Tari Aluyen adalah tarian adat yang berasal dari daerah Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya. Penyebutan nama tari Aluyen berasal dari dua suku kata, yaitu alu yang berarti "lagu" dan yen yang berarti "dinyanyikan". Secara keseluruhan, tarian ini memiliki arti "lagu yang dinyanyikan". Eksistensi awal dari tarian tersebut telah ada sejak Indonesia belum merdeka.
Tari Aluyen merupakan tarian tradisional yang biasanya dilakukan sebagai bagian dari upacara adat, yaitu pembangunan rumah baru dan pembukaan kebun baru. Tarian tersebut dapat dilakukan pada siang atau malam hari. Namun, jika diadakan di dalam rumah adat, pertunjukannya bisa berlangsung selama 1–2 bulan.
Tari ini dibawakan oleh laki-laki dan wanita, serta seseorang yang bertindak sebagai pimpinan. Pemimpin tari berdiri di depan para penari lainnya, kemudian di belakangnya diikuti oleh penari wanita dan laki-laki dengan dua barisan memanjang ke belakang.
Secara umum, gerak dasar tarian ini merupakan gaya berjalan kaki bebas menurut irama sambil bergoyang pinggul (dalam bahasa setempat disebut dengan awlete, yang berarti gerak goyang pinggul). Busana yang dikenakan dalam tarian ini dinamakan dengan kamlanan, sejenis kain dari daerah setempat.
Sampai saat ini, ragam busana dan aksesoris tarian tersebut tidak banyak berubah, baik penari laki-laki maupun wanita. Aksesoris yang digunakan meliputi gelang yang terbuat dari li (manik-manik), saika (gelang perak), medik (gelang dari jenis tali tertentu), dan eme (perhiasan dari daun pandan berwarna kuning atau merah).[1][2][3]