Pesta Panen Padungku dahulunya di Tojo selalu disertai dengan Tari Moende, kalau zaman sekarang hanya tinggal Modero.
Modero yaitu Gerakan Tarian yang selalu berpegangan tangan dengan membentuk lingkaran dengan goyang mengikuti iringan lagu dan musik dari lalove (seruling), geso-geso, ganda (gendang), dan gongi (gong).
Gerakan Dero atau Modero adalah istilah yang sudah menjadi turun temurun dan yang paling banyak dilakukan oleh Suku Bare'e.
Gerakan Modero adalah hampir sama dengan Tari Moende tetapi berbeda fungsi, Tari Moende dilakukan pada saat Pesta Panen Padungku, dan Modero biasanya dilakukan pada saat pulang mengayau. Gerakan Tari Moende ada tiga jenis gerakan tarian, sedangkan Modero hanya satu jenis gerakan tarian saja. Suku Bare'e yang semua penduduknya beragama Islam telah berhasil mengubah suatu acara penyembahan yang tradisional dan kuno dari suatu suku ke sebuah Gerakan Tarian yang lebih moderen.
Asal usul kata Dero atau Modero bisa dicari pada kamus Bahasa Bare'e (Bare'e-Taal) terjemahan dari Bare’e-Nederlandsch Woordenboek (Brill, 1928) yang kamus tersebut ditujukan untuk Suku Bare'e (Bare'e-Stammen).[3]
Sejarah
Pada zaman Kerajaan Tojo Di Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una yang sekarang, Modero atau disebut juga Tarian Dero pada awalnya sebenarnya ditarikan di dalam Lobo (pusat ibadah masyarakat suku bare'e untuk Pue Mpalaburu sebelum masuk islam[4]). Tarian ini dilakukan ketika pasukan perang dari sebuah Lipu pulang pengayauan (penggal kepala). Mereka melakukan pengayauan karena dorongan kepercayaan mereka dimana diajarkan apabila ada musibah seperti panen gagal atau ada anggota masyarakat yang meninggal maka mereka harus mencari tengkorak kepala orang sebagai penolak bala. Demikian lalu tengkorak kepala yang didapatkan dari hasil pengayauan kemudian di letakan di tengah Lobo, lalu ditarikan oleh masyarakat secara melingkar dengan gaya yang sama seperti yang kita kenal sekarang dengan "Dero". Gerakan ini sangat bersifat magis dan kental nuansa spiritualnya. Daya magis tarian itu masih ada sampai sekarang.
Tari Modero atau Tari Dero ikut mempengaruhi beberapa tarian dari akar budaya bangsa Austronesia,Melanesia, dan Tarian Orang Kurdi di zaman setelah Perang Teluk yang beragama Islam, karena ciri-ciri Tarian Bernafaskan Islam adalah Tarian yang membentuk lingkaran, dan Suku Bare'e mendapatkannya melalui kepercayaan Lamoa dan hasil modifikasi tarian dari Raja pertama Kerajaan Tojo yaitu Pilewiti yang merupakan sepupu dari Raja Bone Latemasonge yang beragama Islam. Penyebutan atau penamaan Tari Modero pada tari massal yang terkenal di wilayah tananto bare'e ini memiliki sejarah yang panjang. Dan di jaman moderen Tari Modero dan Tari Moende di tarikan dengan diiringi Musik Elekton.
Gerakan Tari
Gerakan Tarian Modero adalah hampir sama dengan Tari Moende, Gerakan Tari Moende ada tiga jenis gerakan tarian, sedangkan Gerakan Tarian Modero hanya satu jenis gerakan tarian saja.
Gerakan Tarian Modero yang hanya satu jenis gerakan tarian tersebut adalah Gerakan Tarian yang bersumber dari Gerakan Tarian ende ngkoyoe atau ende ntoroli, yaitu dua langkah ke kanan dan selangkah ke kiri dengan membentuk lingkaran dengan goyang bergandengan tangan mengikuti iringan lagu dan musik dari lalove (seruling), geso-geso, ganda (gendang), dan gongi (gong).
Penyebutan atau penamaan Tari Dero (Modero) pada tari massal yang terkenal di wilayah Poso-Tojo Grup ini memiliki sejarah yang panjang. Dan di jaman moderen Tari Modero di tarikan dengan diiringi Musik Elekton.