Dalam kitab Regweda ada disebutkan seorang raja yang bernama Puru, tetapi menikah dengan Aditi, dan menjadi ayah bagi para Aditya. Ia tinggal dan memerintah di kawasan sungai Saraswati.[1]
Pernikahan Yayati dan Sarmista tidak diketahui oleh Dewayani—selaku istri yang masih sah—sehingga ia merasa sakit hati. Atas pengkhianatan sang raja, Sukracarya (ayah Dewayani) mengutuk Yayati agar menjadi tua renta sebelum waktunya. Menurut cerita, kutukan tersebut tak dapat diubah, tetapi dapat dilimpahkan kepada salah satu putranya.[2][3]
Kemudian Yayati memanggil seluruh putranya, untuk mengetahui siapa yang bersedia menanggung kutukan dari Sukracarya. Setelah keempat kakaknya menolak untuk mewarisi kutukan yang menimpa Yayati, hanya Puru sendiri yang bersedia. Akhirnya Yayati menobatkannya sebagai maharaja dan mengutuk keempat putranya yang lain agar tidak bisa mewarisi kerajaan dan susah memiliki keturunan.
Setelah Puru menanggung kutukan dari Sukracarya, Yayati berpenampilan muda kembali sedangkan Puru berubah menjadi tua seketika. Saat masa kutukan telah habis, Puru menjadi muda kembali, kemudian ayahnya mangkat lalu mencapai surga.
Keturunan
Puru menikahi Putri Kosalya dan memiliki putra bernama Janamejaya. Janamejaya berputra Pracinwan dan menurunkan wangsa yang disebut Paurawa (Wangsa Bharata dan Kuru termasuk di dalamnya).
Menurut versi lain, nama istri Puru adalah Pausti, dan mereka memiliki tiga putra: Prawira, Iswara, dan Rodraswa.[4] Dalam versi lain dikisahkan bahwa putra Puru adalah Pracinwan, kemudian Pracinwan berputra Prawira, lalu Prawira berputra Manasyu.[3]
Dalam Wangsa Paurawa, lahirlah Bharata dan Kuru, leluhur keluarga Bharata dan Dinasti Kuru. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pandawa dan Korawa, tokoh utama dalam kitab Mahabharata (riwayat keluarga Bharata).[5]