Dalam mitologi Hindu, Trisangku (Dewanagari: त्रिशण्कु; ,IAST: Triśaṇku, त्रिशण्कु) adalah seorang raja pada zaman India Kuno. Ia merupakan putra Trayaruni, seorang keturunan Ikswaku dari Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia juga merupakan leluhur Sri Ramachandra, putra Dasarata. Trisangku memiliki putra bernama Hariscandra.
Nama aslinya adalah Satyabrata (Dewanagari: सत्यव्रत; ,IAST: Satyavrata, सत्यव्रत). Ia disebut Trisangku karena pernah melakukan tiga dosa.
Dosa-dosa Satyabrata
Ayah Satyabrata sangat baik dan selalu mengikuti ajaran agama. Namun sifat Satyabrata sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Akhirnya ia diasingkan selama bertahun-tahun dan hidup sebagai seorang gelandangan. Setelah jabatan raja kosong, Satyabrata kembali ke kerajaannya dan diangkat menjadi raja. Sebab, kerajaannya akan hancur tanpa dipimpin seorang raja.
Saat terjadi bencana kelaparan, Satyabrata mencuri sapi Resi Wasista. Kemudian sapi yang dicuri itu disembelih, lalu dimakan. Resi Wasista yang mengetahui hal itu menjadi marah. Akhirnya, Resi Wasista mengganti nama Satyabrata menjadi Trisangku, yang artinya tiga dosa. Pertama, Satyabrata melawan ayahnya sendiri. Kedua, Satyabrata mencuri dan membunuh sapi kesayangan Resi Wasista. Ketiga, ia memakan daging sapi, hewan yang disucikan.
Trisangku naik ke surga
Raja Trisangku sangat mencintai badannya, bahkan ia hendak ke surga dengan badan kasarnya. Untuk memenuhi keinginannya, ia memohon bantuan gurunya yaitu Resi Wasista. Mendengar keinginan Trisangku, Resi Wasista tersenyum dan menolak. Karena gagal membujuk Resi Wasista, Trisangku memohon bantuan para putra Resi Wasista, tetapi ia dicela oleh mereka. Lalu Trisangku pergi meninggalkan asrama Resi Wasista dengan ucapan sinis. Karena merasa terhina, para putra Resi Wasista mengutuk Trisangku agar rupanya menjadi buruk (beberapa versi mengatakan bahwa Trisangku dikutuk agar menderita penyakit). Akhirnya, Trisangku pergi meninggalkan kerajaannya karena para seluruh rakyatnya tidak mengenali wajahnya lagi.
Setelah terlunta-lunta di jalan, Trisangku tiba di asrama Resi Wiswamitra. Sang Resi masih bisa mengenali wajah Trisangku karena memiliki kekuatan batin. Kemudian Trisangku menceritakan segala kejadian yang menimpa dirinya, termasuk keinginannya untuk mencapai surga. Karena terharu dengan penderitaan Trisangku, Wiswamitra berjanji bahwa ia akan membantu Trisangku untuk mencapai surga dengan badan kasar.
Kemudian Resi Wiswamitra melangsungkan yadnya (upacara) besar, dan banyak resi diundang untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut, termasuk saingan Resi Wiswamitra, yaitu Resi Wasista. Setelah upacara dilangsungkan, tiada dewa yang datang untuk menerima sesajen yang dipersembahkan Resi Wiswamitra. Dengan marah, Wiswamitra menyiram api upacara dengan minyak ghee sambil mengerahkan kekuatan yang diperolehnya melalui tapa untuk mengangkat badan Trisangku. Perlahan-lahan badan Trisangku naik ke surga. Namun ketika ia mencapai surga, Dewa Indra segera mendorongnya karena ia memasuki surga dengan badan kasar. Akhirnya Trisangku jatuh sambil berteriak meminta pertolongan kepada Resi Wiswamitra.
Melihat hal itu, Resi Wiswamitra menjadi marah lalu berkata, "Berhenti di sana!". Semua yang menyaksikan tercengang karena tubuh Trisangku mengambang di langit, memancarkan sinar bagaikan bintang. Kemudian Wiswamitra menciptakan pemandangan baru seperti surga baru yang ditaburi bintang-bintang, dan juga Indra dan para dewa-dewa. Pemandangan itu disebut "Surga Trisangku", dan akhirnya Trisangku tinggal di sana.
Lihat pula
Pranala luar