Hamba yang MenderitaHamba yang Menderita adalah suatu tema nyanyian atau sajak yang ditemukan dalam Kitab Yesaya. Pertama kali diungkapkan oleh Bernhard Duhm dalam Komentari mengenai Kitab Yesaya yang ditulisnya tahun 1892. Menurutnya, ada 4 nyanyian (atau sajak) tentang Hamba TUHAN yang Menderita (bahasa Inggris: suffering servant of the LORD) di antara pasal 42 sampai 53 Kitab Yesaya. Allah memanggil hamba-Nya ini untuk memimpin bangsa-bangsa, tetapi dia disiksa dengan kejam. Hamba ini mengorbankan dirinya, menerima hukuman yang seharusnya untuk orang lain, dan akhirnya, dia diberi pahala. Keempat bagian itu adalah: Sejumlah pakar (termasuk Barry Webb[1]) menganggap Yesaya 61:1–3 sebagai nyanyian ke-5, meskipun kata "hamba" tidak disebutkan dalam bagian itu. Tradisi Yahudi
Tradisi KristenOrang-orang Kristen menganggap "Hamba yang Menderita" ini merupakan gambaran atau nubuat yang digenapi dalam diri Yesus Kristus.[3] NyanyianNyanyian pertamaDi sini Allah berfirman tentang pilihan-Nya atas seorang hamba yang akan membawa keadilan di dunia. Hamba ini akan menjadi alat Allah, seperti seorang raja yang menegakkan keadilan, tetapi bukan dengan proklamasi atau kekerasan. Hamba ini "tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan."[4], melainkan bergerak dengan diam-diam dan penuh keyakinan untuk mendirikan agama yang benar. Allah telah membentuknya dan memberinya menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.[5] Nyanyian keduaDitulis dari sudut pandang sang "Hamba", menceritakan panggilannya oleh Allah sebelum dia lahir untuk memimpin Israel dan bangsa-bangsa. Dia digambarkan sebagai seorang nabi Tuhan yang dipanggil untuk memulihkan hubungan bangsa itu dengan Allah. Namun, nantinya dihubungkan dengan nyanyian ke-4, dia tampaknya telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatannya dengan sia-sia dan tak berguna; namun, haknya terjamin pada TUHAN dan upahnya pada Allah, karena kesuksesannya bukan dengan gerakan politik maupun militer. Allah akan membuatnya "menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi". Kemenangannya ada di tangan Allah.[6] Nyanyian ketigaBagian ini ditulis dengan penggambaran betapa "Hamba" ini dipukuli dan disiksa. Di sini sang "Hamba" merupakan guru dan sekaligus murid yang mengikuti jalan Allah tanpa ragu-ragu. Sebagai gema dari nyanyian pertama yang mengatakan bahwa "buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya",[7] dia menopang orang yang lemah dengan kata-katanya. Kebenarannya diletakkannya di tangan Allah.[8] Nyanyian keempatNyanyian ke-4, dari Yesaya 52:13 sampai Yesaya 53:12, berisi kesengsaraan yang dialami “hamba yang menderita”. Identitas hamba ini dapat dideduksi dari pilihan kata penulisnya, apakah ini berkaitan dengan seseorang atau kelompok orang tertentu. Ada yang beranggapan “hamba” ini adalah seseorang, dan mengusulkan nama-nama tokoh dalam sejarah Israel.[9] Hamba ini menanggung hukuman untuk orang lain dan akhirnya dia diberi kedudukan tinggi. Di pihak lain, ada yang menggangap "hamba" ini adalah kelompok orang, khususnya bangsa Israel. Mereka telah menderita hampir 2000 tahun pembuangan, pogroms, hutang darah, penyiksaan oleh Hitler dan Nazi, serta terus menderita demi orang-orang lain (Yesaya 53:7,11-12). Pilihan kata-kata penulis “kita”, “mereka”, dapat dianggap “hamba” ini berhubungan dengan sekelompok orang. Di awal pasal, “kita” berkonotasi negatif: “kita” tidak menghargainya, tidak senang melihatnya, tidak menarik bagi “kita”. Namun dengan kematian “hamba” ini, setelah ayat 4, “hamba” menanggung dosa “kita”, kelemahan “kita”, dan oleh bilur-bilurnya “kita” disembuhkan. Setelah kematiannya, “hamba” ini dimuliakan oleh Allah. Dengan pilihan kata-kata mengenai penderitaan yang dialami, para pengikut Yesus Kristus percaya bahwa nyanyian/sajak ini merujuk kepada kesengsaraan yang dialami Yesus sebagai Mesias, Juruselamat untuk orang-orang lain. Ini masih termasuk ke dalam "Tradisi Yahudi bahwa hamba ini diidentifikasikan dengan figur Mesias yang dinantikan."[9] Referensi
|