dr.Achmad Sujudi, Sp.B, M.H.A. (11 April 1941 – 2 Mei 2023) adalah dokter Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional (1999–2001) dan Kabinet Gotong Royong (2001–2004).[1] Ia adalah dokter lulusan tahun 1972 dari Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Sempat bertugas sebagai dokter di Pulau Buru, Ahmad Sujudi kemudian melanjutkan pendidikan spesialis bedah di universitas yang sama. Setamat pendidikan spesialis, dia bertugas sebagai dokter di RSUD Bengkulu. Ahmad Sujudi kemudian mengikuti pendidikan manajemen rumah sakit di University of New South Wales, Sydney, Australia. Sekembalinya ke RSUD Bengkulu, dia diangkat sebagai direktur. Pada tahun 1994, Ahmad Sujudi dipromosikan sebagai direktur RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta. Selama bertugas di Yogyakarta, dia juga mengajar di FK UGM pada program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di peminatan manajemen rumah sakit.
Kehidupan awal dan pendidikan
Achmad Sujudi dilahirkan pada 11 April 1941 di Bondowoso, Jawa Timur. Orang tuanya, Musdari Darmoprawiro dan Kusniati, berprofesi sebagai guru di sekolah rakyat (setara SD). Karena orang tuanya adalah guru, ia langsung duduk di kelas 3 sekolah rakyat dan menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 1954. Selain bersekolah di sekolah formal, ia juga mengenyam pendidikan di madrasah dan pesantren.[2]
Sujudi melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri Bondowoso pada tahun 1957,[2] satu-satunya SMP di Bondowoso.[3] Kemudian pada tahun 1960, ia bersekolah di SMA Negeri Malang yang dianggap sebagai SMA terbaik di Jawa Timur.[2]
Setelah lulus SMA, Sujudi mulai belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.[2] Dia menerima beasiswa dari pemerintah, yang menutupi sebagian besar pengeluarannya. Ia juga bergabung dengan gerakan mahasiswa pada pertengahan 1960-an, yang bertujuan untuk menggulingkan rezim Sukarno.[3] Dia lulus dari universitas pada tahun 1972 sebagai dokter. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas New South Wales di Sydney, Australia, dimana ia memperoleh gelar masternya di bidang Manajemen Pelayanan Kesehatan pada tahun 1990.[2]
Karier
Dokter dan kepala rumah sakit
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Achmad Sujudi memulai karirnya sebagai dokter. Dia memulai karirnya sebagai dokter di pulau terpencil Buru pada tahun 1972.[2] Pada 1974, ia menulis ulasan tentang kondisi kesehatan tahanan politik yang ditahan di sana, yang kemudian diterbitkan oleh jurnal Prisma. Sujudi menulis bahwa beberapa napi yang seharusnya sehat, menderita penyakit seperti asma bronkial dan diabetes. Dia juga menunjukkan kurangnya fasilitas kesehatan dan medis di pulau tersebut.[4]
Sujudi meninggalkan Pulau Buru pada tahun 1973 untuk bekerja sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Umum Persahabatan di Jakarta. Setelah enam tahun di sana, ia kembali ke Universitas Indonesia dan belajar ilmu bedah selama kurang lebih satu tahun hingga tahun 1980.[2]
Setelah menamatkan pendidikan ilmu bedah, Sujudi diminta Gubernur BengkuluSoeprapto menjadi dokter bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu. Dua tahun setelah kedatangannya di sana, Sujudi menjadi kepala rumah sakit. Dia akan memimpin rumah sakit selama dua belas tahun, mengawasi perkembangannya dari rumah sakit pusat provinsi kecil menjadi rumah sakit pusat kelas dua.[2] Selama prosesnya, rumah sakit itu terus menerus meraih penghargaan dari Departemen Kesehatan. Dia juga mengawasi beberapa yayasan kesehatan yang berbasis di provinsi tersebut.[5] Sujudi sendiri ingin dipindahkan dari Bengkulu, tetapi Gubernur Soeprapto bersikeras bahwa dia harus tetap di sana, menyatakan berkurangnya keluhan pasien selama kepemimpinannya di rumah sakit.[3]
Sujudi akhirnya meninggalkan Bengkulu pada 16 Mei 1994, dan pada bulan berikutnya ia ditunjuk untuk memimpin Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, sebuah rumah sakit pemerintah yang lebih besar di Yogyakarta. Ia mengalami beberapa kesulitan dalam mengelola doktor di universitas, karena sebagian besar doktor adalah lulusan Universitas Gadjah Mada, sedangkan ia adalah lulusan Universitas Indonesia.[3]
Direktur Jenderal dan Menteri
Setelah tumbangnya rezim Suharto, Achmad Sujudi kemudian diangkat sebagai Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan pada 1998-1999.[2]
Sujudi menikah dengan Sulistiani pada tahun 1973. Pasangan ini memiliki dua orang anak.[6]
Sujudi meninggal dunia pada 2 Mei 2023 pagi di Rumah Sakit Pondok Indah Tangerang Selatan, Banten. Usianya 82 tahun. Sebelum meninggal, Sujudi menderita strok pada awal 2023. Beberapa mantan dan pejabat petahana, termasuk menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Faried Anfasa Moeloek, memberikan penghormatan terakhir mereka di rumah Sujudi.[7] Jenazahnya dikebumikan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Al Azhar Karawang.[8]