Udeng itu adalah sebentuk kain yang dililitkan di kepala yang melambangkan ketika seorang manusia hendak menunaikan tugas negara untuk mencapai apa yang diinginkannya tidak menggunakan mastaka, atau mahkota raja. Kain yang memberi tanda bahwa dirinya telah siap menghadapi apapun yang akan menghalang-halangi kehendaknya. Klana Udeng pada penggunaan kedoknya sama menggunakan Kedok/topeng Klana.
Hanya saja ada gerakan yang tak dimiliki oleh penari topeng Klana lainnya. Dimanapun gerakan itu adalah gerakan memutarkan kepala sembari tubuhnya mengikuti gerakan 360 derajat. Untuk yang tidak terlatih dan belum meningkat pada kesadaran linuwih, seorang penari selihai apapun belum tentu bisa menggerakkannya. Ciri khas Tarian Klana Udeng yang memutar ke depan dan ke belakang bahkan mirip kayang.
Gaya memutar dengan keseimbangan penuh ini laksana penari rummi berputar tak kenal pusing dan jatuh karena memiliki kesadaran dan kekhusuan sepenuh jiwa raganya. Dalam konteks gerakan seperti ini, sebagai manifestasi bentuk reaksi diri, manakala membentengi dirinya agar menjadi kokoh, kuat dan semakin menguat. Dalam istilah ajaran Hindu-Buddha dikatakan Tiwikrama.
Selain hal diatas, ciri lainnya Klana Udeng adalah warnanya yang merah maroon, tidak memakai jamangan/praba, bergodeg (jambang), kostumnya warna merah, dan tidak pakai sobra, hanya memakai udeng saja di kepala saja.
Karakter topengnya tetap sama seperti topeng klana biasa; marah, mabuk, murka, dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Dalam pertunjukan Topeng Cirebon, Klana Udeng adalah salah satu tari yang biasanya ditampilkan pada bagian terakhir. Disebut Klana Udeng, karena salah satu bagian kostum kepalanya memakai udeng. Tarian ini muncul setelah topeng Klana selesai ditarikan. Gerakan dan musik pengiringnya berbeda dengan topeng Klana.
Dari sekian banyak gaya Topeng Cirebon, Klana Udeng hanya terdapat di beberapa gaya, antara lain di daerah Pekandangan, Tambi, Indramayu, dan di daerah Cipunagara, Subang. Topeng gaya daerah lainnya, seperti Gegesik, Kalianyar, Losari, Slangit, Palimanan, dan lain-lain, tidak pernah menampilkan tari yang satu ini. Tari topeng ini menjadi sangat terkenal setelah Rasinah menarikannya di berbagai pertunjukan, baik di Indramayu, Cirebon maupun di daerah lainnya serta di luar negeri. Tarian ini kemudian malah menjadi salah satu materi ajar di beberapa sanggat tari topeng di Indramayu.
Berbeda dengan topeng Klana, sebagian gerakan Klana Udeng ditarikan secara komikal. Gerakannya terkadang menirukan orang yang tengah mabuk bahkan melucu. Dalang topeng Carini dari Cipunagara, misalnya, menarikan topeng ini dengan penuh kelucuan. Selain menggambarkan seseorang yang tengah mabuk sebagian gerakannya juga mirip dengan gerakan orang yang kaki, tangan dan kepalanya lemas. Sebagian lagi gerakannya mirip dengan gerakan tari dalam Terbang Randu Kentir.