Tari Topeng Gethak atau Klonoan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Tari Topeng Gethak erat masih kaitannya dengan Klono Sewandono dari Ponorogo.[1]
Sejarah
Tari Topeng Gethak ada era Kesultanan Mataram ketika Bangsawan Ponorogo mempertunjukan tari Topeng Klono Sewandono yang disaksikan juga oleh Bangsawan Madura hingga terkesan akan penampilan tarian seorang raja Bantarangin. Kemudian Bangsawan-bangsawan Madura turut membuat tari topeng dengan ciri khas dan lakon Madura, Tarian ini disebut dengan Topeng Klonoan, mengambil nama dari Topeng Klono Sewandono dari Ponorogo.
Pada tahun 1980an, nama tari topeng klonoan mulai berganti menjadi topeng Gethak karena gerak-geraknya dan peralihan tiap gerak selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”.
Penyebaran
Tari Topeng Gethak menyebar menyeluruh ke madura, hingga pada migrasi besar-besaran orang madura ke pulau Jawa pada tahun 1830 Topeng Gethak turut dibawa di Lumajang yang kemudian dikenal dengan Topeng Kali Wungu.
Tari Topeng Gethak Kolosal
Pada 27 Oktober 2019 dalam rangka HUT Pamekasan ke 489 dilakukan tarian Topeng Gethak Kolosal terbanyak di Taman Mandhapa Aghung Ronggosukowati, Pamekasan yang diikuti 489 Penari Topeng Gethak yang dikolaborasi dengan Reog Ponorogo[2]. Di Bulan sebelumnya dalam rangka kunjungan kerja ke Ponorogo, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam mengungkapan kepada Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni kagum akan Reog Ponorogo yang sering tampil di beberapa event di Jawa Timur, maka dalam menyambut HUT Pamekasan dan merajut kembali hubungan Madura dan Ponorogo, Bupati Ponorogo mengirimkan delegasi Reog Ponorogo ke Pamekasan untuk turut memeriahkan HUT Pamekasan.[3]
Referensi