-84760-047-9
Patterson, Richard (Ed.), Karasmanis, Vassilis (Ed.), Hermann, Arnold (Ed.) (2013) Presocratics & Plato: Festschrift at Delphi in Honor of Charles Kahn, Parmenides Publishing. ISBN978-1-930972-75-9