Sejarah sekolah ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda berpuluh-puluh tahun yang lalu dan waktu itu masih belum dikenal sebagai SMA Negeri 1 Malang sebagaimana layaknya sekarang.
Sejak tahun 1942, kota Malang tidak segera mempunyai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.[2] baru pada tahun 1944 didirikan Sekolah Menengah Tinggi (SMT) oleh Kepala Pemerintahan Umum Tentara Pendudukan Jepang. Yang menjadi guru pada waktu itu adalah Raspio yang berhasil menghimpun sebanyak 90 orang anak laki-laki dan perempuan yang dijadikan dua kelas. Sekolah ini beralamatkan di jalan Celaket No. 55, Malang, di mana nantinya ia menjelma menjadi SMA Kristen Cor Jesu, yang sekarang beralamatkan di jalan Jaksa Agung Suprapto No. 55, Malang. Di SMT ini hanya tiga orang yang berstatuskan sebagai guru tetap, yaitu Sardjoe Atmojo, Goenadi dan Abdoel Aziz. Ketika Raspio diangkat sebagai Kepala Kemakmuran Malang, maka pimpinan sekolah diserahkan kepada Soenarjo. Pada tahun 1945 terjadi penambahan murid yang cukup banyak yang merupakan limpahan dari murid-murid SMT Surabaya. Dan pada tahun 1946 SMT ini pindah ke gedung di jalan Alun-alun Bundar, Tugu Utara No.1, Malang, Jawa Timur.
Masa Pendudukan Tentara Belanda
Pada hari Senin, 21 Juli1947, Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama. Hanya berselang sepuluh hari kemudian, tepatnya pada hari Kamis, 31 Juli1947, Belanda berhasil merebut kota Malang. Namun mereka mendapatkan sebagian besar kota Malang yang telah hancur, sebab dua hari sebelumnya banyak gedung yang dibumihanguskan, tidak luput juga gedung SMT di Alun-alun Bundar ini. Sejak itu pula, Sekolah Menengah Tinggi produk Jepang itu habis riwayatnya tanpa bekas.
Ketika Belanda menduduki Malang, mereka mendirikan VHO (Voorberindend Hoger Ondewijs = Persiapan Pendidikan yang lebih Tinggi). Sekolah ini dikemudian hari ketika Malang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, dinasioanalisasikan menjadi SMA B, dibawah pimpinan Poerwadi, (Poerwadi Poerwoadi Soesastro, wafat pada tgl 20 Mei 1970), dan pada akhirnya menjadi SMA Negeri 2 Malang yang sekarang ini. Catatan nama lengkap Bp Poerwadi, disisipkan oleh putra kandung no 9, bambang_setijoso@hotmail.com usia 63 th, tinggal di Nagoya Jepang.
Dalam masa pendudukan tersebut, dipihak Republik tidak ada sekolah, bahkan kantor Pendidikan dan Kebudayaan berkedudukan di Sumber Pucung kabupaten Malang. Kala itu, tampillah seorang tokoh pendidikan Sardjoe Atmodjo, yang menghimpun anak-anak dan mendirikan sekolah, yang hanya memiliki tujuh orang murid saja. Namun sekolah tersebut tidak mempunyai gedung, sehingga proses belajar-mengajar berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Dalam masa perkembangannya, SMT itu pernah menempati gedung di jalan Kasin, SMA Erlangga sekarang dan mempunyai kelas jauh di SDNgaglik, Sukun.
Dikarenakan pemerintahan Belanda membuat peraturan, yang menyatakan bahwa sekolah yang tidak berlindung pada suatu yayasan dianggap sekolah liar dan harus dibubarkan. Untuk menjaga sekolah ini tetap ada, maka dipakailah nama SMT PGI (Persatoean Goeroe Indonesia, perubahan dari Persatoean Goeroe Hindia Belanda, pada tahun 1932), suatu yayasan yang ada pada zaman Belanda sudah ada, atau sekolah ini telah memiliki Hak Sejarah(Historisrecht), sehingga sekolah menjadi tetap bisa dibuka.
Dalam perkembangan selanjutnya, SMT PGI berpindah tempat lagi di jalan Arjuno, di Gedung SMP Negeri 8 Malang sekarang. Tidak lama kemudian SMT PGI menempati gedung di jalan Alun-alun Bunder Tugu Utara Nomor 1. Dan setelah mengalami jatuh bangunnya perjuangan mempertahankan kelangsungan hidupnya,maka pada hari SeninKliwon tanggal 17 April1950 SMT PGI diresmikan menjadi SMA Negeri oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan Kepala Sekolah yang pertama adalah G.B. Pasariboe. Dan berdasarkan sejarah inilah ditetapkan bahwa peringatan hari kelahiran dari SMA Negeri 1 Malang diperingat setiap tanggal 17 April.
Sardjoe Atmodjo, dianggap sebagai perintis SMA Negeri 1 Malang, dengan semangatnya untuk membentuk suatu sekolahan walaupun hanya diikuti oleh tujuh orang siswa saja.
Selain itu terdapat beberapa nama lain yang mendukung tumbuh dan berkembangnya SMA Negeri 1 Malang. Mereka adalah:
Dr. Soerodjo
Dr. Poedyo Soemanto
Dr. Hadi
Ir. Tahir
Haji Djarhoem
Raspio
Mr. Njono Prawoto
Haridjaja
Soeroto
Emen Abdoellah Rachman
Dominee Harahap
Masa Kemerdekaan Republik Indonesia
Pada kurun tahun 1950, gedung SMA Negeri di jalan Alun-alun Bunder nomor 1, Malang ditempati oleh tiga sekolah, yakni:
SMA Negeri pimpinan G.B Pasariboe, yang pada waktu itu dikenal orang dengan istilah SMA Republik
SMA Negeri Pimpinan Poerwadi.
SMA Peralihan pimpinan Oesman, di mana para murinya terdiri dari pemuda pejuang yang tergabung dalam TRIP dan kesatuan Tentara Pelajar yang lain.
Kemudian pada hari Jum'at, 8 Agustus1952, murid-murid jurusan B (ilmu pasti) dari SMA Republik dipindahkan dan dijadikan sekolah baru dan digabungkan dengan SMA pimpinan G.B Pasariboe. Sehingga nama SMA yang ada di Alun-alun Bunder menjadi:
SMA Negeri 1-A/C, pimpinan G.B Pasariboe
SMA Negeri II-B, pimpinan Poerwadi
SMA Negeri III-B, pimpinan Oesman
Sedangkan SMA peralihan harus ditutup pada tahun 1954 dikarenakan ketiadaan murid pemuda pejuang yang telah lulus semuanya.
Tanggal 16 September1958, SMA Negeri I-A/C dipecah menjadi dua, maka lahirlah SMA IV-A/C, dengan pimpinan Goenadi, yang berlokasi di jalan Kota Lama nomor 34, Malang, dan sekarang menjadi SMA Negeri 2.
SMA Negeri 4 membina SMA di Batu, yang kemudian pada tahun 1978 diresmikan sebagai SMA Negeri Batu dengan kepala sekolah yang pertama Drs. Moch. Chotib
Selama kurun waktu itu, beberapa orang yang pernah dipercaya sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Malang adalah:
Sardjoe Atmoedjo, perintis SMA Negeri 1, 1947 – 1950
Pada tahun 1959, sebagian siswa SMA Negeri 1 – A/C Malang terpengaruh oleh kehidupan kepartaian politik yang ada pada saat itu. Mereka terpecah belah. Untuk mempersatukan mereka dipakailah semboyan MITREKA SATATA.
Arti Mitreka Satata adalah selalu bersahabat atau bersahabat yang sederajat, yang terdiri dari penggalan kata-kata:
Mitra = teman / sahabat
Ika = itu, Satu
Satata = sederajat
Sumber phrasa Mitreka Satata berasal dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular pada zaman keemasan kerajaan Majapahit. Semboyan Mitreka Satata ini dipakai oleh Mahapatih kerajaan Majapahit yaitu Gajah Mada. Sebagai landasan dalam menjalankan politik luar negeri Majapahit yang bersifat sahabat, hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Bahkan sekarang pun semboyan Mitreka Satata dipakai oleh negara-negara ASEAN sebagai lambang persatuan mereka.
Pada tahun 1960 diadakan sayembara penciptaan gambar lambang persatuan sekolah, dan yang memenangkan adalah Iwan Widodo, putra Soewardikoen. Kemudian semboyan Mitreka Satata dijadikan motto pada gambar lambang itu. Adapun pencetus ide penggunaan semboyan Mitreka Satata sebagai motto lambang sekolah ialah:
Almarhum Drs. Hugiono,
Almarhum Indanoe dan
Ag. Subardan Dwidjapuspito
Dia-dia adalah guru SMA Negeri 1 Malang. Dan sejak tahun 1960 itulah ditetapkanlah lambang sekolah seperti bentuk sekarang ini. Kalimat Mitreka Satata dituliskan dengan warna hijau pada dada kiri seragam sekolah untuk menanamkan jiwa Mitreka satata di hati para siswa.
Arti garis dan warna lambang
Lambang sekolah berbentuk segi empat, dengan perbandingan 1:2, melambangkan bahwa dua hal yang berpasangan terdapat kesatuan.
Bentuk segi enam tidak beraturan, dimaksudkan kelak siswa terjun ke kancah masyarakat. Akan mudah menyesuaikan diri dan tidak canggung mengahadapi keadaan yang bagaimanapun.
Warna hitam di bagian teratas, melambangkan jiwa ketuhanan yang mendalam.
Garis miring berwarna kuning, melambangkan bahwa siswa menyadari masih dalam taraf perjuangan. Rintisan hari depannya sebagian besar tergantung pada dirinya sendiri.
Warna merah muda, melambangkan siswa sebagai tenaga penggerak yang menghidupkan suasana disekitarnya siswa pegang peran.
Warna biru muda, melambangkan siswa hendaknya senantiasa membuat senang hati orang lain.
Garis meliuk yang memisahkan warna merah muda dengan biru muda, dimaksudkan sebagai adanya daya kreasi dan keaktifan yang besar untuk meningkatkan kegiatan siswa.
Dua bentuk yang berwarna hitam, dimaksudkan siswa-siswi SMA Negeri 1 dididik dan diasuh secara bersamaan dan sederajat, tanpa membedakan kedudukan dan kekayaannya.
Warna putih yang melingkari lambang, seolah-olah menjadi bingkainya, menggambarkan cita-cita untuk selalu beritikat baik, penuh kejujuran dan kesucian guna berbakti kepada nusa dan bangsa.
Huruf Mitreka Satata, dibuat lebih besar dari penulisan SMA Negeri 1 Malang, dimaksudkan sebagai rasa merendahkan diri mendahulukan kepentingan umum semangat pengabdian masyarakat.
Ekstra Kulikuler
Sekolah ini memiliki beberapa kegiatan ekstra kurikuler, seperti:
Di sana ku melangkah dengan tujuan pasti
Di sana ku berbakti menuntut ilmu
Tempat aku dididik tempat aku dibina
Di sana sekolahku SMA Satu
Kan kutemui suka tak lepas pula duka
Namun ku pantang untuk berputus asa
Kubaktikan diriku kudharmakan jiwaku
Kupersembahkan untuk Nusa Bangsaku
Di bawah panjimu kami bersatu
Dalam MITREKA SATATA
Terus maju jangan ragu
Tunjukkan baktimu
Wahai kau tunas muda bangkitlah engkau segera
Raihlah prestasi selagi kau muda
Kobarkanlah semangat capailah cita-cita
Baktikan dirimu untuk Indonesia
Alumni - IKAMISA
'IKAMISA adalah singkatan dari IKatan Alumni MItreka SAtata, SMA Negeri 1 Malang, merupakan organisasi nirlaba, wadah alumni lulusan SMA Negeri 1 Malang dari sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Organisasi ini berpusat di Jakarta dengan kantor sekretariat yang beralamatkan di jalan Minyak Raya nomor 12, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta, DKI Jaya, Indonesia dan beberapa koordinator wilayah. Sampai dengan saat ini sudah terbentuk koordinator wilayah Jawa Timur.
Sejarah
IKatan Alumni MItreka SAtata, SMA Negeri 1, Malang yang disingkat menjadi IKAMISA, dibentuk untuk pertama kalinya pada hari ulang tahun emas (50 tahun) SMA Negeri 1 Malang yang jatuh pada tanggal 17 April2000, dan disahkan dengan Surat Keputusan Kepala SMU Negeri 1 Malang Nomor: 866/104.2/ SMU 01/SK/2000 tertanggal 17 April2000 yang ditandatangani oleh Drs. Sagi Siswanto, M.Pd. selaku Kepala SMU Negeri 1 Malang pada waktu itu, sebagai tindak lanjut dari kesepakatan musyawarah Alumni Mitreka Satata SMA Negeri 1 Malang yang diselenggarakan pada tanggal 16 April2000 di Malang.
Terpilih sebagai Ketua Umum untuk kepengurusan IKAMISA periode pertama, dengan Masa Bakti 2000 - 2004, adalah Drs. H.M. Munawar alumnus angkatan 1956, mantan guru mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 1 Malang dan juga mantan Kepala SMA Negeri Tumpang (1984 - 1986) serta mantan Kepala SMA Negeri 7 Malang (1986 - 1988).
Yayasan Mitreka Satata
YAMISA, Yayasan Mitreka Satata yang dibentuk pada tanggal 6 Juni2000 dengan Akta Notaris NURASRI SUGIRI, SH. Jalan Cokroaminoto No.1 Malang adalah yayasan yang dibentuk untuk menaungi IKAMISA, yang waktu itu dipimpin oleh dr. H. Dadang Hendrawan, Sp.PJ. alumnus tahun 1972, dan pada tanggal 1 Maret2001 IKAMISA mempelopori pembangunan RUANG POLIKLINIK dan GEDUNG KEGIATAN SOSIAL ALUMNI SMU Negeri 1 Malang sebagai wujud partisipasi Alumni secara aktif dalam pengadaan Sarana Penunjang kesejahteraan warga Mitreka Satata SMU Negeri 1 Malang.
Selanjutnya pada bulan November2002 bertempat di ruang UKS SMU Negeri 1 Malang, IKAMISA membuka Poliklinik Dokter Keluarga MITREKA SATATA dengan tujuan memberikan pendekatan pelayanan kesehatan khususnya kepada masyarakat sekolah (siswa, guru dan karyawan lain dalam lingkup SMU Negeri 1 Malang) secara holistik/menyeluruh yang meliputi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi dengan pelayanan kesehatan yang berwawasan mutu, efektif dan efisien.
Pada perjalanannya selama kurang lebih satu tahun, Poliklinik Dokter Keluarga ”MITREKA SATATA” ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sekolah, sehingga dikembangkan menjadi sebuah Praktik Dokter Keluarga ”MITREKA SATATA” mulai bulan September 2003 dengan tujuan untuk memberikan pendekatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum, terutama masyarakat umum yang berhubungan langsung dengan masyarakat sekolah (orang tua murid, keluarga guru dan keluarga karyawan sekolah) maupun masyarakat umum sekitarnya.
Sesuai dengan Surat Keputusan No.866 tersebut di atas, masa bakti kepengurusan IKAMISA I berakhir pada tahun 2004 dan karena tidak berhasil menyelenggarakan Musyawarah Nasional untuk pemilihan pengurus yang baru, maka kepengurusan sempat vacum selama kurang lebih 4 tahun.
Baru pada bulan Juli2008 melalui Reuni Akbar Alumni Mitreka Satata yang diselenggarakan tanggal 12 - 13 Juli2008 di Malang dan Batu, berhasil dipilih secara musyawarah dan mufakat Ketua Umum yang baru: Iskandar Zulkarnain, SE.M.Si. alumnus tahun 1980.
Logo
Arti dari logo IKA adalah sebagai berikut
Lambang Segitiga
Lambang Segitiga, menggambarkan Tugu/Gunung. Ini merupakan penggambaran bahwa kota Malang yang sejuk dikelilingi Gunung. Namun gambar ini sekaligus juga merupakan simbolisasi perekat antara para Alumni didalamnya yang kompak sebagai keluarga dan terus tumbuh berkembang yang digambar dalam 3 Nilai yang ada, yaitu:[3]
Sisi Dasar, menggambarkan spirit kekeluargaan sesama Almamater.
Sisi Miring Kiri, menggambarkan synergi /ikatan batin.
Sisi Miring Kanan, menggambarkan wadah organisasi IKAMISA yang juga sebagai simpul pengikat
Ketiga sisi-sisi tersebut saling berhubungan membentuk bentuk segitiga, yang berarti "Niatan tulus pengikat para Alumni didalamnya."
Warna
Kuning Emas, menggambarkan willingness/keinginan luhur, gerakan/action, keceriaan, hubungan sosial, yang mengandung cita-cita mulia bagi almamater tercinta.
Biru, menggambarkan ketenangan, keteduhan dalam bersikap.
Hitam, menggambarkan kekokohan tekad, tegas dalam bertindak
Merah Muda, menggambarkan warna cinta dan kasih sayang.
Putih, sebagai warna dasar, adalah menggambarkan ketulusan dan keikhlasan.
Tata warna ini juga mengambil dari tata warna Logo Mitreka Satata yang sudah ada, perpaduan warna yang dinamis sebagai gerakan pemuda pemudi dengan beraneka rona macam cita, yang dipadukan menjadi komposisi cantik sedap dipandang mata.
Tulisan IKAMISA
Tulisan ini merupakan singkatan dari IKatan Alumni MItreka SAtata, yang merupakan wadah tunggal para alumnus Mitreka Satata SMA Negeri 1 Malang.
Tulisan Dari, Oleh dan Untuk Alumni
Tulisan ini merupakan motto dari IKAMISA sendiri, di mana dengan motto tersebut wadah ini dibentuk dari Alumni, Oleh Alumni dan Untuk Alumni.